Bullying And Bloody Letters

Rencana Baru Sandra



Rencana Baru Sandra

0Lalu Yuni pun keluar dari kamar Mentari, dan di luar, Sandra tampak mengintip dari balik pintu kamarnya yang terbuka sedikit.     
0

'Aduh gak sabar banget lihat hasilnya' batin Sandra.     

Sementara di dalam kamar Mentari tampak asyik mengerjakan tugas dari sekolahnya.     

Sambil memakan camilan yang tersedia di samping gelas susu.     

Dan perlahan dia juga meraih gelas susunya.     

Mentari hendak menengguknya. Dan tepat saat itu tiba-tiba, Cinta datang dan segera menepis gelas berisi susu hangat itu hingga tumpah kelantai.     

Preeng!     

Seketika gelas pun pecah berhamburan dan hal itu membuat Mentari sampai terkejut dan dia menatap Cinta dengan tatapan yanga marah.     

"Cinta! Kamu itu apa-apaan sih!?" tanya Mentari.     

Dan seketika Cinta langsung menatap tajam ke arah Mentari.     

Dan seolah sedang memberika istarat kepadanya.     

"Ada apa? Apa maksudmu?" tanya Mentari yang masih merasa bingung.     

Dan Cinta, menjelaskan dengan bahasa isyaratnya. Bahwa ada sesuatu yang di taruh oleh Sandra dalam susu itu.     

"Maksudmu, apa, Kak Sandra menaruh racun dalam minumanku?" tanya Mentari lagi memastikan.     

Dan Cinta pun mengaganguk.     

"Huuuft, hampir saja," ujar Mentari, "kalau begitu, aku minta maaf ya karna sudah membentakmu," ujar Mentari.     

Dan Cinta pun kembali mengangguk.     

"Kalau bukan karna dirimu, mungkin aku akan mati saat ini juga. Aku memang ceroboh. Padahal aku baru saja menindasnya, harusnya aku juga sudah bersiap-siap dan waspada saat dia hendak membalas perlakuanku kepadanya!" ujar Mentari.     

Lalu dengan segera Mentari keluar dari kamarnya dan mengetuk pintu kamar Sandra dengan kasar.     

Tok tok tok!     

"Kak Sandra!" teriak Mentari, "buka pintunya, Kak Sandra!" pinta Mentari.     

Sandra pun tampak syok mendengar teriakan Mentari itu, karna sejak tadi memang dia menunggu teriakan dari kamar Mentari, ketika racun dalam susu itu mulai bereaksi.     

Namun sayangnya teriakan itu bukan teriakan karna akibat efek keracunan, tapi sebuah teriakan kemarahan dari mulut Mentari.     

Lali dengan segera Sandra membuka pintu kamarnya.     

Ceklek!     

"A-ada apa sih, Tari?!" tanya Sandra.     

"Kak Sandra itu benar-benar keterlaluan ya!" kencang Mentari.     

"Apa maksud kamu?!" tanya Sandra.     

"Kak, Sandra sengaja, 'kan, menaruh racun di dalam susuku!?"     

'Hah?! Bagaimana dia bisa tahu ya?!' batin Sandra.     

Seketika Sandra pun langsung beralibi untuk menampik tuduhan Mentari itu.     

"Eh, kamu itu ngomong apa sih, Tari! Jangan asal tuduh ya kamu?!" sangkal Sandra.     

"Jangan pura-pura tidak bersalah kepadaku!" cantas Mentari.     

"Iya, aku salah apa?!" tanya Sandra yang masih juga tidak mengakui perniatannya.     

"Apa Kak Sandra itu sudah kehabisan akal ya, untuk mengalahkanku?. Makanya Kaka berencana membunuh ku dengan racun dalam susu itu!?"     

Sandra menjadi terdiam sesaat, dia memikirkan apa yang membuat Mentari bisa mengetahui niat jahatnya itu, sementara saat menaruh racun itu, tidak ada satu pun saksi yang tahu.     

Mentari seoelah seperti gadis indigo yang ada di dalam film-filem.     

"Mentari, apa kamu punya bukti atas tuduhan mu itu?!" tanya Sandra yang berusaha menyudutkan Mentari.     

Mentari kini yang giliran terdiam sesaat, untuk membuktikan ucapanya kepada Sandra.     

Karna sebuah tuduhan tanpa bukti nyata sama saja hanyalah omong kosong belaka.     

Tapi dia paham betul jika Cinta tidaklah asal bicara, pasti apa yang di katakan Cinta pasti benar, karna dia tidak pernah berbohong sekali pun.     

Dan itu artinya, kalau Sandra benar-benar sudah berniat meracuninya, pasti di dalam kamar ini ada barang bukti yang sedang ia sembunyikan.     

Berak!     

Mentari mendorong pintunya agar lebih lebar lagi, dan setelah itu dia masuk ke dalam kamar Sandra tanpa permisi.     

"Eh, Tari! Kamu mau apa?!" teriak Sandra.     

Mentari tidak memperdulikan teriakan Sandra, dan dia tetap masuk secara paksa dan memerikas seluruh isi kamar seperti meja hingga di bagian lacinya.     

Dan tepat saat itu, Mentari menemui kna beberapa botol kecil dan sebagian berbentuk puyer dengan kemasan yang mencurigakan     

Seketika Mentari pun terkejut dan sampai mengangkatnya ke atas.     

"Ini apa?!" tanya Mentari dengan tegas.     

"Itu ... itu hanya—"     

"Hanya racun?!"     

"Bu-bukan!"     

"Terus apa?!"     

"Itu, resep obat penenang dari seorang dokter!"     

"Oh, ya! Kalau boleh tahu, Kak Sandra sedang sakit jiwa ya, sampai harus meminum obat dari dokter!?"     

Sandra tertohok, setelah mendengar sindiran Mentari itu.     

"Kamu itu benar-benar kelewatan ya, Tari! Beraninya kamu menuduh ku seenaknya?!"     

"Emmm, fuh!" Mentari menggelengkan kepalanya.     

"Kamu tidak tahu kan, kalau selama ini aku banyak mengalami stres berat sehingga aku butuh obat-obatan penenang!" sangkal Sandra.     

Dan Mentari segera melemparkan botol-botol racun itu.     

Klunting!     

"Bohong! Kamu pikir saya percaya?!" sergah Mentari.     

"Dengar ya, Kak Sandra! Kalau Kaka terus-tersan begini maka kalau suatu saat terjadi sesuatu buruk dengan kak Sandra, maka itu di luar kehendakku!" pesan Mentari.     

Sandra tidak tahu, dengan apa yang di maksud oleh Mentari itu.     

Dan setelah itu Mentari pun pergi dari dalam kamar Sandra.     

Jegler!     

Suara Mentari yang menutup pintu kamar Sandra dengan kasar, sampai Sandra pun tersentak karna saking kagetnya.     

"Coba lihat tingkahnya itu! Benar-benar seperti seorang gadis hebat!" gumam Sandra.     

Laku Sandra memunguti botol-botol berisi racun itu.     

"Aku tidak akan membiarkanmu hidup lebih lama lagi! Karna aku sudah tidak tahan melihat wajahmu yang sok suci dan sok berani itu di hadapanku!" ujarnya lagi     

Dan tak lama Sandra pun keluar kamar, untuk mencari udara segar, dan untuk melupakan apa yang sedang terjadi hari ini.     

Dia merasa di permalukan oleh Mentari.     

Sandra pun pergi ke sebuah club malam, yang letaknya tak jauh dari rumah Mentari.     

Dia bisa masuk ke sebuah club malam meski dengan setatusnya yang masih seorang pelajar.     

Dan hal itu bisa terjadi karna dia memiliki teman yang di dalam club malam itu     

Dan di sana, Sandra pun mulai melepaskan segala penaknya dengan berpesta dan bersenang-senang seperti yang laknnya.     

Sandra menengguk beberapa gelas minuman keras dan di selingi dengan menghisap sigaret, hingga mulutnya mengepul asap dan membuatnya merasa nikmat.     

"Hai, Sandra! Lama kamu gak ke mari?!" tanya Sasa, teman dari Sandra dan usia Sasa tentunya lebih dewasa dari Sandra     

Sasa juga pemilik dari club malam itu.     

"Ah, iya, belakangan aku, sibuk!" jawab Sandra.     

"Kayaknya kamu sedang stres berat ya?" tanya Sasa.     

"Ah, iya benar! Aku memang sedang stres berat nih!" jawab Sandra.     

"Ok, kalau begiru ceritakan saja kepadaku! Siapa tahu aku bisa membantu mu!" ujar Sasa.     

"Ah, baiklah aku ingin bertanya apa kamu tahu carael membunuh orang dengan cepat dan aman?" tanya Sandra secara terabg-terangan.     

"Haha, kalau soal itu tinggal bayar orang sana nanti juga beres!" jawab Sasa dengan santai.     

Sandra pun tersenyum mendengarnya, karna ide dari Sasa itu patut di coba.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.