Bullying And Bloody Letters

Tewas Dengan Cara Yang Pantas



Tewas Dengan Cara Yang Pantas

0Dan dua pria yang lainnya, berusaha mencegah tangan Sandra agar berganti mencekik dan melukai leher rekan mereka.     
0

Tapi sekeras apa pun mereka menahan, tetap saja tidak berhasil.     

Dan tetap saja pria dalam cengkeraman Sandra itu terus meronta dan mulai meregang nyawa.     

Perlahan mulai terdengar bunyi gemertak suara tulang leher yang  hancur.     

Dua pria itu tak bisa berbuat apa-apa, dan mereka hanya bisa menyaksikan rekanya melotot sambil menjulurkan lidah, dengan aliran darah yang keluar dari mulut mata dan telinganya.     

Sandra menarik tangannya dengan kuat, hingga kepala si pria tercabut dari  tubuhnya.     

      

Cuuur....     

Darah menyembur mengenai sekitar ruangan itu bahkan wajah Sandra pun sampai berubah kemerahan karna darah yang menyembur dan mengenai wajahnya.     

      

Tepat saat itu Mentari terbangun, dan melihat keadaan ruangan yang sangat kacau dan dipenuhi darah, serta wajah Sandra yang terlihat menyeramkan dan di tangannya masih memegang potongan. Kepala milik si pria itu.     

Sandra menatap ke arah Mentari sambil menyeringai seram.     

Seketika Mentari pun berlari ke luar dari dalam rumah tua itu untuk mencari bantuan.     

      

Sedangkan salah satu dari dua pria itu pun juga turut berlari ke luar mengikuti jejak Mentari.     

Sedangkan pria yang satunya masih tertinggal, dia tampak gugup, dan hendak mengejar temannya untuk ikut berlari, tapi sayangnya.     

Sandra malah menghampirinya terlebih dahulu.     

Pria itu pun tak bisa berbuat apa-apa, apalagi Sandra sudah memegang tangannya, hingga si pria tidak bisa bergerak.     

Sandra memegang tangan pria itu dengan kuat, hingga si pria merasa ketakutan, dan setelah itu dia menariknya hingga tangannya terputus. Tepatnya di tangan kanannya.     

Sedangkan tangan di bagian kirinya masih tersisa, pria itu menangis kesakitan hingga berteriak-teriak histeris.     

Dia melihat potongan tangan miliknya sedan tergeletak tepat di hadapannya.     

Dan darah terus menetes dari tubuh bagian pundaknya.     

Dia menjerit-jerit, meraung-raung kesakitan.     

Bahkan dia tidak bisa lagi menahan rasa sakitnya.     

Rasanya sudah tidak bisa di ungkapkan dengan kata-kata.     

Dia hanya bisa pasrah, dan tidak lagi mampu untuk berlari.     

Sementara Sandra dengan ketidak warasannya malah berjalan menghampirinya.     

Dan kini jarak antara mereka malah semakin dekat saja.     

Pria itu benar-benar ketakutan, detak jantungnya melaju dengan sangat cepat.     

Lalu Sandra meraih rambutnya, dan menjambak rambut pria itu dengan sangat kencang hingga satu genggam rambut pria itu yang kebetulan gondrong, sampai tercabut.     

Ada luka sisa darah di kulit kepalanya.     

Sandra tertawa sejadi-jadinya. Dan dia mendekat lagi ke arah pria itu dam meraih bagian telinga si pria, dan dia menariknya dengan kencang, hingga telinganya terputus.     

Penampilan si pria yang tadinya terlihat gagah itu kini terlihat sangat menyeramkan dan mengenaskan.     

      

Sandra masih tetap beraksi dengan  ketidak warasannya, dia kembali meraih rambut si pria, lalu memukul-mukul kan kepala pria itu ke bagian tembok hingga tak terhitung jumlahnya.     

Sampai kepala si pria pembunuh bayaran  itu pecah dan mengeluarkan banyak darah.     

Sampai warna kulitnya yang sawo matang itu tidak lagi tampak, karna semua sudah di tutupi oleh cairan darah.     

Dan akhirnya pria itu pun tewas saat itu juga.     

Dia yang diberi uang untuk menghabisi nyawa orang, tapi malah nyawanya sendiri yang di habisi orang.     

Bahkan yang menghabisi orang yang membayarnya tadi.     

      

Dan tak lama, Mentari pun datang dengan di temani beberapa warga sekitar yang kebetulan tinggal di sekitar rumah tua itu.     

Namun saat mereka datang semua sudah terlambat dua pria sudah terbunuh, dan satu pria lagi sudah menghilang karna melarikan diri.     

Sandra menatap Mentari dan para warga itu dengan tajam, dengan rambut yang awut-awutan, dan sekujur tubuh yang di penuhi dengan darah-darah para korbannya.     

      

Para warga yang hadir dan yang hendak membatu para korban itu pun malah ketakutan karna melihat wajah Sandra.     

Apa lagi, di lantai tampak tergeletak jasad-jasad dengan keadaan tubuh yang tidak utuh.     

      

Tentu saja, mereka masih sayang terhadap nyawa mereka sendiri, dan akhirnya para warga itu pun memilih berlari meninggalkan Sandra.     

Tinggallah Mentari saja yang ada di tempat itu, dengan wajah ketakutannya, Mentari memaksakan diri untuk menyadarkan Sandra.     

Karna dia tahu, di dalam tubuh Sandra ada Arwah Sandra yang sedang bersemayam.     

      

"Kak Sandra! Sadar Kak! Tolong sadar, Kak Sandra!" Pinta Mentari.     

Dan Mentari pun berjalan dan mendekat ke arah Sandra.     

Lalu Mentari memeluknya dengan erat.     

"Cinta, aku tahu kamu ada di dalam tubuh, Kak Sandra, dan aku mohon keluar sekarang!" pinta Mentari.     

Bahkan Mentari sampai mengusap punggung Sandra agar Sandra merasa tenang.     

Tapi nampaknya Cinta yang kini ada di dalam tubuh Sandra itu pun tidak mau menurutinya.     

      

Sandra menggeleng-gelengkan kepalanya dengan cepat, kemudian tertawa-tawa dengan kencang tanpa arti.     

      

Haha haha haha haha haha!     

Haha haha haha haha haha!     

Haha haha haha haha haha!     

Haha haha haha haha haha!     

"TIDAK BISA! HAHA HAHA HAHA DIA AKAN MATI!" ujar Sandra.     

      

Lalu Sandra menepis tubuh Mentari hingga Mentari pun sampai terjatuh ke lantai.     

Lalu Sandra berlari sekencang-kencannya dan berhenti sejenak di bahu jalan.     

Aksi Sandra itu di saksikan oleh banyak orang tapi, tidak ada yang mau mendekatinya, untuk menghentikan Sandra.     

Mereka ketakutan, apalagi sebagian dari mereka sudah menyaksikan aksi keji Sandra yang baru saja di lakukan di rumah tua tadi.     

      

Sandra berhenti menatap jalanan yang kebetulan sedang tidak terlalu ramai kendaraan yang lewat, dia melihat satu-persatu mobil yang lewat, sambil tertawa-tawa tidak jelas lagi.     

      

      

Haha haha haha haha haha!     

Haha haha haha haha haha!     

Haha haha haha haha haha!     

Haha haha haha haha haha!     

"Hari ini kamu pasti mati! Orang jahat harus mati dengan cara yang pantas!" gumamnya, sambil masih tertawa-tawa tanpa henti.     

Dari sudut kedua netranya perlahan mengeluarkan butiran air mata.     

Itu adalah air mata Sandra yang sedang ketakutan karna tidak bisa menguasai dirinya sendiri.     

Sementara di bagian mulut masih tertawa-tawa tanpa henti.     

      

Haha haha haha haha haha!     

Haha haha haha haha haha!     

Haha haha haha haha haha!     

Haha haha haha haha haha!     

Dan dari kejauhan tampak sebuah mobil bus yang lewat dan melaju dengan kencang.     

Karna bus itu tampaknya sedang tidak membawa penumpang  dan kebetulan jalanan lumayan sepi kendaraan.     

Hanya ramai orang-orang yang berkerumun di pinggir jalan menyaksikan aksi Sandra.     

      

Lalu ketiak mobil itu mulai mendekat, seketika Sandra memasang tubuhnya dan merentangkan tangan sambil tertawa-tawa kencang.     

      

Haha haha haha haha haha!     

Haha haha haha haha haha!     

Haha haha haha haha haha!     

Haha haha haha haha haha!     

      

BRUAAAAAAAK!     

Mobil bus itu menabrak tubuh Sandra hingga terpental jauh kemudian kembali terseret mobil itu lagi hingga hancur berhamburan.     

      

      

      

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.