Bullying And Bloody Letters

Kepulangan Melisa



Kepulangan Melisa

0"Aku gak di suruh masuk nih?" tanya Vero.     
0

"Eh, iya, silakan masuk, Kak!" tukas Mentari, sambil mengelap keringatnya yang bercucuran sehabis membersihkan rumah.     

      

      

"Silakan duduk, Kak,"     

"Iya, kamu juga duduk dong!" ujar Vero.     

"Iya,"     

Mentari pun duduk di sofa tapi duduknya berseberangan dengan tempat duduknya Vero.     

"Tari kamu lagi marah ya sama aku?"     

"Eh, enggak kok!"     

"Tapi kok duduknya jauh-jauhan gitu sih!?"     

"Oh, itu, Kak. Soalnya ... Tari gak percaya diri kalau dekat-dekat sama Kak Vero." Jawab Mentari.     

"Loh kenapa?"     

"Tari, belum mandi, hehe," jawab Mentari jujur.     

"Ah, masa sih?"     

Vero pun berjalan mendekati Mentari, dan duduk di samping Mentari.     

"Eh, Kak Vero! Ngapain dekat-dekat, Tari! Udah bilang kalau, Tari, belum mandi!"     

"Ya akan aku cuman mastiin,"     

"Hah! Mastiin apaan?!"     

"Ya kamu udah mandi apa belum?"     

"Kan, Tari, udah bilang belum!"     

Dan Mentari pun bergeser semakin menjauh dari Vero.     

Tapi Vero terus mendekatinya, dan dia mengecup kening Mentari.     

Mentari pun terdiam sambil menahan malu.     

Karna dia benar-benar tidak percaya diri dengan badan yang masih kotor dan berkeringat habis membersihkan rumah.     

Tapi Vero malah seenaknya mencium keningnya.     

"Kak Vero! Apa-apaan sih, pakek cium kening segala?!"     

"Loh, kan tadi udah bilang, aku mau cek kamu udah mandi apa belum, dan ternyata bener. Kalau kamu belum mandi, soalnya bau asem!" tukas Vero sambil menutup hidungnya sesaat.     

Setelah mendengarnya, Mentari pun langsung berlari naik ke tangga atas dan dia masuk kedalam kamar, sambil melucuti pakaiannya kemudian masuk ke kamar mandi.     

      

      

Keicik... kricik....     

      

Mentari segera menggosok-gosok tubuhnya dengan spon mandi dan sabun secara cepat.     

Setelah selesai mandi dia segera mengeringkan rambutnya dan merias wajahnya.     

"Duh, Kak Vero itu  benar-benar nyebelin ya! Aku belum mandi main datang-datang aja!" gerutu Mentari.     

      

      

Setelah selesai berdandan serta menggunakan pakaian yang lumayan bagus, Mentari segera turun ke lantai bawah.     

Mentari hendak menemui Vero.     

Tapi di bawah sudah tidak ada Vero.     

Padahal tadi, Vero ada di bawa dan sedang asyik duduk di sofa.     

"Kok , Kak Vero, gak ada sih?"     

Mentari menengok-nengok kesana-kemari, tapi Vero tidak ada.     

"Apa jangan-jangan, Kak Vero, sudah pulanya?     

Seketika wajah Mentari menjadi sangat kecewa.     

"Apa, Kak Vero, kesal kepadaku, gara-gara aku mandinya lama?"     

Mentari berjalan ke luar rumah untuk melihat keberadaan mobil Vero.     

Dan ternyata mobilnya masih ada , yang artinya Vero belum pulang.     

Dan dari sudut taman, Mentari melihat ada Vero yang tengah berdiri santai sambil mengobrol bersama Dimas.     

"Oh, rupanya ada di sana dia, kirain udah pulang," ujar Mentari.     

      

Lalu Mentari menghampiri mereka berdua.     

"Kak Vero! Kirain udah pulang," tukas Mentari.     

"Oh, jadi ngusir nih!"  sahut Vero.     

"Eh, enggak, Kak!" jawab Mentari.     

"Haha! Yasudah ayo masuk ke rumah, Nak Vero!" ajak Dimas.     

"Iya, Om!"     

      

Mereka pun masuk ke dalam rumah dan mengobrol.     

Vero dan Dimas tampak sangat akrab, dan mereka mengobrol tanpa beban.     

Sedangkan Mentari hanya terdiam melihat mereka berdua yang sedang asyik mengobrol tentang bisnis dan saham.     

Tentu saja, hal itu membuat Mentari, tidak begitu tertarik untuk menimbrung, dan lebih memilih diam serta mendengarkan obrolan mereka saja.     

"Aduh, kasihan juga ya, Tari. Om. Kayaknya dari tadi kita melupakan, keberadaannya," ledek Vero.     

"Ih, Kak Vero, apaan sih!" Mentari mencubit bagian perut Vero.     

Sedangkan Dimas hanya tertawa sambil geleng-geleng kepala karna melihat mereka berdua yang tampak sedang asyik mengobrol.     

"Om, sebaiknya pergi saja ya, karna agak gak enak mengganggu orang pacaran," ujar Dimas.     

"Eh, jangan, Om!" teriak Mentari.     

"Udah, kalian ngobrol berdua aja, gak apa-apa kok!" ujar Dimas.     

Dan dia berjalan meninggalkan ruang tamunya.     

      

      

      

      

Suasana bandara yang cukup ramai, tampak Melisa baru saja keluar dari dalam pesawat, sambil mendorong kopernya yang berukuran besar.     

      

Dengan menggunakan celana jeans ketat, kaos yang dilapisi jaket kulit warna hitam, dan juga menggunakan kaca mata hitam.     

Melisa berjalan menghampiri ayahnya.     

"Ayah! Aku kangen sama, Ayah," ucap Melisa sambil melepas kaca matanya  dan mengecup kening sang ayah lalu memeluknya.     

"Ayah, juga kangen, tapi tolong jangan ulangi lagi kejadian kemarin," pinta sang ayah.     

"Iya, Ayah, yang kemarin Melisa minta maaf," jawab Melisa.     

"Ok, tapi ingat, Ayah gak akan menolong kamu lagi, kalau kamu masih melakukan kenakalan-kenakalan kamu lagi, Ayah sudah lelah. Yang kemarin saja Ayah sampai kalang kabur menutup kasusmu itu!"     

"Iya, Ayah!"     

"Janji ya!"     

"Iya, Janji!" Melisa pun tersenyum sambil mengacungkan dua jarinya.     

      

      

Setelah dari bandara, Melisa dan sang ayah tidak langsung pulang ke rumah, mereka berhenti di sebuah restoran yang cukup terkenal di Jakarta.     

Setelah itu mereka duduk di salah satu bangku yang tersedia di tempat utu.     

Dan tak sengaja Melisa melihat Laras dan Alvin sedang asyik makan di tempat itu.     

'Loh, itu bukanya gadis yang sempat kencan sama Vero waktu itu?' batin Melisa.     

"Ada apa, Sayang?" tanya sang ayah.     

"Ah, enggak kok, Yah," jawab Melisa.     

      

Melisa diam-diam terus, mencuri pandang ke arah Laras dan Alvin.     

Dia masih merasa sangat penasaran kenapa Laras makan siang dengan pria lain, bukan dengan  Vero, apa lagi, mereka berdua tampak sangat mesra.     

      

Padahal Melisa sudah merencanakan hal buruk kepada Laras saat pulang dari Los Angeles.     

Tapi melihat Laras yang nampaknya sudah tidak ada hubungan dengan Vero membuatnya ingin mengurungkan niatnya saja.     

      

"Ayo, dimakan, Sayang, keburu dingin makanannya!" ujar sang ayah.     

"Eh, iya, Yah!" jawab Melisa.     

Dan tak lama Laras pun pergi meninggalkan Alvin, sepertinya dia hendak pergi ke toilet.     

Melisa pun tak tinggal diam, dan dia berinisiatif untuk mengejarnya.     

"Yah, aku pergi ke toilet ya,"     

"Ok, jangan lama-lama ya, nanti Ayah bosan makan sendirian,"     

"Iya, Yah!" jawab Melisa.     

      

***     

      

Di toilet.     

      

Laras baru saja keluar dari dalam toilet, dan di depan pintu toilet sudah ada Melisa yang menyambutnya dengan keingin tahuannya.     

"Laras!" sapa Melisa.     

"Eh, kamu ...!" Laras menghentikan langkahnya dan berjalan mendekati Melisa.     

"Kamu, udah gak kabur lagi?" tanya Laras.     

"Apa maksudnya dengan kata kabur?" tanya balik Melisa.     

"Yah, bukanya kamu kabur keluar negeri setelah terlibat kasus pembunuhan!" ketus Laras.     

"Eh, diam kamu! Jangan asal bicara kamu! Atau kalau tidak bakalan aku sobek mulut kamu itu!" sergah Melisa.     

"Ah terserah! Sekarang apa tujuan kamu menemuiku di sini?!" tanya Laras dongan nada kasar.     

"Ah iya, aku hampir lupa tujuan awalku! Jadi aku ingin bertanya dengan mu, apa kamu sudah tidak berhubungan lagi dengan Vero?!" tanya Melisa.     

"Iya! Kenapa?!"     

"Lalu siapa pacar, Vero sekarang!?"     

      

'Aduh, kalau aku bilang pacarnya Vero itu, Mentari, pasti Cewek Gila ini bakalan gangguin Mentari! Jadi mendingan aku bohong aja deh' batin Laras.     

      

      

      

To be continued.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.