Bullying And Bloody Letters

Keberadaan Vero



Keberadaan Vero

0Di dalam ruang makan itu terdapat sebuah jendela yang membuat Vero dapat melihat keadaan di luar dari balik jendela.     
0

Terdapat banyak sekali bunga-bunga, dan dari kejauhan terdapat hamparan pohon teh dan bukit-bukit.     

Dan melihat hal itu Vero mulai yakin jika saat ini dia sedang berada di daerah puncak.     

Tak lama Melisa pun menghampirinya dengan sepiring nasi goreng yang baru saja ia buatkan untuk Vero.     

"Ini nasi gorengnya, Sayang. Makan yang banyak ya!" tukas Melisa penuh semangat.     

"I-iya, terima kasih," jawab Vero.     

Dan Vero pun segera memakan nasi goreng yang masih hangat itu dengan lahap, bukan karna dia yang kelaparan, tapi karna dia tidak ingin membuat Melisa curiga akan niatnya yang akan pergi.     

"Enak tidak!" tanya Melisa.     

"Enak!" jawab Vero singkat.     

Lalu Melisa segera menuangkan akan minum di dalam gelas.     

"Ini minumnya," tukas Melisa.     

"Iya, terima kasih ya, Mel! " ucap Vero.     

"Sama-sama!" jawab Melisa.     

Dan Melisa terus memandangi Vero yang masih menyendok makanannya itu, sambil tersenyum bertopang dagu.     

Kemudian sesaat dia menghentikan senyuman itu lalu ekspresi wajahnya berubah.     

Tapi ketika Vero menengok ke arahnya, Melisa segera tersenyum kembali. Dan saat Vero tak melihatnya dia kembali menatap Vero dengan sinis.     

      

Seperti ada yang di sembunyikan di balik senyuman Melisa. Nampaknya dia masih belum yakin kalau Vero benar-benar akan berubah.     

"Vero, kamu mau teh hangat?" tanya Melisa.     

"Boleh!" jawab Vero.     

"Ok, aku akan membuatkan untukmu," tukas Melisa.     

Dan Melisa segera berdiri dari tempat duduknya lalu dia membuatkan secangkir teh untuk Vero.     

Dan di saat itu, kembali Vero memainkan matanya untuk melirik-lirik keadaan sekitar.     

      

Sementara Melisa sambil mengaduk tehnya, sesaat dia juga melirik ke arah Vero untuk memperhatikan gelagat Vero yang mencurigakan itu.     

'Kamu pikir aku ini orang yang bodoh?' batin Melisa.     

Lalu Melisa menaruh sesuatu di dalam teh itu.     

Dan setelah itu dia membawa secangkir teh hangat itu ke hadapan Vero.     

"Ini tehnya," tukas Melisa, sambil menaruh teh itu di atas meja.     

      

"Terima kasih, Mel." Ucap Vero.     

"Sama-sama, Sayang!" jawab Melisa.     

Vero tanpa ragu juga meneguk teh itu, pelan-pelan.     

Dia benar-benar sedang ingin merebut kepercayaan Melisa.     

Dengan cara begini, Vero berharap Melisa percaya kepadanya, dan dia bisa melepaskan Vero.     

      

"Melisa, apa kamu tidak mau melepaskan ku saja? Dan kalau kamu mau melepaskanku, aku berjanji tidak akan meninggalkanmu, aku mau menjadi kekasih mu, bahkan aku akan menikahimu," ucap Vero. Yang lagi- lagi sedang merayu Melisa agar dia mau mengeluarkannya dari tempat ini.     

"Mungkin kalau saat ini belum, Sayang! Aku tidak bisa melepaskanmu begitu saja! Aku belum bisa mempercayaimu sepenuhnya." Ujar Melisa.     

'Sialan!" umpat Vero di dalam hati.     

"Kamu belum bisa membuatku yakin sepenuhnya, bagaimana kalau kamu meninggalkanku atau bahkan melaporkanku ke polisi setelah kamu keluar dari tempat ini?" tanya Melisa.     

      

'Uh, sialan! Dia ini benar-benar tidak mudah di kelabui, tapi aku tidak boleh menyerah, dan aku harus bisa membuatnya yakin' batin Vero.     

"Ah, begitu ya. Tapi tidak apa-apa kok. Aku mengerti karna kamu memang butuh waktu untuk percaya kepadaku," ujar Vero.     

"Terima kasih, Sayang atas pengertiannya."     

      

Vero pun mengangguk dan dia kembali menyeruput teh buatan Melisa. Terasa sedikit aneh dalam teh itu, tapi dia tidak peduli dan tetap meminumnya.     

"Sayang aku mandi dulu ya! Kamu jangan macam-macam!" ucap Melisa.     

"Eh, iya, Mel!" jawab Vero.     

Vero merasa sangat bahagia mendengar Melisa akan mandi, itu artinya dia mendapatkan kesempatan untuk kembali mencari cara keluar dari tempat ini.     

      

Saat Melisa mulai memasuki kamar mandi, Vero mulai melancarkan aksinya.     

Dia mulai mencoba membuka knop pintu.     

Tapi tidak ada satu pun pintu yang dapat di buka.     

Lalu dia memasuki sebuah ruangan dan dia menemukan ponsel milik Melisa.     

Dengan segera dia mengirim pesan kepada Mentari.     

Yang bertuliskan,     

'Tari, ini Vero, aku berada di daerah puncak Bogor, di sebuah Vila, jangan hubungi nomor ini, karna ini nomor Melisa.     

Lalu Vero juga mengirimkan lokasi saat ini dia berada.     

Setelah itu Vero meletakkan ponselnya ke tempat semula, dan selanjutnya Vero pun kembali duduk di ruang makan.     

Dan tepat di saat itu, Vero mulai merasakan kantuk yang luar biasa.     

Kepalanya benar-benar berat tak tertahan, hingga pada akhirnya Vero pun terlelap di atas meja makan itu.     

      

Tak lama Melisa pun ke luar dari dalam kamar mandi, lalu dia melihat Vero sudah tergeletak di meja makan.     

Melisa berjalan menghampirinya. Sambil tersenyum Melisa mengelus rambut Vero.     

"Kamu gak akan bisa keluar dari tempat ini, Sayang," ucapnya.     

      

Lalu Melisa masuk ke dalam kamar meninggalkan Vero yang masih tergeletak di meja makan itu.     

Lalu Melisa mengecek ponselnya, dan dia melihat pesan yang baru saja dikirimkan oleh Vero ke nomor ponsel Mentari.     

"Dasar ceroboh! Kenapa tidak dihapus!" gumam Melisa     

Seketika Melisa menghubungi kedua anak buahnya, yang kemarin sudah membantunya menculik Vero.     

"Cepat datang kemari!" perintah Melisa.     

Dan Melisa beserta para anak buahnya langsung memindahkan Vero ke tempat lain yang tentunya ke luar dari kota itu.     

"Vero, Vero, Kamu pikir kamu akan terlepas begitu saja dariku!" tukas Melisa.     

      

      

      

      

***     

      

Sementara, Mentari dan yang lainya mulai bergegas mencari Vero, dengan di temani beberapa orang dari pihak kepolisian.     

Mereka mulai mencari letak keberadaan Vero, lewat peta lokasi yang dikirimkan oleh Mentari.     

"Gimana ini! Tante kawatir banget sama keadaan, Vero!" tukas Sarah.     

"Sabar ya, Tante, semoga saja, kak Vero, bisa kita temukan hari ini!" ujar Mentari.     

"Pak, tolong agak di percepat mobilnya!" tukas Alvin.     

"Baik, Den!" jawab sang sopir.     

      

      

Sudah berjam-jam mobil mereka memutari kawasan puncak. Hingga akhirnya mereka pun menemukan sebuah Vila yang letaknya lumayan terpencil.     

"Kamu yakin ini tempatnya, Tari?" tanya Laras.     

"Iya aku yakin, dari alamat yang di kirim Vero di sini tempatnya." Jawab Mentari.     

Namun setelah dia memeriksanya rupanya, di dalam rumah itu tidak ada siapa pun.     

Tapi mereka menemukan barang bukti berupa jam tangan yang biasanya dikenakan oleh Vero.     

"Yah, tidak salah lagi, Pak Polisi! Ini jam tangan milik anak saya!" ujar Sarah.     

"Jadi benar tadinya Vero di sekap di sini!?" tukas Alvin yang masih penasaran.     

"Iya, Vin. Kak Vero, di sekap di sini dan Tari, yakin kalau kak Vero sudah dibawa lagi ke suatu tempat yang sangat jauh!" ujar Mentari.     

"Aduh, gimana ini, Nak Tari?" Sarah pun  kembali meneteskan air matanya.     

Sedikit kebahagiaan karna mendapat kabar tentang keberadaan Vero, tapi setelah itu hilang lagi karna ternyata Melisa lebih cerdik dari mereka semua.     

Kembali mereka memutar otak untuk menerka di mana keberadaan Vero.     

      

      

      

***     

      

Sementara itu, Vero kembali terbangun di sebuah tempat yang tampak berbeda dari sebelumnya.     

"Loh, aku ada di mana lagi ini?!"     

      

      

      

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.