Bullying And Bloody Letters

Tipu Daya Melisa



Tipu Daya Melisa

0"Dasar gi...."     
0

      

Pandangan Vero mulai kabur, kepalanya sangat pusing, dan tubuhnya mulai melemas.     

Vero memegangi kepalanya sambil berusaha untuk menguatkan dirinya agar tidak jatuh pingsan     

Tapi tetap saja dia tidak bisa, tubuhnya semakin lemas tak tertahan hingga pada akhirnya dia pun ambruk dan pingsan.     

      

      

"Cek cek cek, masih juga berusaha kabur," tukas Melisa sambil berdecak heran.     

Melisa kembali menghubungi para anak buahnya untuk mengurus Vero, lalu dia pun pergi dan berusaha mencari tahu tentang Mentari.     

      

***     

Dan setelah dia mencari tahu tentang Mentari, dengan di bantu oleh para buah yang lainnya, akhirnya dia mendapatkan informasi lengkap tentang Mentari, baik tentang tempat tunggal, akun media sosial dan yang lainnya.     

Dan yang membuatnya terkejut adalah, bahwa Mentari ternyata adalah sahabat karib dari Laras.     

Padahal waktu itu Laras, mengatakan bahwa dia tidak ada urusan lagi dengan Vero, dan tidak tahu siapa gadis yang saat ini dekat dengan Vero. Dan setelah melihat hal ini, Melisa baru sadar ternyata Laras sengaja menyembunyikan Mentari, sebagai kekasihnya Vero, agar dia bisa melindungi sahabatnya.     

      

"Harusnya waktu itu aku tidak melepaskan si Bodoh Laras! Harusnya aku habisi saja di tempat itu juga!" gumam Melisa.     

Tanpa ragu Melisa turun tangan sendiri mendatangi rumah Mentari.     

"Oh, jadi ini rumah gadis itu," tukasnya.     

Melisa tak turun dari mobilnya dia memandangi keadaan sekitar rumah dan menunggu sampai Mentari keluar dari dalam rumahnya.     

      

Dan tak lama, Mentari pun keluar dari dalam rumah dengan menggunakan seragam sekolahnya dan masuk ke dalam mobil Dimas.     

Dan di dalam mobil itu sudah ada Dimas tentunya.     

Kemudian mobil pun melaju meninggalkan halaman rumah Mentari.     

Mobil Melisa juga mengikutinya dari belakang.     

      

Beberapa menit kemudian mobil berhenti tepat di depan gerbang sekolahan, dan Dimas pun meninggalkan Mentari untuk pergi ke kantor.     

"Om, berangkat ke kantor dulu, kamu hati-hati ya, di sekolah!" pesan Dimas kepada Mentari.     

"Iya, Om, Om Dimas juga hati-hati ya!" sahut Mentari.     

"Iya," jawab Dimas.     

      

Melihat Mentari yang baru saja keluar dari mobil, dengan berjalan pincang, membuat Melisa pun berdecak Heran sambil menggelengkan kepalanya.     

"Dasar, Vero Bodoh! Kenapa sih seleranya selalu payah!" gerutu Melisa.     

      

"Dulu Cinta, si Bisu! Dan sekarang, Tari, si Pincang! Ada apa dengan otaknya Vero?!"     

Brak!     

Melisa menggebrak bagian setir mobilnya.     

"Apa kurangnya aku! Aku cantik! Aku kaya! Aku juga seksi, aku ini wanita dambaan para pria! Tapi kenapa justru Satu-satunya pria yang aku cintai malah memilih gadis lain?!"     

Hufttt.... Melisa menghela nafas berat.     

"Kalau gadis itu di atas levelku, aku masih bisa terima! Tapi mereka itu berada jauh di bawah levelku! Bagaimana bisa seperti itu?!"     

      

Melisa terus memantau Mentari dari dalam mobilnya, dan dia menunggu di depan sekolah itu sampai Mentari pulang.     

Tak ada rasa bosan, meski harus berdiam di mobil tanpa kejelasan.     

Yang terpenting niatnya untuk menghabisi Mentari hari ini juga, bisa terlaksana.     

      

Tring...!     

Bel pulang sekolah pun sudah mulai terdengar, tampak Mentari dan Laras sedang asyik bergandengan tangan keluar gerbang.     

Dan tak lama Alvin pun keluar dengan motornya menghampiri Laras.     

Laras pulang berboncengan motor bersama Alvin.     

Dan meninggalkan Mentari pulang sendirian.     

"Kamu gak apa-apa kita tinggal?" tanya Laras.     

"Enggak, aku udah pesan taksi online, sebentar lagi juga sampai!" jawab Mentari.     

"Yang benar, Tari? Kalau enggak kita temani sampai mobilnya sampai ya?" tanya Alvin.     

"Ah, gak usah, Vin! Kalian duluan aja, aku benaran gak apa-apa kok!" jawab Mentari.     

      

Tak lama mobil taksi yang di pesan pun sudah sampai dan Mentari pun segera pergi dari sekolah itu.     

Kembali Melisa melajukan mobilnya untuk mengikuti Mentari.     

Dan sesampainya di depan rumah Mentari, Melisa juga menghentikan mobilnya, dia melihat Mentari yang sedang keluar dari dalam mobil taksi itu, dengan segera Melisa juga keluar dari dalam mobilnya dan menghampiri Mentari.     

"Mentari!" panggil Melisa.     

Seketika Mentari menengok, tentu saja melihat Melisa yang tiba-tiba menghampirinya, membuat Mentari sangat syok.     

"Melisa?" tukas Mentari.     

Dan Melisa pun tersenyum ramah lalu menghampiri Mentari.     

Tentu saja Mentari menjadi sangat waspada.     

Karna dia sudah tahu banyak soal Melisa.     

'Dia kemari mendatangiku, pasti ada rencana buruk kepadaku' batin Mentari.     

"Mau apa kamu kemari!?" tanya Mentari dengan ketus.     

"Wah, kasar sekali" sahut Melisa.     

"Katakan apa tujuan mu kemari?"     

"Ya aku ingin menemui mu!"     

"Katakan di mana kamu menyembunyikan, Kak Vero!?"     

"Dia ada bersamaku! Kalau kamu ingin bertemu dengannya, maka kamu harus ikut denganku sekarang!" ajak Melisa.     

Mentari merasa ragu untuk mengikuti ajakan Melisa.     

Sejujurnya dia ingin bertemu dengan Vero, karna dia tahu saat ini Vero ada bersama Melisa.     

Tapi dia takut kalau Melisa malah merencanakan sesuatu dan bukannya malah bertemu dengan Vero, tapi justru Melisa akan mencelakai dirinya lebih dulu.     

"Ayo, ikut denganku, kalau kamu ingin melihat Vero!" ajak Melisa lagi.     

Mentari pun masih terdiam, dia tidak menjawab ajakan Melisa dia masih sangat ragu.     

"Apa saja yang sudah kamu lakukan kepada, kak Vero!?" tanya Melisa.     

"Vero itu milikku, ya sudah pasti aku melakukan apa saja yang aku mau!" jawab Melisa.     

"Kenapa kamu sejahat ini dengan, kak Vero, Cinta dan juga yang lainnya?" tanya Mentari.     

"Wah, kamu juga kenal Cinta ya?"     

      

'Cinta? Ngomong-ngomong soal Cinta, pasti dia akan menolongku! Jadi aku tidak perlu takut lagi jika Melisa akan membunuhku, yang terpenting sekarang aku bisa menyelamatkan, kak Vero!' batin Mentari.     

      

"Ah, sudahlah jangan membahas Cinta! Yang terpenting bagiku saat ini adalah Kak Vero! Jadi  tolong cepat pertemukan aku dengan kak Vero!" sergah Mentari.     

"Oh, begitu ya! Kalau begitu, mari silakan masuk!"     

Ceklek!     

Melisa membukakan pintu mobilnya untuk Mentari.     

"Ayo tunggu apa lagi, cepat masuk sekarang juga!" perintah Melisa.     

      

Dan dengan sedikit rasa ragu-ragu, Mentari pun memasuki mobil itu lalu Melisa melajukan mobilnya dengan  kencang meninggalkan rumah Mentari.     

      

Diam-diam Mentari mengotak-atik ponselnya untuk memberi kabar kepada Alvin dan Laras.     

Dia bahkan terus menghidupkan GPS di ponselnya, untuk mempermudah memberi informasi kepada kedua sahabatnya itu.     

      

Meski awalnya tidak ketahuan, tapi lama-lama Melisa mengetahui gelagat Mentari yang sedang bermain ponsel.     

"Bisa tidak jangan bermain ponsel saat mengobrol denganku!" ujar Melisa     

Dan Mentari pun segera menyembunyikan ponselnya.     

      

Cekit...!     

Melisa menghentikan laju mobilnya dan segera meraih ponsel milik Mentari.     

"Aku tidak suka ada orang asyik bermain ponsel di samping ku!" bentak Melisa.     

      

"Eh, itu ponselku!" teriak Mentari.     

"Katakan selamat tinggal kepada benda ini!" ujar Melisa sambil melemparkan ponsel itu keluar jendela mobil.     

      

      

      

      

      

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.