Bullying And Bloody Letters

Setelah Jasad Ditemukan



Setelah Jasad Ditemukan

0Semua sudah berakhir, tak ada alasan lagi bagi Cinta untuk berada di dunia.     
0

Dendamnya sudah terbalaskan, Mentari si gadis yang selalu dia tolong juga, sudah tidak selemah dulu.     

Vero pria yang dia Cinta juga sudah berbahgaia bersama Mentari.     

Seminggu setelah jasdanya Cinta di temukan, ayahnya pun juga kembali.     

Jhon menemui Rossa dan memeinta maaf, Jhon berjanji akan berusaha untuk berubah, dan tidak akan melakukan kasalahanya yang sama.     

Awalnya Rossa menolaknya, tapi Jhon terus memohon bahkan sampai berlutut di hadapan Rossa.     

Dan Jhon juga menohon kepada Bram sang kaka ipar.     

Akhirnya mereka semua memaafkan Jhon.     

Rossa dan Jhon pun kembali rujuk dan kembali tinggal ke rumah mereka yang sebelumnya sempat kosong.     

Tentu saja Cinta merasa bahagia karna hal itu, sekarang hatinya tenang.     

Dia sudah benar-benar bisa pergi tanpa beban Karna sang ibu sudah tidak lagi sendirian.     

***     

Satu tahun kemudian.     

"Selamat ya, Tari, akhirnya kamu lulus, dan tentunya aku sangat bangga, karna pacarku ini mendapatkan nilai terbaik," puji Vero.     

"Kalau soal itu sudah pasti, otak Mentari kan encer, gak kayak otakku!" sambung Laras.     

"Eh, gak boleh gitu dong! Kamu kan juga dapet nilai terbaik, walaupun masih dibawah, Tari, sih," sambung Alvin.     

"Ya, kan itu juga berkat Tari, hahaha!" ujar Laras.     

"Aku nyontek ...." Bisik Laras di telinga Alvin.     

"Huh, dasar kamu ini!" Alvin mencubit hidung Laras.     

"Ah sakit! Alvin!" teriak laras.     

Sepulang dari acara kelulusan sekolah itu mereka pun kembali membuat pesta kecil-kecilan di salah satu Vila milik keluarga Mentari.     

Mentari yang bantu oleh, Yuni, Sarah, Rossa dan ibunya Alvin. Mereka memasak bersama untuk menyiapkan makan malam.     

Sedangkan para laki-laki, Alvin, Vero, Bram, Rio, Dimas, dan Jhon tampak sedang asyik mengobrol di ruang tamu.     

"Hay semuanya makanan udah siap nih!" teriak Larsa.     

"Wah, asyik nih, ayo sikat!" ajak Alvin mengomando yang lainnya.     

Di dalam ruang makan mereka sudah berkumpul dan bersiap menikmati makan malam.     

"Ini yang masak, Laras lo! dijamin rasanya enak banget!" ucap Laras penuh percaya diri.     

"Ah, apaan sih, Laras ngaku-ngaku aja, ini yang masak tu kebanyakan Mbak Yuni dan Tari!" sahut Sarah.     

"Ih, Tante Sarah nih, Laras juga ikutan masak tau!" jawab Laras.     

"Oh, apaan tadi suruh goreng bawang aja gosong!" ledek Sarah.     

"Ih, Tante Sarah! Kenapa harus buka aib sih?!" teriak Laras.     

"Haha! Maaf, Laras! Tante keceplosan!"     

"Ih, Tante Sarah jahat!"     

"Tenang, Laras Sayang! Walaupun kamu goreng bawang aja gosong, aku tetep sayang kok sama kamu, aku bakalan tetima kamu apa adanya, masalah gak bisa masak nanti kita bisa beli di restoran!" ujar Alvin sambil memegang manja dagunya Laras.     

"CIYEEE!" ucap serempak, Mentari, Rossa, Sarah dan yang lainnya.     

Suasana malam itu begitu meriah, mereka semua tampak sangat bahagia.     

Tak ada lagi rona kesedihan, semua tampak ceria, senyum bahagia selalu terukir di bibir mereka.     

***     

Beberpa tahun telah berlalu Mentari sudah menyelesaikan studinya dan tepat di hari ini, Vero beserta keluarganya mendatangi rumah Mentari.     

Kedatangan Vero bersama keluarganya adalah untuk melamar Mentari.     

Mentari sudah berdandan sangat cantik malam ini, dengan mengenakan gaun dan riasan bergaya flowless terlihat sangat menawan.     

Duduk di samping Dimas dan di sampingnya ada Laras yang menemani.     

"Tari, pasti kamu deg-degan banget ya?" lirih Laras di telinga, Mentari. Dan Mentari pun mengangguk.     

"Gak apa-apa aku dulu juga deg-degan kok," lirih Laras lagi.     

"Masa?"     

"Iya,"     

"Kok tumben sih, Alvin belum datang juga?"     

"Gak, tahu kayaknya dia lagi gak enak badan deh,"     

"Yah, sayang sekali ya?"     

"Iya, yah mau gimana lagi, dia sekarang itu sering keluar kota kadang juga lupa jaga kesehatan sendiri," jelas Laras.     

"Kasihan ya, dan itu sekarang jadi tanggung jawab kamu lo, Laras. Kamu harus bisa mengingatkan Alvin tentang kesehatannya, kamu kan sebentar lagi bakalan jadi istrinya, Alvin,"     

"Iya, Tari. Aku tahu. Aku juga udah sering ngingetin Alvin, tapi kadang Alvinnya yang suka bandel."     

"Aduh, susah juga ya kalau begitu,"     

"Ehem! Kok malah pada sibuk rumpi sendiri sih?" ujar Dimas.     

"Oopss! Iya hehe!" Laras menutup mulutnya malu.     

"Kamu sih ngajakin ngobrol aku," sahut Mentari.     

"Ih, apaan sih!"     

"Ssst... udah-udah! Sekarang bisa di lanjut, 'kan, Bapak Dimas?" tanya Sarah ibunda dari Vero.     

"Oh, iya, Bu Sarah silahkan," jawab Dimas.     

"Baik- jadi kedatangan kami kemari tak lain dan tak bukan adalah untuk menanyakan kesediaan, Nak Mentari, untuk di persunting putra saya, Vero. Apakah, Nak Mentari bersedia menjadi calon istri Vero putra saya dan menerima pinangan kami ini?" tanya Sarah.     

"Bagaimana, Tari? Apa kamu mau menerima lamaran dari, Vero?" tanya Dimas.     

"Iya, Om. Saya terima pinangan dari, Kak Vero. Saya siap menjadi calon istrinya, Kak Vero," jawab Mentari malu-malu.     

"YEYYY!" teriak Laras yang girang sendirian.     

"Ih, Laras apaan sih!" Mentari pun menyikut bagian perut Laras.     

"Awwwe! Sakit Tari!"     

"Ok, berhubung, Mentari sudah menerima lamaran dari Vero! boleh lah kita sekarang bertepuk tangan!" teriak Alvin yang tiba-tiba muncul dari bawah meja tempat mereka duduk.     

"Hah, Alvin!" teriak Mentari yang kaget. "Tadi katanya lagi sakit?" tanya Mentari.     

"Enggak tuh, aku baik-baik aja!" jawab Alvin.     

"Huh! Dasar!" teriak Mentari yang marah.     

Tapi tepat saat itu juga muncul di hadapan mereka tayangan vidio berukuran besar dari sebuah layar proyektor yang memutar kisah perjalanan Cinta mereka berdua.     

Sebuah slid foto antara mereka berdua yang sudah di susun menjadi sebuah vidio, dengan di iringi lagu kesukaan Mentari.     

Gambar pada awal mereka berdua saling mengenal, dan disaat mereka belum begitu akrab, sampai awal mereka jadian, hingga hari aniversary mereka saat berpacaran.     

Semua terasa indah bagi Mentari, sampai membuatnya merasa terhatu, hingga tak sadar air matanya terjatuh.     

Dan tepat saat itu, Vero berlutut di hadapan Mentari sambil membuaka kotak kecil berwarna merah, yang berisi sebuah cincin permata yang indah.     

"Will you marry me?" tanya Vero masih dalam keadaan duduk berlutut di hadapan Mentari.     

"Yes, i will," jawab Mentari.     

Dan tepat saat itu mereka semua yang ada di dalam rumah itu bertepuk tangan.     

Dan dari luar terdengar suara kembang api yang meledak-ledak dengan meriah, terdapat percikan yang berkilauan.     

Mentari pun tampak takjub. Dan ketika Mentari keluar untuk melihat atraksi kembang api itu.     

Di luar sudah banyak sekali teman-teman Mentari baik dari teman SMA maupun teman-teman kuliahnya.     

Mentari benar-benar tak memyangka jika Vero mengadakan acara semeriah ini.     

Padahal awalnya Vero hanya ingin mengadakan acara lamaran secara kecil-kecilan yang disaksikan oleh keluarga dan teman terdekat seperti Alvin dan Laras saja, tapi ternyata tidak, justu Alvin mengadakan acara seriah ini sampai mengundang semua teman-temannya.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.