Bullying And Bloody Letters

Wali Kelas Baru



Wali Kelas Baru

0Senyuman merekah penuh bahagia terukir di wajah Aldo, karna dia tahu jika Raisa adalah kaka dari Eliza kekasihnya yang baru saja meninggal.     
0

"Selamat datang, Bu Raisa!" sahut Aldo penuh antusias.     

"Wah, terima kasih, kalau boleh tahu siapa nama kamu?" tanya Raisa kepada Aldo.     

      

"Nama saya Aldo, Bu Raisa!" jawab Aldo.     

Dan Raisa pun terdiam sesaat dia seperti tidak asing mendengar nama itu.     

'Apa jangan-jangan dia itu, Aldo pacarnya Eliza?' batin Raisa.     

Raisa pun tersenyum dan menatap Aldo seolah memberi kode sesuatu kepadanya.     

"Terima kasih, Aldo, salam kenal ya, yang lain kalau ada pertanyaan boleh ya, silahkan bertanya!" ujar Raisa dengan masih tersenyum ramah.     

Dan tiba-tiba teman sebangku Ninna yaitu Sera, mengangkat tangannya.     

"Iya ada yang mau di tanyakan?" tukas Raisa.     

Dan dengan segera Sera pun bertanya.     

"Kenapa nama belakang Ibu ada Sucipto-nya? Apa Ibu masih keluarga dari pemilik Sekolah ini?" tanya Sera dengan polos karna memang dia benar-benar tidak tahu kalau Raisa itu adalah saudara kandung dari Eliza.     

Tampak di sebelahnya, Ninna melotot tajam karna kesal.     

"Ehemm, iya benar, saya adalah salah satu putri pemilik yayasan ini. Dan saya anak kandungnya lo!" tukas  Raisa sambil tersenyum melirik ke arah Jeninna.     

      

Seketika Jeninna mendengus sangat kesal.     

"Loh, apa maksudnya? Jeninna kab juga putri kandungnya?" tanya Sera dengan polosnya.     

"Akh, kalau dia ...." Raisa melirik ke arah Ninna lagi,  dan kembali tersenyum sinis seolah meledek.     

"Sudalah, sebaiknya jangan membahas masalah pribadi di sini, tidak baik, ini kan lingkungan sekolahan," ujar Raisa.  Dia melirik lagi ke arah Jeninna secara diam-diam, dan dia terlihat sangatlah kesal.     

Dan tak lama, Jeninna pun  keluar dari dalam kelas itu tanpa permisi.     

Sera sahabatnya pun tampak sangat keheranan.     

"Ninna! Kamu mau kemana?!" tanya Sera.     

Semua hanya melihat dengan tatapan nanar, lain halnya dengan Raisa, dia tampak tersenyum-senyum menatap kepergian adik tirinya itu meninggalkan kelas.     

'Kamu tersinggung ya, saat tersindir bahwa kamu bukan putri kandung Surya Sucipto? Yah, memang kenyataannya begitu, bahkan siapa ayah kandungmu pun tidak jelas' batin Raisa.     

      

"Baik, semuanya! Sudah cukup perkenalannya, bagaimana kalau kita mulai pelajaran pertamanya. Kebetulan saya akan meng-handle beberapa mata pelajaran di sini, yaitu pelajaran bahasa Inggris, matematika dan juga oleh raga!" jelas Raisa.     

      

"Bagaimana, apa kalian sudah siap memulai belajar hari ini!?" tanya Raisa.     

"BAIK BU!" jawab kompak para murid di kelas itu.     

Kembali Raisa melirik ke arah Aldo, yang juga sedang menatapnya, seperti ada sebuah isyarat antara mereka berdua.     

"Woy! Do!" Derry menggebrak punggung Aldo.     

"Ada apa sih?" tanya  Aldo yang kaget.     

"Sudah cukup ngelihatin bu guru cantiknya, sekarang waktunya belajar!" sergah Derry.     

"Ah, iya, Pak Derry!" jawab Aldo antusias  seakan mengiyakan tuduhan Derry.     

Padahal apa yang dia lakukan itu bukan karna dia yang naksir kepada Raisa, tapi karna dia sangat bahagia, Raisa masuk ke sekolah ini, dan tentunya sudah pasti ada niat tersembunyi.     

      

"Bu, Raisa  itu cantik banget ya?" bisik Nino di telinga Aldo.     

Dan dengan segera Aldo pun mengangguk-angguk cepat.     

"Iya, cantik banget!" jawab Aldo mempersingkat waktu, sekaligus untuk meyakinkan Nino bahwa dia tertarik dengan kecantikan Raisa.     

      

'Gak sabar setelah ini, aku akan mengobrol banyak dengan, Kak Raisa, dan aku sangat yakin kedatangannya kemari bukan tanpa sebab dan alasan' batin Aldo.     

***     

      

      

      

Tring!     

      

Bel istirahat pun mulia terdengar, dan seluruh murid tampak keluar berhamburan, Raisa masih berada di dalam kelas sedang duduk sambil merapikan berkas-berkasnya.     

      

Aldo pun juga masih berada di bangkunya, dia sengaja memperlambat waktunya ke luar kelas dan membiarkan Derry serta Nino keluar duluan.     

"Kak Raisa," panggil Aldo dengan pelan.     

Lalu dia berjalan menghampiri meja Raisa.     

"Ada apa, Aldo?" tanya Raisa.     

"Boleh, 'kan saya panggilnya, Kak Raisa, saja?" tanya Aldo.     

"Iya! Asal tidak di depan murid-murid lainnya," jawab Raisa.     

"Kak, aku Ingin mengobrol bersama, Kak Raisa, apa bisa?" tanya Aldo.     

"Iya, tapi jangan sekarang, nanti sepulang dari sekolah kita pergi ke suatu tempat," ajak Raisa.     

"Iya, Kak!" jawab Aldo.     

"Kalau begitu, sampai bertemu nanti ya?"  ujar Raisa.     

Aldo pun mengangguk sambil tersenyum.     

      

      

***     

      

Sementara itu Janinna tampak sedang cemberut berada di dalam ruangan kepala sekolah.     

"Sabar, Ninna! Nanti kita balas, Wanita Sialan, itu!" ujar Rasty.     

"Iya, tapi Ninna masih gak habis pikir, kenapa, Tante, mengizinkan dia masuk ke sekolah ini, dan berada di kelas Ninna?!" keluh Ninna.     

"Maaf, Ninna! Itu di luar kendali Tante!"     

"Bagaimana bisa, Tante, 'kan kepala sekolah di sini, bagaimana bisa membiarkan dia menjadi staf pengajar di sini dan menjadi wali kelas Ninna pula?!"     

"Sudah, Tante, bilang itu di luar kendali, Tante!"     

"Iya, di luar kendali yang bagaimana?!"     

"Papa, kamu sendiri yang memasukkannya di sekolah ini!" tegas Rasty.     

"Hah?! Bagaimana bisa?!"     

"Entalah! Sepertinya, Mama kamu juga belum tahu soal ini,"     

"Ah, menyebalkan! Kalau sampai dia terus berada di sini! Rasanya aku seperti berada di Neraka di kelasku sendiri!" cantas Ninna.     

"Sabar, Ninna! Kita akan cari cara bersama-sama, untuk menyingkirkan wanita itu, dan sekarang sebaiknya kamu  tenangkan diri kamu dulu," ujar Rasty  menenangkan keponakannya.     

      

      

***     

      

Sepulang sekolah, sesuai dengan ucapannya tadi. Raisa mengajak Aldo pergi ke suatu tempat, yang jaraknya sangat jauh dari lingkungan sekolah, agar tidak ada yang melihat kebersamaan mereka berdua.     

Aldo dengan motornya pun berhenti di sebuah restoran, yang di janjikan oleh Raisa.     

Dan tak lama Mobil Raisa pun juga berhenti di depan restoran itu.     

      

"Aldo, ayo masuk, ini restoran teman saya, jadi kita aman berada di sini," tukas Raisa.     

"Iya, Kak Raisa,"     

      

Lalu mereka berdua pun duduk berdua di salah satu bangku pengunjung, dalam posisi saling berhadap-hadapan.     

"Jadi benar ya, kamu itu pacarnya, Eliza?" tanya Raisa secara terang-terangan.     

Dan Aldo pun mengangguk, "Iya, Kak, benar!" jawab Aldo.     

"Eliza, sering bercerita banyak tentang kamu, dan aku ingin berterima kasih denganmu, karna selama ini kamu sudah menjaga adikku Eliza," tukas Raisa.     

"Iya, Kak. Tapi sepertinya aku tidak sehebat itu," ucap Aldo dengan wajah yang penuh sesal.     

"Kenapa?" tanya Raisa.     

"Karna, aku tidak bisa menjaga Eliza sepenuhnya," jawab Aldo.     

"Karna, Raisa yang terjatuh?"     

"Iya,"     

"Apa kamu bisa ceritakan kronologi kejadian itu?"     

"Iya, Kak."     

"Baik, silakan ceritakan"     

"Sebenarnya, aku sudah mengingatkan kepada, Eliza, bahwa jangan terlalu banyak melawan tanpa aku  karna aku tak bisa selalu ada. Tapi Eliza tidak peduli, dia tetap berani, hingga akhirnya para orang jahat itu membunuhnya," tutur Aldo.     

"Maksudnya?!"     

      

      

      

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.