Gairah Nona

Mas Paijo



Mas Paijo

0Sesampainya di kampung Sukolilo, Pak Manto tidak mengantarkannya sampai ke depan kosnya. Tetapi justru malah Zayn yang ikut sampai ke rumah Pak Manto. Begitu mobil sudah terparkir di garasi rumahnya, Pak Manto pun berkata.     
0

"Maaf Zayn, Bapak tidak bisa mengantarkanmu sampai ke depan kosmu ya." Ujarnya dengan bibir bergetar. Pria itu sama sekali tidak mau menatap ke arah Zayn.     

"Tidak apa-apa Pak. lagian jaraknya untuk sampai kos gak terlalu jauh kok. Cukup jalan kaki saja." sahut Zayn santai. meskipun dia masih heran dengan gelagat Pria di depannya itu.     

"Ya Sudah, Bapak masuk ke rumah dulu ya." Ujarnya sambil melangkah terburu-buru menuju pintu rumahnya. Terlihat tangannya bergetar ketika membuka pintu kunci rumahnya.     

Zayn pun segera berlalu meninggalkan rumah kepala desa itu, dengan pertanyaan yang masih menggantung didalam benaknya. Pak Kades kenapa sih?     

Kesunyian menyergap Zayn selama berjalan pulang, tidak ada seorang pun yang nongol di malam itu. sekilas Zayn melihat layar ponselnya. Ternyata sudah pukul 2 pagi.     

Zayn melangkah gontai. Sebenernya kosnya tidak terlalu jauh, hanya bekisar seratus meter saja dari rumah Pak Kades. Tetai entah kenapa, rasanya seperti jauh sekali. Terlebih badan Zayn yang berat sekali, seperti ada beban yang bergelayut di punggungnya. Tetapi lelaki itu masih positif thingking. Mungkin dia kecapekan selama perjalanan tadi.     

Pemuda itu melewati sebuah pos Ronda. Niat awal dia ingin menyapa orang yang sedang ronda di sana. Tetapi, dia terkejut karena tidak mendapati seorang pun di sana. Zayn mengernyit dahi. Hal ini di luar dari kebiasaan warga sukolilo yang selalu aktif pos kamping. Hampir setiap malam Pos Ronda pasti ada warga yang berjaga, tetapi sekarang.     

Dia pun kembali berjalan. Rumah kosnya sudah terlihat di depan mata. Hanya tinggal melewati lahan kosong saja yang dipinggirnya dipenuhi oleh pepohonan bambu.     

Sedikit gambaran tentang lokasi dari rumah Kos Zayn. Rumah Kos itu berdampingan dengan rumah Bu Inem tetapi diapit oleh lahan kosong dimana terdapat pepohonan bambu dan pohon Mangga. Sehingga jaraknya cukup terpisah dengan rumah tetangga yang lain.     

Meski desa sukolilo bukan di kategorikan yang Kampung sekali, karena letaknya yang tidak jauh dari perkotaan dan terdapat sebuah Pabrik makanan ringan yang cukup terkemuka tidak jauh dari sana. tetapi tetap saja Kampung sukolilo masih kental dengan nuansa mistis di setiap sudutnya.     

Tiba-tiba, Langkah Zayn terhenti tepat di bawah pohon bambu. Di bawah sinar lamu LeD yang sengaja di pasang di sana, terdapat seseorang yang sedang membelakanginya. Zayn tertegun sejenak. Ngapain seorang pemuda seumurannya berada di sana malam-malam seperti ini?     

Zayn memelankan langkahnya, sosok itu tampak tidak asing. Ada yang ganjal karena orang itu berdiri kaku, kaku sekali sampai tidak ada pergerakan saat bernafas. Zayn menelan ludah, dia merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Tetapi, dia tidak punya pilihan lain karena itu satu-satunya jalan untuk sampai ke kosannya.     

Sekarang, Zayn berada tepat dua langkah di belakangnya. Bibirnya kelu untuk bertanya, tetapi dia juga segan untuk mendahuluinya. Takut kalau-kalau dia adalah orang mabok yang berniat jahat. Tetapi, adakah orang mabok yang berdiri kaku tanpa pergerakan seperti itu?     

"Mas..." lirih Zayn setelah sekian lama terdiam. Sosok itu tidak segera menjawab. Bulu romanya menegak seketika. Akhinya dia memutuskan untuk berdoa.     

Tepat ketika Zayn akan mengucap bismillah, tiba-tiba sosok itu menoleh. Zayn terdiam sesaat. Sosok itu berwajah sayu sambil berkata.     

"Oh Mas Zayn, ngapain disitu Mas?" tanya seseorang yang ternyata Paijo. Seharusnya Zayn yang bertanya begitu, ngapain berdiri kaku di tengah jalan Pe Ak! Batin Zayn gemas. Tetapi Zayn lebih menahan emosinya dia mengelus dadanya perlahan. Apalagi melihat kondisi Paijo yang sepertinya tidak sehat.     

"Enggak Mas, tadi saya habis dari rumah Pak Manto, eh malah ketemu sama Mas Paijo di sini. Mas Paijo enggak apa-apa 'kan?" terlihat Zayn menekan nada bicaranya dengan tersenyum dipaksakan. Paijo tidak menjawab. Dia hanya terdiam dan kembali ke posisinya semula.     

Dasar Wong gemblong! Di takoki kok malah nglewes! Batin Zayn. Tanpa basa-basi lagi, Zayn melangkah mendahuluinya. Langkahnya lebar-lebar dengan rahang yang gemeletukan menahan amarah.     

Akhirnya sampai juga di depan rumah kosnya, Zayn pun menoleh ke bawah pohon bambu tadi. terlihat sosok paijo menyeringai dan berjalan begitu kearahnya. Seketika Zayn langsung berlari menuju pintu dan menggebrak pintu dengan sangat kuat.     

Sebenernya dia membawa kunci, tetapi tidak ada waktu untuk membukanya karena sosok Paijo itu sedang di ambang gerbang, Menyeringai dengan sorot mata yang sayu. Terlebih tubuhnya yang melayang ke kanan kiri, seakan-akan siap menakuti Zayn.     

"Pergi kau demit!" Teriak Zayn tanpa menoleh ke arahnya demit itu, tangan kirinya mengibas-ibas ke belakang. sementara tangan kanannya sedang sibuk memutar ganggang pintu. Tetapi mahluk itu semakin mendekat. Zayn bisa melihatnya dari pantulan jendela kaca.     

Arggghhhhhh!     

Kali ini Zayn meringkuk di depan pintu sembari menutup matanya, menghindari penglihatannya dari demit itu. Tubuhnya bergetar hebat. Peluh dingin di keningnya yang sebesar jagung menetes. Pemuda itu terkungkung oleh demit yang entah berasal dari mana.     

Sesuatu menyentuh lengannya, membuat Zayn semakin meringkuk. Dia bergeser menjauh. Tetapi, dia tercenung saat seseorang memanggil namanya.     

"Zayn..." lirih suara itu, tetapi Zayn sama sekali tidak menggubrisnya. Lantas, di sela ketakutannya, dia membaca surat pendek. Beberapa saat kemudian, suara itu menghilang.     

Pelan-pelan, dia mengangkat wajahnya. Dengan wajah yang ketakutan dia mengedarkan pandangan. Setelah memastikan situasi aman. dia pun langsung berdiri dan merogoh kunci di sakunya dan membuka kuncinya dengan tergesa-gesa.     

Pintu terbuka, Dia pun langsung masuk dan menguncinya dari dalam. dia bersender di pintu sejenak sambil mengatur nafasnya. Gila! Kenapa demit itu menganggunya? Seumur-umur dia ngekos disini baru ada demit yang menampakan diri, bahkan sampai menerornya seperti tadi.     

Sekilas dia melihat motor yang terparkir di depannya. Ruang depan itu biasa di gunakan untuk parkir kendaraan anak kos. Dia tertegun sejenak.     

"Zayn, darimana saja kamu?"     

Pemuda itu terkesiap sembari menoleh ke arah sumber suara, "Sialan Anjing lo Rangga! Ngagetin aja!"     

"Lah, kok malah ngegas! Aku kan tanya baik-baik." Ujar Rangga sewot,"Kamu kenapa sih? kayak habis liat setan gitu?"     

"Iya, tadi aku baru saja ketemu hantu mirip Mas Paijo."     

"Jangan mengada-ngada ah, Mas Paijo itu sekarang di rumah sakit."     

"Serius kamu!"     

"Ya iyalah, Tadi siang dia mendadak sakit demam, tidak tahu penyebabnya apa." Tukasnya yang membuat Zayn melongo tidak percaya.     

"Tapi, Sumpah demi Tuhan! aku tadi melihat Mas Paijo. Dia jadi hantu!     

"Kamu itu kebanyakan nonton film horror makanya halu yang enggak-enggak. Udah ah aku mau tidur dulu." Ujar Rangga sambil masuk ke dalam kamarnya.     

Zayn masih terpaku di belakang pintu. lututnya melemas seketika. Kalau Mas paijo di rumah sakit, terus yang dijumpainya tadi....     

Bersambung     

Note:     

Jangan-jangan Mas Paijo...     

aduh kenapa ya dengan mas paijonya     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.