Gairah Nona

Bayangan putih itu ternyata...



Bayangan putih itu ternyata...

0Jasad Rozak sudah di evakuasi dari atas Pohon. Polisi sudah melakukan penyelidikan dan menemukan fakta yang mencengangkan bahwa tidak ditemukan sama sekali bekas penganiayaan dalam tubuh Rozak!     
0

Memang Polisi belum bisa menyimpulkan sebab kematian Rozak. Tetapi raut wajah jasad Rozak sudah menjawab semua. Bahwa sebelum Rozak merenggang nyawa, Dia bertemu dengan Demit yang mengerikan, begitu kata warga.     

Jasad itu kemudian di bawa ke dalam rumah Bu inem selaku ibu kos dari Rozak. Sambil menunggu pihak keluarga datang. Pagi itu terlihat warga desa sukolilo yang tidak ikut ke hutan semalam berbondong-bondong untuk menyaksikan jasad yang meninggal secara tragis itu. Bahkan, ada yang sampai pingsan seketika.     

Yang Aneh, Jasad itu kaku dengan posisi ketika pertama kali ditemukan. Kedua mata membulat hampir keluar dari kelopaknya dan mulut mengangga mengeluarkan darah.     

Menjelang siang, sebuah mobil kijang keluaran lama berhenti tepat di depan rumah Bu inem. ketika pintu mobil terbuka, keluarlah sosok wanita paru baya yang tergopoh-gopoh menembus kerumunan warga.     

"Rozak! Rozak! Huhuhuhu...!!"     

Teriakan histeris wanita itu yang diketahui sebagai ibunya Rozak itu, langsung memenuhi setiap sudut rumah Bu Inem, terdengar sangat memilukan. Ibu-ibu yang ada di sebelahnya mengelus-elus pundaknya sembari terus meminta untuk mengiklaskan kepergian anaknya itu. Tetapi itu justru membuatnya semakin menjerit sampai suaranya parau. Betapa tidak! Di hadapannya kini terbaring seorang anak yang dia lahirkan dan besarkan dengan penuh kasih sayang, tetapi meninggal dengan cara tragis seperti ini. Tentu hatinya sangat hancur sekali.     

Terlihat sanak saudara Rozak tertegun melihat jasad Rozak yang terbujur kaku. Mimik muka mereka mengisyaratkan kesedihan yang sangat mendalam. Mereka tidak menyangka jika Rozak akan meninggalkan mereka secepat ini.     

Zayn merasa pilu melihat pemandangan di hadapannya. Dari awal ketika jasad rozak di temukan sampai akhirnya dibawa kerumah Bu inem, Zayn selalu mengikutinya, seakan tidak mau melewatkan detik-detik terakhir Rozak. Meskipun, Mereka tidak terlalu dekat, tetapi entah kenapa Zayn merasa sangat kehilangan.     

Penyelidikan tentang kematian Rozak tidak dilanjutkan atas permintaan dari pihak keluarga, akhirnya mayat itu di bawa ke dalam mobil untuk di makamkan di kampung halamannya. Pak Manto menawarkan siapa warga sukolilo yang mau ikut bersama dirinya mengantarkan Jasad Rozak sampai ke kampung halamannya.     

Tidak ada seorang pun warga yang mengangkat tangan kecuali Zayn.     

"Saya Pak, saya mau ikut untuk mengantarkan Rozak?" ujar Zayn sambil mengacungkan tangannya.     

"Baik, kalau begitu, ayo ikut ke mobil saya sekarang." kata Pak Manto sambil bergegas mengambil mobilnya.     

"Bu inem, saya mau mau ikut mengantarkan Rozak, ke kampung halamannya." Zayn meminta izin kepada Bu Inem.     

"Kamu yakin mau mengantarkannya Nak? Rumahnya jauh lho. Terus kerjaanmu gimana nanti?" sahut Bu inem yang agak keberatan, sepertinya dia sangat mencemaskan Zayn. Bisa dibilang, Zayn adalah anak kos nya yang paling nurut, makanya Bu inem begitu sayang dengan Zayn, sudah menganggapnya sebagai anak sendiri di perantauan.     

"Itu masalah gampang Bu. Nanti saya bisa ijin kepada supervisor saya," cetusnya mantap. Padahal dia belum yakin bisa mendapatkan izin. Tetapi dia sudah bertekad bulat untuk menemani Rozak di hari-hari terakhirnya.     

"Ya sudah Nak, hati-hati di jalan. Maaf ibu tidak bisa ikut mengantarkan" ujar Bu Inem.     

"Baik Bu. Kalau begitu, saya pamit dulu. " Dia pun segera mengikuti Pak Manto.     

Setelah, jasad sudah di pindahkan ke dalam mobil, Mobil keluarga Rozak pun berlalu dari depan rumah Bu inem. Sementara di belakangnya terlihat mobil milik Pak Manto yang di dalamnya juga ada Zayn pun mengikutinya dari belakang,     

meninggalkan kerumunan warga Sukolilo yang masih diliputi rasa duka.     

***     

Setelah menempuh perjalanan panjang, hampir delapan jam. Sampailah mereka di kampungnya Rozak. Letaknya sangat terpencil. Bahkan bisa dikatakan Ndeso.     

Di depan rumah Bu inem, terlihat rumahnya sudah dipenuhi oleh warga kampung. Sepertinya, mereka sudah menunggu-nunggu kedatangan jasad dari Rozak. Begitu, jasad itu dikeluarkan dari mobil. Beberapa warga langsung membantu untuk di bawa ke rumah untuk segera di lakukan prosesi pemandian.     

Zayn dan Pak Manto mengikuti prosesi pemakaman itu sampai ke liang lahat sampai petang menjelang. Ketika jasad yang sudah terbungkus oleh kain kafan itu akan di masukan di liang lahat, Ibunya Rozak meraung-raung. Dia bilang jangan-jangan di masukan! Rozak belum mati!     

Sebagian menganggap wanita setengah baya itu sinting, tetapi ada juga yang simpatik. Warga pun memegang tubuh Ibunya Rozak yang sudah menghalangi proses pengkuburan itu.     

Zayn terkesiap ketika tiba-tiba melihat sesosok transparan sedang berada di samping ibunya Rozak. Zayn menggelengkan kepala dengan cepat, dan kembali melihat ke sosok itu yang membuatnya hampir terjungkal karena dia sekarang berada tepat di depannya. Pelan-pelan merasuki tubuh Zayn.     

"Rozak. Rozak!" Raut wajah Ibunya Rozak berbinar ketika melihat Zayn, seolah dia sedang melihat anaknya. Dengan tertatih dia berjalan mendekati Zayn. Tangannya mengelus wajah Zayn yang ditumbuhi jambang tipis itu. Semua pelayat memandang ibu Endah dengan pandangan aneh, tak terkecuali dengan Pak Manto.     

"Rozak! Syukurlah Nak! Kamu masih hidup!" tutur ibunya Rozak kepada Zayn yang bingung. Kemudian salah satu pelayat berseloroh,     

"Bu indah, nyebut Bu. Anakmu itu sudah meninggal!"     

"Enggak! Anak saya masih hidup! dia dia anakku!" sahut Ibu Endah sembari memeluk Zayn.     

"Lepaskan dia Mbak! Dia itu orang lain, bukan Rozak!" tandas Paman Rozak sambil berusaha melepaskan pelukannya,     

"Pak, sebaiknya anak ini di bawa pulang saja." tukas Paman Rozak kepada Pak Manto. Pak Manto yang tanggap pun segera mengajak Zayn untuk berlalu dari pemakaman itu.     

"Rozak! Rozak! Jangan tinggalkan ibu Nak!" Raung Ibu Endah     

***     

Malam itu, Dalam perjalanan pulang, Zayn hanya tercenung . Bayangan transparan itu masih terngiang dalam ingatannya. Apa mungkin itu arwah dari Rozak? Apa alasannya sampai dia merasuk ke dalam tubuhnya?     

Dan sekarang, Zayn merasakan empati yang begitu dalam terhadap Rozak. Semenjak, bayangan transparan tadi masuk ke dalam tubuhnya, dia seolah merasakan perasaan Rozak yang sesesungguhnya, Rozak belum ingin meninggal!     

"Kasihan Bu Endah tadi, sepertinya dia belum mengiklaskan kepergian Rozak," gumam Zayn. Mendengar hal itu, Pak Manto yang sedang menyetir pun menoleh ke arahnya yang kebetulan sedang duduk di sampingnya     

"Mungkin beliau butuh waktu untuk bisa menerima kenyataan ini. saya dengar dari pihak keluarga Rozak , kalau Rozak adalah anak semata wayangnya Bu Endah. Sementara Suami Bu Endah sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Tentu berat buat Bu Endah untuk menerima semua ini." Jelas Pak Manto.     

Sepanjang perjalanan, mereka terlibat perbincangan yang cukup seru. Pak Manto adalah tipikal orang yang mampu mencairkan suasana. Zayn yang pendiam pun juga ikut larut dalam pembicaraan dengan Pak Manto.     

Pantas saja Pak Manto begitu di senangi sama penduduk desa sukolilo. Selain orangnya tegas, beliau juga orang yang hangat kepada semua orang, batin Zayn kagum.     

Tiba-tiba, Pak Manto terdiam ketika melirik ke arah spion. Wajahnya yang cerah mendadak menjadi tegang ketika melihat sesuatu yang sedang duduk di jok tengah . Zayn mengernyit dahi melihat gelagat Pak Manto.     

"Pak Manto tidak apa-apa?"     

"Eng..gak.. saya enggak apa-apa kok." Ujarnya dengan terbata-bata tanpa menoleh sedikitpun . Pak Manto tersenyum tipis yang di paksakan. Acap kali dia mencuri pandang ke arah spion, wajahnya berubah menjadi ngeri.     

Zayn langsung menoleh ke belakang, menuruti arah pantulan dari spion itu . Tetapi, Tidak ada sesuatu yang mengerikan. Zayn mengedikan bahu.     

Sementara tepat di belakang jok dimana Zayn duduk, terlihat sosok mengerikan dengan mata melebar dan mulut mengangga itu sedang merangkul leher Zayn. Dari mulutnya keluarlah darah segar dan menetes mengenai baju Zayn.     

Bersambung     

Note:     

hi..gimana perasaan kalian kalau jadi Pak Manto? kalau aku auto pingsan deh.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.