PERNIKAHAN TANPA RENCANA

31.Tragedi Kisah cinta



31.Tragedi Kisah cinta

0Yoso berlari secepat yang Ia bisa. Dalam pikirannya hanya di selimuti kekalutan dan ketakutan. Ia tak menyangka pada apa yang ada di hadapannya tadi. Sebuah tubuh molek gadis yang sangat Ia cintai.     
0

Tubuh yang lemas dan membiru. Tergeletak di atas rumput bersandarkan akar dari pohon asem. Sementara pikiran Yoso buyar, tak satu pun kejadian sebelumnya Ia ingat.     

Yoso kocar kacir ingin menyembunyikan diri. Rasa bersalahnya menggunung sehingga tak mampu di sembunyikan di mana pun. Dalam malam yang gelap sehabis hujan reda pun, tak mampu membuatnya lebih tenang.     

Larinya pun terhenti oleh rasa lelah kakinya yang hampir lemas. Nafas ngos-ngosan memburu dalam rongga dadanya.     

Tiba-tiba Ia terpikirkan sesuatu. Pikiran liciknya mulai berjalan untuk menyelamatkan dirinya sendiri.     

Keringat mengucur dari seluruh celah pori-pori kulitnya. Ia mengambil nafas panjang. Udara dingin dini hari itu, tak mampu mengalahkan panas hatinya karena gelisah ketakutan. Meski demikian Ia sudah sampai tahap mengalahkannya.     

Ia mulai berjalan perlahan ke arah rumahnya. Bukan. Bukan ke arah pintu depan. Namun ke arah pintu belakang.      

Suasana dini hari yang sepi dan gelap. Tak membawanya kepada rasa takut. Tubuhnya menggigil dan sesekali mencuat melalui getaran bibirnya.      

Derit pintu menyadarkan Ibunya dari tidurnya. Ibunya yang tersadar itu langsung menuju ke sumber suara. Belakang. Ia terkejut mendapati anaknya, Yoso basah kuyup.     

Namun ketika ibunya ingin mendekati Yoso. Yoso malah berteriak marah. Ia lalu pergi berlari menjauh membawa cangkul bahunya.     

Ibunya kebingungan. Ada apa dengan anaknya sebenarnya. Pikirannya di penuhi rasa khawatir. Ia pun menunggu kepulangan Yoso hingga pagi menjelang. Ia masih tertidur di ruang tamu.     

Yoso telah kembali dengan wajah yang segar. Ia juga sudah mandi. Lalu menyapa ibunya.      

Ibunya terkejut. Semalam anaknya berada di belakang rumah dengan tubuh yang menggigil. Semua menjadi serasa mimpi. Apakah sebenarnya memang mimpi? Pikirnya ragu.     

"Kamu yang semalam di belakang itu Le?"     

Dahi Yoso nampak berkerut. Kebingungan.     

"Ngapain buk aku di belakang? Justru aku mau tanya kenapa ibu berada di ruang tamu pagi ini." Tanya Yoso pada Ibunya.     

Ibunya pun semakin bingung tak tahu harus menjawab apa. Sementara dalam benaknya masih percaya bahwa yang Ia lihat semalam itu antara nyata dan tidak.     

Kemudian pembicaraan pun berakhir dengan tanda tanya dalam benak ibunya.     

Sanem yang semalam tak kembali ke rumah membuat keluarganya mencarinya. Terutama Karsin.      

Karsin terpuruk. Ia mencari ke mana-mana namun tak menemukan kekasih hatinya. Banyak yang bilang bahwa Sanem dibawa oleh lelembut. Sehingga jasadnya tak terlihat di mana pun. Namun hingga berbulan-bulan Karsin tak pernah berhenti mencarinya. Meski hanya mendapat nihil.     

Seseorang tak di kenal dengan blangkon di kepala dan berbaju lurik datang ke rumah Karsin. Ketika di tanyak nama Ia tak menjawab. Namun kemudian Ia memberikan informasi yang sedikit membuat tanda tanya untuk benak Karsin.     

"Datang ke gunung Peteng. Buat gubug di sana. Nanti kamu bisa bertemu dengannya." Ucap seseorang itu.     

Karsin yang mendengar ucapan itu pun langsung berdebar kencang. Ia tak sempat menjawab ucapan laki-laki berblangkon itu. Seribu pertanyaan berkumpul dalam benaknya. Dan setelah sadar ternyata laki-laki itu telah pergi entah kemana.     

Akhirnya Karsin pun memutuskan untuk mendatangi Gunung Peteng di pagi buta. Ia berjalan menebas semak demi semak untuk membuat jalan agar mudah ketika nanti pulang.      

Hingga tengah hari datang. Ia tak menemukan apapun. Kecuali pepohonan dan suara binatang-binatang yang saling bersautan.     

Di tengah hutan itu perasaan menyesal pun muncul. Seharusnya tak usah Ia percayai ucapan seseorang yang tidak ia kenal itu. Sehingga Ia tak perlu lelah-lelah datang jauh sampai ke sini.     

Ia merebahkan tubuhnya di rerumputan. Dahan-dahan membuatnya tertutupi dari panasnya sinar matahari. Rindang dan sejuk sekali. Angin silir berhembus sepoi-sepoi akhirnya membuatnya terlelap.     

"Mas.... Mas...Mas...!" Ucap suara gadis yang sangat Ia kenal membangunkannya.     

Karsin pun perlahan membuka matanya. Benarkah Sanem sudah kembali? Benarkah ini bukan mimpi?     

Karsin terperanjat. Tubuh Sanem benar-benar nyata berada di hadapannya sekarang. Sekejap langsung Ia memeluknya. Air matanya berlinang. Tak kuasa menahan rindu dan gelisah yang selama ini menyelimutinya.     

"Kamu dari mana saja sayang?" Tanya Karsin pada sosok Sanem yang kini Ia peluk.     

Karsin pun melepas pelukannya. Ia mengusap wajah cantik bidadari hatinya itu. Kerinduannya seketika tumpah ruah di hadapannya.     

Namun Sanem hanya terus tersenyum. Wajahnya sayu tak seperti biasanya yang ceria san tegas.     

"Kenapa San... apa kamu tidak merindukanku?" Tanya Karsin.     

Sanem menggeleng. Ia menunduk. Seolah ada ribuan kata yang tertahan dalam mulutnya. Air matanya mulai berlinang dari pipinya.     

"Ada apa sayang? Kamu sudah kembali. Aku akan melindungimu mulai sekarang.apa yang membuatmu takut?" Cerca Karsim sambil mengusap air mata di pipi Sanem.     

Sanem memalingkan muka.     

"Kita tidak bisa bersama Mas." Ucap Sanem tiba-tiba.     

"Maksud kamu? Maksud kamu apa?" Karsin tak mengerti dengan yang di maksudkan oleh Sanem.     

Sanem hanya terdiam.     

"Apa ada yang datang meminangmu? Sehingga kamu memilih dia daripada aku?" Tanya Karsin pada Sanem.      

Namun Sanem tak memberinya jawaban. Sehingga Karsin pun berimajinasi sendiri.     

"Apa kamu merasa bersalah padaku? San. Aku akan melepaskanmu jika memang kamu memilih dia. Aku tidak ingin kamu seperti ini. Pergi dari rumah dan membiat semua orang khawatir. Aku tidak ingin kamu terbebani oleh perasaa ku. Pilihlah siapa yang orang tuamu pilihkan. Aku tahu banyak sekali yang lebih baik daripada aku yang biasa saja ini. Namun San, aku yang biasa saja ini begitu mencintaimu sampai tak ingin kamu merasa terbebani oleh besarnya cintaku padamu. Aku akan membiarkan mu bahagia dengan siapa pun. Asalkan dia bisa membahagiakanmu." Tutur Karsin panjang lebar berusaha membuat hati Sanem tenang.     

Namun Sanem malah tertawa terkikik.     

Membuat dahi Karsin pun berkerut. Apanya yang lucu?     

"Apanya yang lucu?" Ucap Karsin. Suara kikikan yang tak pernah Ia dengar sekalipun dari suara Sanem yang selama ini Ia kenal.     

"Bukan itu Mas. Seseorang telah memperkosaku malam itu." Sanem lalu terdiam. Sementara Karsin membelalakkan mata menunggu Sanem melanjutkan kata-katanya.     

"Dia adalah Yoso. Aku tidak bisa bersamamu karena aku telah berada di dunia lain. Kalian tak akan bisa menemukanku di dunia ini. Jadi hiduplah damai. Jangan mencariku lagi. Semua sudah berakhir. Aku tidak bisa membalasmu. Aku hanya bisa memandangmu dari tempat yang tak terlihat olehmu. Selamat tinggal Mas. Semoga kamu cepat mendapatkan gantiku." Ucap Sanem yang membuat Karsin ternganga tak mampu membalas ucapannya walau sekata. Tangannya mengepal. Ia inginmarah semarah-marahnya.     

Kemudian Sanem pun perlahan menghilang menjadi udara. Ia tak terlihat di mana pun. Karsin mulai panik. Ia mulai memanggil-manggil nama Sanem. Ia berteriak sekaras mungkin agar Sanem kembali. Ia menangis. Ia meronta. Ia merengek.Ia menginginkan kekasihnya kembali. Ia masih tak bisa mengerti dengan kejadian yang menimpanya saat ini.     

"SANEM! SANEM! SAN...! SAN! KAMU DIMANA? JANGAN PERGI! JANGAN PERGI SEPERTI INI! JELASKAN PADAKU. SAYANG KEMBALI! KUMOHON! SANEM!"     

Namun tak ada yang berubah kecuali akhirnya matanya terbuka. Dan seluruh pandangannya hampir berwarna hijau.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.