Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Mengumumkan Identitas



Mengumumkan Identitas

0Nico melongok dan ikut melihat berita yang terpampang di layar itu. Setelah melihat isinya, ia langsung tertawa terbahak-bahak. "Apakah wanita itu gila?"     
0

Galih mengerutkan keningnya dengan tidak senang. Ia tidak suka melihat putrinya sedih dan kecewa seperti ini. Setelah dua puluh tahun lamanya berpisah dengan Anya, ia hanya ingin memberikan yang terbaik, memberikan kebahagiaan untuk Anya.     

Tetapi mengapa sekarang Aiden malah membuat putrinya itu sedih?     

Sebagai seorang ayah, ia merasa tidak terima!     

"Aiden, ayah minta kamu segera mengurusnya. Ayah tidak mau kalau Anya ikut terseret dalam masalah ini," kata Galih dengan ekspresi serius di wajahnya.     

Aiden merasa tidak enak hati dengan ayah mertuanya. Ia sudah berjanji untuk membahagiakan Anya, tetapi karena wanita-wanita yang menyukainya, Anya jadi tidak bisa hidup dengan tenang.     

Ia benar-benar kesal pada Jessica. Ia sudah berusaha untuk menggunakan jalur damai agar hubungan pertemanan dan kerja sama di antara mereka tidak hancur.     

Tetapi sepertinya cara yang lembut tidak ada gunanya pada Jessica.     

"Harris, suruh seseorang untuk menghapus semua berita hoax itu dan memblokirnya. Cari tahu siapa yang menyebarkannya. Aku ingin tahu siapa yang berani melawan Keluarga Atmajaya. Dan juga sebarkan foto keluarga yang tadi kita ambil di internet."     

Anya yang dari tadi diam akhirnya bersuara dengan pelan. "Kalau bukan karena Jessica, siapa yang berani menyebarkan berita seperti itu."     

Galih mengangguk, setuju dengan pemikiran Anya. "Berita seperti ini pasti membutuhkan persetujuan dari salah satu pihak. Mana mungkin ada media yang berani mengeluarkan berita yang tidak tahu kepastiannya. Mereka pasti sudah memberitahu Jessica dan meminta persetujuannya."     

Aiden menghela napas panjang, merasa bahwa usahanya beberapa hari terakhir ini sia-sia. Seharusnya ia langsung saja menyelesaikan masalah ini dengan cepat.     

"Aku hanya berharap dengan jalur damai semuanya bisa selesai. Aku tidak mau terlalu kejam dan menambah musuh. Aku tidak mau Anya terluka dan tidak mau Keluarga Hermawan melakukan apa pun pada Anya. Siapa sangka Jessica akan membuat keributan seperti ini. Kalau cara damai tidak bisa berhasil, aku akan menggunakan cara lain."     

Aiden langsung menelepon ke perusahaan cabangnya di luar negeri. Ia meminta seseorang untuk mengendalikan harga saham Hermawan Group dan membuatnya menurun.     

"Paman, kamu ingin membeli Hermawan Group?" tanya Nico denan terkejut.     

Galih tertawa melihatnya. "Kebetulan aku juga membutuhkan tanah di daerah selatan. Katanya Hermawan Group memiliki banyak tanah di daerah sana. Mungkin ada bagusnya bisa membeli tanah itu dengan harga murah. Kalau kamu tidak punya cukup uang, katakan padaku, aku akan membantumu."     

Anya memandang suaminya dan ayahnya yang membahas masalah perusahaan seperti sedang bermain-main. "Ayah, tidak usah …" kata Anya.     

"Siapa suruh dia membuat putriku sedih? Jessica berani melakukannya hanya karena memiliki Hermawan Group. Kalau tidak ada lagi Hermawan Group, apa lagi yang bisa ia lakukan?" cibir Galih.     

"Ayah, biar aku saja yang menangani masalah ini. Aku tidak akan pernah menyakiti Anya," Aiden berjalan menghampiri Anya dan menggenggam tangannya.     

Anya memandang ke arah suaminya. "Kalau akuisisi Hermawan Group menguntungkan untuk perusahaanmu, kamu bisa melakukannya. Tetapi kalau kamu melakukannya hanya untuk aku, lebih baik simpan saja uangmu. Tidak usah membuang-buang uang."     

"Aku sudah memikirkan apa yang kamu katakan beberapa hari lalu. Aku terlalu banyak memperhitungkan orang-orang lain sehingga menyakiti orang-orang yang terdekatku. Aku pikir apa yang aku lakukan tidak akan menyakitimu. Anya, aku minta maaf sudah membuatmu sedih," kata Aiden dengan lembut.     

Anya menarik napas dalam-dalam, berusaha untuk menahan tangisnya. "Kamu tahu sendiri aku sedang mengalami depresi, penyakit yang bahkan aku tidak tahu sebelumnya. Apa yang kamu harapkan dariku? Bersabar saat melihat wanita lain berusaha untuk merebut posisiku?"     

Galih menghampiri putrinya dan memandangnya dengan sedih. "Mengapa kamu tidak beritahu ayah? Lain kali kalau kamu sedih, katakan saja pada ayah. Jangan memendam semuanya sendirian. Tidak peduli siapa pun yang menyakitimu, Aiden pun akan ayah beri pelajaran."     

Anya menundukkan kepalanya. "Ini bukan salah siapa-siapa. Ini salahku sendiri karena aku tidak berguna."     

Nico dan Harris saling pandang saat mendengarnya.     

Butuh waktu dua tahun setelah berpisah dengan Aiden untuk Anya mendapatkan kepercayaan diri dan kedewasaannya.     

Dua tahun yang lalu Anya masih seorang gadis muda yang polos dan tidak tahu apa-apa.     

Dua tahun kemudian, setelah kembali dari luar negeri, Anya menjadi wanita yang percaya diri dan menawan.     

Kepercayaan diri yang ia bentuk selama dua tahun dengan susah payah itu sekarang malah hancur tidak bersisa.     

Orang lain berusaha untuk menyingkirkan dan menyakitinya, tetapi Anya pikir semua ini salahnya karena tidak berguna.     

Depresi memang bisa membunuh seseorang dari dalam.     

"Tidak. Kamu terlalu baik, hingga beberapa orang cemburu padamu dan berniat menyakitimu. Anya, Diana sudah setuju untuk mengubah nama belakangmu menjadi Pratama. Aku ingin mengumumkan identitasmu yang sebenarnya," kata Galih.     

Galih mengatakannya dengan begitu mendadak hingga Anya tidak punya waktu untuk berpikir. "Kapan ayah ingin mengumumkannya?"     

"Hari ini juga. Jessica menyebarkan foto Aiden yang mengantarnya pulang dan mengatakan bahwa Aiden menghabiskan malam tahun baru bersama dengan keluarga mereka. Untuk menyangkal berita itu, Harris akan menggunakan website resmi dari Atmajaya Group untuk merilis foto makan siang kita bersama. Di saat yang bersamaan, website perusahaan ayah juga akan mengeluarkan foto yang sama dengan latar belakang yang sama, dan mengumumkan bahwa kamu adalah anak ayah dan ibu yang menghilang dua puluh tahun lalu. Bagaimana menurutmu?" tanya Galih dengan hati-hati.     

Anya terdiam dan memandang ke arah suaminya. Aiden mengangguk dan mendukung semua keputusan Anya. "Bagaimana menurutmu nama Anya Pratama?"     

"Anya Pratama?" gumam Anya dengan suara pelan. Ia masih terlihat ragu. "Bolehkan aku menelepon seseorang dulu?"     

Galih mengangguk dan mengalihkan pandangannya ke arah Harris. "Harris, keluarkan dulu foto Anya, Aiden dan anak-anak untuk menangkal isu dengan Jessica."     

Harris turun dan meminta foto tersebut pada Hana saat Anya menelepon Deny, sosok yang pikir selama ini adalah ayahnya.     

"Selamat tahun baru, Ayah," kata Anya.     

"Anya, apakah kamu sudah makan?" Deny tidak menyangka Anya akan meneleponnya.     

Dulu, ia memperlakukan Anya dengan sangat buruk. Siapa yang tahu di usia tuanya, ia tidak akan memiliki siapa-siapa selain Anya.     

Sekarang, ia kesepian hidup sendirian dan kesehatannya juga kurang baik.     

"Aku menghabiskan malam tahun baru bersama dengan ibu dan kedua orang tua kandungku," kata Anya. "Aku sudah menemukan orang tua kandungku, apakah kamu sudah tahu?"     

"Aku sudah mendengarnya," kata Deny.     

"Aku mungkin akan mengubah namaku …" kata Anya dengan suara pelan.     

"Kamu dan aku tidak memiliki hubungan darah. Sejak kecil, Diana lah yang mengurus dan membesarkanmu. Kalau ibumu setuju, aku tidak keberatan," kata Deny.     

"Walaupun aku mengubah namaku, selamanya aku tetap anak ibu dan ayah. Kalau ayah membutuhkan sesuatu, ayah selalu bisa mencariku," kata Anya, suaranya terdengar lebih lembut.     

Deny tertawa dan berkata, "Aku baik-baik saja. Aku sudah menyewa suster untuk mengurusku dan aku masih punya banyak sisa tabungan yang aku tinggalkan untuk Natali sebelumnya."     

"Baiklah kalau begitu, aku akan mengunjungi ayah nanti," kata Anya dengan sopan.     

"Iya, sampaikan salam ayah pada semuanya. Selamat tahun baru. Ayah lelah dan ingin beristirahat sekarang," Deny mengakhiri panggilan.     

Anya melihat ponselnya yang sudah mati. Ia tahu suasana hati Deny sedang tidak baik.     

Natali sudah tidak ada. Istrinya juga sudah tidak ada.     

Ia sudah tua dan kesehatannya kurang baik.     

Di tahun yang baru ini, ia harus melewatinya sendirian, tanpa ada yang menemaninya.     

Yang bisa Anya lakukan untuk Deny hanyalah meneleponnya dan mengunjunginya. Setidaknya bersyukur karena Deny mau merawatnya hingga ia berusia 10 tahun.     

"Bagaimana?" tanya Galih.     

"Ibu sudah memberitahunya mengenai kelahiran dan kematian anak kandungnya beberapa saat lalu. Ia sudah tahu bahwa aku bukan anak kandungnya. Mungkin ia sudah mempersiapkan diri kalau suatu hari nanti aku mengubah namaku. Ayah, apa yang ayah inginkan? Aku akan mengikuti ayah saja," kata Anya.     

Galih mengangguk dengan senang. "Akhirnya aku bisa mengatakan pada semua orang bahwa aku telah menemukan putriku. Orang-orang tua itu tidak akan berani melawanku lagi!"     

"Ada apa?" tanya Anya dengan khawatir.     

"Situasi ayah di perusahaan kurang bagus. Semua orang mengatakan bahwa ia tidak punya penerus. Putri keduanya meninggal sejak kecil dan sekarang Keara juga bunuh diri. Para pemegang saham di perusahaan Pratama ingin menurunkan ayah dari jabatannya," kata Aiden.     

"Ayah! Mengapa ayah tidak bilang padaku kalau ayah mendapatkan masalah?" tanya Anya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.