Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Kejahatan



Kejahatan

0"Yang penting kamu sudah kembali. Apakah kamu berniat pergi lagi?" tanya Aiden.     
0

"Kenapa? Apakah kamu tidak ingin aku pergi lagi?" Anya tersenyum. Tangannya masih memeluk leher Aiden dengan erat.     

"Kalau aku bilang aku tidak sanggup jauh dari kamu, apakah kamu tidak akan pergi?" Aiden memandangnya dengan serius.     

Anya menggelengkan kepalanya. "Aku punya alasan mengapa aku harus pergi."     

"Bagaimana kalau aku tidak membiarkan kamu pergi?" bisik Aiden dengan pelan.     

"Kamu akan menghormati semua keputusanku. Dan aku hanya akan pergi beberapa bulan saja. Tidak lama," jawab Anya.     

Ada begitu banyak hal yang ingin Aiden tanyakan pada Anya, tetapi akhirnya ia memutuskan untuk menahan diri. "Apakah ada sesuatu yang harus kamu lakukan?"     

"Aku sedang mengurus perkebunan rempah-rempah milik ayah di luar kota. Ayah sudah berjanji akan menggunakan perkebunan ini untuk suplai rempah-rempah di sekolahku nantinya. Aku tidak bisa pergi sekarang karena sebentar lagi akan musim hujan," Anya tidak menyembunyikan alasan kepergiannya pada Aiden.     

Perkebunan pilihan ayahnya itu memang sangat cocok untuk menanam rempah-rempah. Tetapi Anya khawatir akan terjadi banjir di saat musim hujan.     

Kalau terjadi banjir dan tanah longsor, semua usahanya selama ini akan sia-sia.     

Anya begitu memikirkan mengenai perkebunan itu hingga mengabaikan keselamatannya sendiri. Dan Aiden adalah orang pertama yang mengkhawatirkannya.     

Apa yang akan Anya lakukan kalau sampai bencana itu benar-benar terjadi?     

Kalau kamu ingin pergi, aku tidak akan melarang. Tetapi kamu harus membawa beberapa pengawal untuk memastikan keselamatanmu," kata Aiden dengan tegas.     

"Aiden, kamu mengirim seseorang untuk melindungiku atau untuk mengawasiku?" kata Anya.     

"Aku peduli padamu," Aiden bersikeras.     

"Tapi …"     

"Kalau kamu tidak setuju, aku tidak akan membiarkanmu pergi," kata Aiden.     

Anya menggelengkan kepalanya. "Ini tidak masuk akal. Kamu selalu berusaha menyembunyikan semuanya dariku, tetapi kamu juga selalu ingin tahu semua tentangku. Dengan adanya pengawalmu, kamu akan tahu apa yang aku makan, apa yang aku katakan dan apa yang aku katakan setiap hari," semakin Anya memikirkannya, Anya merasa semakin kehilangan kebebasannya.     

"Jangan keras kepala. Aku hanya ingin melindungimu," kata Aiden.     

"Jangan melakukan apa yang kamu inginkan dengan alasan demi kebaikanku. Semua ini hanya keinginanmu, tanpa meminta persetujuan dariku," kata Anya dengan kesal.     

"Marah?" Aiden mengelus kepalanya dengan lembut. "Sebentar lagi musim hujan. Kamu pasti sibuk mengurus kebun itu dan sudah menjadi tugasku untuk melindungimu."     

"Jangan khawatir, aku masih sayang nyawaku. Masih ada kamu, Arka dan Aksa yang menungguku di rumah. Aku pasti akan kembali," janji Anya.     

"Kapan?" Aiden menginginkan kepastian darinya.     

"Bulan Agustus. Di bulan Agustus, aku akan pulang," kata Anya.     

Sekarang adalah bulan Mei, berarti bulan Agustus masih tiga bulan lagi.     

"Terlalu lama …" Aiden menolak.     

"Aiden …" Anya memeluk lengan Aiden dan berusaha untuk membujuknya.     

"Tidak ada gunanya membujukku. Aku tidak setuju!" Aiden tidak mau menyerah.     

"Hanya tiga bulan saja. Apakah kamu tidak mau menungguku?" Anya mengerutkan bibirnya dan mengeluh.     

"Aku sudah menunggumu selama beberapa bulan. Aku tidak bisa menemuimu dan tidak tahu bagaimana keadaanmu. Kamu memintaku untuk menunggu tiga bulan lagi. Anya, apakah kamu benar-benar percaya padaku? Apakah kamu tidak takut ada wanita lain yang ingin merebutku darimu?" Aiden menggenggam tangan Anya. "Apakah kamu percaya padaku? Atau kamu tidak peduli padaku?"     

"Aku percaya padamu. Aku dengar sepupuku tertarik padamu," kata Anya dengan sengaja.     

"Aku bersikap baik padanya hanya karena Agnes adalah sepupumu. Katanya dia adalah penari dan ingin membuka sekolah tari di sini," kata Aiden.     

"Aku tahu. Ia sudah memilih tempat, tepat di depan sekolah parfumku. Nanti, aku akan mencari banyak murid pria agar murid-muridku bisa mencari kekasih dari sekolah seberang. Bukankah semua penari berwajah cantik dan bertubuh indah?" kata Anya sambil tertawa kecil.     

Aiden juga ikut tertawa. "Jadi, murid-muridmu tidak hanya akan mendapatkan pendidikan, pekerjaan, tetapi juga kesempatan untuk mencari pasangan hidup?"     

"Iya, aku sudah berencana untuk mencari murid pria. Semua orang pikir, hanya wanita yang membeli parfum dan aromaterapi. Tetapi kalau orang yang membuat parfum dan aromaterapi itu adalah seorang pria, bukankah mereka bisa menarik perhatian para wanita dengan lebih mudah?" Anya mengedipkan matanya. "Akhir-akhir ini, aku mencoba untuk membuat lipstik dengan aroma bunga yang cukup tahan lama. Aku akan merilisnya nanti."     

"Sepertinya akhir-akhir ini kamu senang tanpaku?" goda Aiden.     

"Biarkan aku pergi. Aku akan kembali dalam tiga bulan," Anya menggoyang-goyangkan tangan Aiden dan merengek pada suaminya.     

Mata Aiden menyipit dan menggelap saat menatap wajah Anya. "Temani aku malam ini. Kalau kamu mau menemaniku malam ini, aku akan membiarkanmu pergi," Aiden mengatakannya dengan terselubung, tetapi Anya tahu maksudnya.     

Wajahnya langsung memerah dan kemudian ia menepuk tangan Aiden dengan malu. "Mengapa syaratnya seperti itu?"     

"Karena aku hanya ingin bercinta denganmu. Aku tidak ingin melakukannya dengan wanita lain," kata Aiden dengan terang-terangan. Bibirnya menyunggingkan senyum yang menawan saat memandang Anya dengan penuh cinta.     

Anya mengecup bibir Aiden sekilas dan tertawa. "Malam ini aku tidak punya tempat tinggal. Kalau kamu mau menampungku …"     

Godaan itu membuat Aiden benar-benar terangsang. "Kamu benar-benar …"     

Bagaimana mungkin Anya tidak tahu apa yang Aiden pikirkan saat ini?     

Tetapi sekarang mereka berada di ruang ganti pengantin. Mana mungkin mereka bercinta di tempat ini? kalau ada seseorang yang masuk, apa yang bisa mereka lakukan?     

Anya tertawa dan menyela Aiden. "Jangan berpikir yang aneh-aneh. Sekarang pergilah. Aku lapar!"     

Aiden memandang mata Anya yang indah. Istri kecilnya itu memandangnya sambil tersenyum, tidak seperti beberapa saat lalu saat Anya masih tertekan. Matanya benar-benar cemerlang, seperti bintang-bintang yang bertebaran di langit.     

"Pengawalku akan mengantarmu ke presidential suite di lantai teratas. Aku akan memesankan makanan untukmu. Tunggu aku di sana, jangan pergi ke mana pun!" kata Aiden.     

"Aku ingin steak dan segelas anggur!" kata Anya dengan manja.     

Aiden memakaikan kembali topi di kepala Anya dan masker di wajahnya. Ia menggandengnya ke luar ruangan tersebut dan menyuruh pengawalnya untuk mengantarnya ke kamar hotel di lantai teratas. Setelah itu, Aiden kembali ke ruang acara.     

Indah tidak bisa menemukan Anya, tetapi ia merasa sosok yang tadi ia lihat sangat mirip dengan putrinya.     

"Ibu, apakah kamu mencari seseorang?" tanya Aiden saat melihat Indah mengamati sekelilingnya seperti sedang mencari seseorang.     

Indah terlihat canggung. "Mungkin aku hanya salah lihat," katanya.     

"Anya datang ke sini. Setelah acaranya selesai, ia akan tinggal dan makan malam bersama. Ibu dan ayah jangan pulang dulu. Ikutlah makan dengan kami," kata Aiden.     

"Anya kembali?" Indah terlihat senang. "Terima kasih sudah bilang padaku. Kalian makanlah, aku tidak mau mengganggu."     

Aiden menghampiri Maria dan memintanya untuk menggantikan tugasnya untuk menerima tamu bersama dengan Ivan. Setelah tahu bahwa Anya datang, Maria dengan senang hati menggantikan Aiden.     

Aiden ingin menemani Anya dan tidak mau berlama-lama di acara tersebut.     

Setelah tiba di kamar Aiden, Anya langsung masuk ke kamar mandi dan berendam air hangat. Aiden masuk ke dalam kamar tersebut tepat saat Anya keluar dari kamar mandi dengan jubah mandi yang longgar.     

Mata Aiden tertuju pada jubah mandi yang setengah terbuka, menunjukkan lehernya yang mulus. "Ini benar-benar kejahatan …" bisik Aiden.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.