Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Menjadi Dirimu Sendiri



Menjadi Dirimu Sendiri

0"Sepupu Galih? Seingatku ia bukan orang yang baik. Walaupun kamu sudah menjadi bagian dari Keluarga Pratama, tidak banyak orang yang baik di keluarga mereka. Lebih baik tidak usah dekat-dekat."     
0

Ketika mendengar hal ini, Anya merasa aneh. "Bukankah ayah memiliki hubungan yang baik dengan sepupunya?"     

"Sepuluh tahun yang lalu, ada perebutan properti terjadi di Keluarga Pratama. Salah satu sepupunya bersaing dengan Galih untuk mendapatkan properti tersebut," Diana mengatakannya sambil mengingat-ingat sesuatu. "Kalau tidak salah, sepupunya itu punya seorang anak perempuan yang merupakan penari terkenal. Tetapi aku lupa namanya siapa."     

"Namanya Agnes. Baru-baru ini ia kembali ke Indonesia dan tinggal di rumah ayah dan ibu," kata Anya. Suaranya semakin lama terdengar semakin pelan.     

"Ia benar. Agnes yang pernah menjalani operasi plastik karena tidak puas dengan wajahnya. Tetapi pada akhirnya operasi itu malah gagal," kata Diana.     

"Ayah sangat menyayangi Agnes. Apakah ibu tahu bagaimana orang tua Agnes meninggal dulu?" tanya Anya.     

Diana menggelengkan kepalanya. Ia memandang Anya dan bertanya. "Apakah kamu pikir ayahmu yang membunuh orang tua Agnes?"     

"Kalau tidak, mengapa ayah begitu baik terhadap Agnes?"     

"Ayahmu bukan orang seperti itu. Jangan curiga pada ayahmu. Ia adalah orang yang baik. Mungkin ia hanya kasihan pada Agnes, yang tidak memiliki orang tua dan telah mengalami banyak kejadian buruk," kata Diana, membela Galih.     

Anya mengerutkan keningnya. Ia merasa masalah ini tidak sesederhana itu.     

Kalau Galih tidak melakukan apa pun pada Agnes, mengapa ia berusaha sekuat tenaga untuk membantunya?"     

"Ayah membela Agnes, meski ia tahu bahwa Agnes membenciku," kata Anya dengan sedih.     

"Apa ada kesalahpahaman?" tanya Diana. Ia mengenal Galih sejak dulu. Memang Galih sangat baik hati dan berbelas kasih pada siapa pun, tetapi ia bukan lah orang yang tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah.     

Anya langsung menceritakan apa yang terjadi di rumah sakit pada ibunya. "Ibu tidak datang ke pesta pernikahan Nadine dan Nico sehingga ibu tidak melihatnya. Sekali lihat saja, ibu langsung bisa tahu bahwa Agnes menyukai Aiden, meski Aiden adalah pria beristri. Aku tidak tahu harus berbuat apa untuk menyingkirkan semua wanita-wanita ini dari suamiku."     

"Aiden memang tampan. Itu sebabnya banyak wanita yang menyukainya. Apakah kamu cemburu?" Diana tersenyum. Ia bangkit berdiri dan memetik sayur-sayuran yang ada di dekat sana.     

Anya langsung membantu ibunya. Sambil memetik sayuran itu, ia berkata, "Agnes adalah sepupuku dan ia tahu bahwa Aiden adalah suamiku. Tetapi ia masih menyukainya."     

Diana memikirkan mengenai pernikahannya dulu. Pernikahannya juga hancur karena adanya orang ketiga.     

"Anya, kalau Agnes adalah wanita yang seperti itu, lebih baik kamu berhati-hati. Kamu tidak tahu apakah ia benar-benar menyukai Aiden atau ia hanya ingin merebut apa yang menjadi milikmu. Aku akan memberitahu ayahmu kalau aku bertemu dengannya nanti," Diana memang tidak mengenal Agnes. Tetapi dari cerita Anya, ia merasa bahwa Agnes bukanlah wanita baik-baik.     

"Ibu, apakah menurutmu tidak ada yang aneh? Agnes hanyalah anak dari sepupu ayah, bukan keponakannya sendiri. Tetapi mengapa ayah memperlakukannya dengan sangat baik?" Anya bertanya-tanya.     

Saat Anya dan ibunya sedang berbicara, Aiden bersama dengan pengawalnya datang sambil membawa beberapa kotak stroberi.     

"Tidak peduli seberapa pintarnya ia menyembunyikan bangkai, suatu hari nanti, baunya juga akan tercium," kata Aiden dengan tenang.     

"Tetapi aku tidak mau sesuatu terjadi dan kemudian kita menyesal. Aku khawatir pada ayah dan ibu," kata Anya dengan cemas.     

"Percaya saja pada ayahmu. kalau ayahmu berani membawa Agnes pulang ke rumahnya, itu artinya Agnes tidak akan pernah menyakiti mereka," kata Aiden.     

"Siapa yang tahu kalau ternyata ayahku juga tertipu," Anya mengerutkan bibirnya, terlihat sangat kecewa dengan sikap ayahnya saat ini.     

"Anya, kamu hanya perlu percaya pada ayahmu. Ayahmu adalah pria yang bijaksana," Diana memandang ke arah langit yang semakin gelap. "Sudah larut. Arka dan Aksa pasti akan segera bangun. Kalian pulanglah."     

Anya pergi meninggalkan rumah ibunya dengan enggan. Selama perjalanan pulang, ia mengabaikan Aiden.     

"Marah?" Aiden menggenggam tangan Anya dengan lembut, "Apakah kamu pikir aku tidak peduli pada keluargamu?"     

"Bukankah memang begitu? Bukan orang tuamu yang berada dalam bahaya, tentu saja kamu tidak khawatir. Bagaimana kalau ternyata Agnes kembali untuk membalas dendam?" kata Anya.     

"Agnes pernah kehilangan hidupnya dan sekarang ia benar-benar menghargai kehidupannya yang baru. Selain itu, orang tuamu sangat baik padanya. Ia membutuhkan ayahmu untuk membangun sekolah tarinya. Jadi, ia tidak akan pernah menyakiti atau melawan orang tuamu," kata Aiden dengan sabar.     

Setelah mendengar hal ini, entah mengapa Anya bukannya merasa tenang, tetapi malah merasa semakin marah. Walaupun apa yang Aiden katakan masuk akal, tetap saja Anya tidak menyukai Agnes.     

"Anya, apakah kamu tahu berapa banyak wanita yang iri dengan keberuntunganmu? Ada berapa banyak orang yang ingin menikahiku? Dan kamu bukan hanya memilikiku, tetapi kamu juga merupakan penerus Pratama Group. Banyak orang merasa iri padamu. Mungkin salah satunya adalah Agnes," Aiden membawa Anya ke dalam pelukannya dengan lembut. "Jangan terlalu dipikirkan. Lebih baik ia membencimu di depan, dibandingkan mencelakaimu dari belakang."     

"Aku tidak menyukainya," kata Anya dengan kesal.     

"Kalau kamu tidak menyukainya, kamu tidak perlu bertemu atau pun berhubungan dengannya. Tidak usah menganggapnya," kata Aiden dengan sangat sabar. Ia berusaha untuk memberikan semua keinginan Anya.     

"Apakah aku bisa melakukannya? Bagaimana pun juga, Agnes adalah sepupuku," kata Anya sambil mengerutkan keningnya.     

Aiden mengangguk. "Setelah kamu kembali kali ini, aku sudah memutuskan bahwa kamu bisa melakukan semua yang kamu inginkan. Sebelumnya, aku selalu membuatmu sedih dan mengekangmu. Sekarang, hal yang paling penting bagiku adalah membuatmu bahagia," kata Aiden dengan lembut, sambil memandang Anya dengan sayang.     

Mendengar hal ini, mata Anya memerah karena terharu. Ia langsung memeluk Aiden dengan erat.     

"Aku sempat melupakan janjiku ketika kita menikah. Aku memintamu untuk menjadi dirimu sendiri, tetapi aku juga menuntutmu untuk memahamiku. Aku malah membuatmu terluka, membuatmu tidak menjadi dirimu sendiri. Mulai sekarang, kamu tidak perlu mengkhawatirkan apa pun. Jadilah dirimu sendiri," kata Aiden.     

"Jangan menyesal dengan apa yang kamu katakan!" kata Anya, menggoda Aiden. Ia senang karena Aiden memberinya kebebasan untuk menjadi dirinya sendiri. Aiden tidak menuntutnya untuk menjadi Nyonya Atmajaya yang sempurna.     

Ia hanya perlu menjadi dirinya sendiri. Suaminya memang bena4-benar baik!     

Saat mereka tiba di rumah, mereka bisa mendengar suara Agnes terdengar dari ruang keluarga.     

Suara Agnes terdengar manis dan ia terlihat sangat menyukai Arka dan Aksa. Kedua putra Anya itu juga tidak menolaknya. Saat sedang bermain-main dengan Arka dan Aksa, Agnes melihat kedatangan Anya dan Aiden.     

"Anya, kamu sudah pulang? aku datang untuk mengunjungi Arka dan Aksa," kata Agnes sambil tersenyum.     

Hana menghampiri Anya dan berbisik. "Anya, Nona Agnes tadi membawa banyak mainan untuk Arka dan Aksa. Sebentar lagi jam makan malam, apakah kamu mau …"     

Anya menggelengkan kepalanya. Ia tidak ingin makan malam dengan Agnes.     

Hana langsung memahaminya dan meminta para pelayan di dapur untuk menunda jam makan malam.     

"Aku akan membawa Arka dan Aksa ke atas. Kalian berdua bisa mengobrol dulu," Aiden menggendong kedua putranya dengan sangat mudah, dan naik ke lantai atas diikuti oleh suster Arka dan Aksa.     

Anya duduk di sofa dan berkata pada Agnes sambil tersenyum. "Kapan kamu datang? Mengapa kamu tidak meneleponku dulu?"     

"Aku ingin memberitahumu. Aku sudah mengirim pesan berulang kali, tetapi kamu tidak menjawab," kata Agnes dengan sedih.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.