Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Pertarungan Terbesar



Pertarungan Terbesar

0"Aku ingin memberitahumu. Aku sudah mengirim pesan berulang kali, tetapi kamu tidak menjawab," kata Agnes dengan sedih.     
0

Anya berpura-pura terkejut. "Kamu mengirim pesan padaku? Kenapa aku tidak tahu?"     

"Bukankah ini nomor ponselmu? Paman Galih yang memberikannya padaku," kata Agnes sambil menunjukkan ponselnya.     

"Benar, tetapi aku tidak menerima apa pun. Mungkin Aiden yang membuat ponselku dalam mode silent," kata Anya sambil tersenyum.     

"Apakah Aiden tidak suka kita memiliki hubungan yang dekat? Ia terlalu ketat," canda Agnes.     

"Mungkin ia hanya tidak mau aku terlalu sibuk," Anya tersenyum dengan tidak peduli.     

"Aku tidak punya saudara, tidak punya kakak dan tidak punya adik. Hanya kamu satu-satunya saudaraku. Apakah aku tidak bisa dekat denganmu?" Agnes terlihat sedih.     

"Beberapa bulan ini aku pergi dan baru saja kembali. Aiden ingin aku menghabiskan lebih banyak waktu dengannya. Ia tidak mau ada banyak orang yang membuatku kerepotan. Maafkan aku, Agnes," Anya menjelaskan dengan senyuman.     

Agnes menghela napas panjang. "Hari ini bibiku berada di rumah sakit dan paman juga belum pulang. Aku tidak punya tempat untuk makan malam.     

Senyum terpancar di wajah Anya, tetapi dalam hati ia ingin mengumpat.     

Saat Galih dan Indah pindah ke rumah baru, mereka membawa beberapa pelayan dari rumah mereka. Meski tidak ada Galih dan Indah pun di rumah, para pelayan itu bisa memasak untuk Agnes. Bagaimana mungkin Agnes tidak punya makanan?     

Ia juga bisa memesan makanan dari luar.     

Jelas Agnes ingin ikut makan di sini, tetapi ia mengatakannya dengan cara memelas, berharap Anya akan mengasihaninya.     

Namun, Anya merasa ia tidak akan bisa menelan makanannya kalau harus makan semeja bersama dengan Agnes.     

Saat Anya merasa kebingungan bagaimana cara menolak Agnes, Hana datang menghampirinya. "Nyonya, apakah Anda perlu saya membungkuskan makanan untuk Nona Agnes? Di rumah ada banyak kotak, biasanya digunakan untuk orang-orang yang ingin menumpang makanan dari rumah."     

Agnes tidak bisa mempertahankan senyum di wajahnya. Hana menyindirnya menumpang makan di rumah Anya dan Aiden.     

Anya tersenyum dan berkata pada Hana. "Boleh. Tolong bungkuskan makanan untuk Agnes, Bu Hana."     

Setelah mengatakannya, Anya menoleh untuk memandang Agnes dan melihat wajahnya yang tegang seolah sedang marah.     

Kemudian ia menjelaskan, "Agnes, hari ini aku mau pergi makan malam bersama dengan Aiden sehingga kami tidak bisa menemanimu makan di rumah. Apakah kamu keberatan kalau aku membungkus makanan untukmu?"     

"Kalian berdua romantis sekali. Aku merasa malu karena tidak peka," kata Agnes sambil tersenyum. "Apakah ada banyak orang yang menumpang makan di rumahmu?"     

"Iya, Nico dan Tara tinggal di sebelah rumah. Nadine dan Harris juga sibuk dengan pekerjaan mereka sehingga mereka tidak punya waktu untuk masak. Biasanya mereka semua menumpang makan di sini, kecuali saat mereka pergi berkencan. Hari ini mereka tidak datang karena mereka sedang bulan madu," kata Anya.     

"Kalau begitu, aku bisa datang padamu kalau aku tidak punya makanan," kata Agnes dengan setengah bercanda.     

"Nona Agnes adalah sepupu Nyonya, keluarga sendiri. Kalau tidak ada makanan, katakan saja pada saya, saya bisa mengirimnya pada Anda agar Anda tidak perlu repot-repot datang kemari," kata Hana sambil tersenyum. Ia membawa begitu banyak bungkusan makanan dengan harapan Agnes segera pergi dari rumah itu.     

Agnes menyadari bahwa Hana menekankan setiap katanya dengan sangat tegas, berharap ia segera menyingkir dari hadapannya.     

"Bu Hana baik sekali. Aku jadi tidak enak menerimanya," kata Agnes, menerima bungkusan tersebut dan pergi sambil membawanya.     

Hana melambaikan tangannya pada salah satu pengawal Aiden yang berdiri di pintu. "Ikuti diam-diam. Begitu kamu melihatnya sampai di rumah, kamu bisa kembali. Jangan sampai ketahuan."     

Pengawal itu langsung mengikuti Agnes, yang pergi dari rumah sambil membawa bungkus makanan.     

Anya memandang ke arah Hana dan bertanya, "Mengapa Bu Hana menyuruh seseorang untuk mengikuti Agnes?"     

Hana tersenyum dan berkata, "Tentu saja karena aku ingin lihat apakah Agnes benar-benar tidak punya makanan, atau hanya ingin makan bersama dengan Aiden."     

Anya menghela napas panjang, "Aku rasa suamiku ini artis. Mengapa begitu banyak wanita yang menyukainya?"     

"Artis? Kalau begitu kamu adalah fans yang beruntung bisa menikah denganku," ketika mendengar bahwa Agnes sudah pulang, Aiden turun ke lantai bawah.     

"Enak saja!" kata Anya sambil memukul lengan Aiden, membuat suaminya itu tertawa. Setelah itu, Aiden memeluk pinggang Anya dan bertanya. "Apakah kamu mau makan sekarang?"     

Anya mengangguk. "Bu Hana, tolong siapkan makanannya."     

Makanan disiapkan di atas meja dengan cepat. Aiden membuka sebuah botol anggur. Saat ia menuangkan anggur itu itu di gelas, pengawal yang disuruh Hana untuk mengikuti Agnes kembali.     

"Tuan, Nyonya, saat Nona Agnes keluar, ia membuang semua makanan yang Bu Hana bungkuskan untuknya ke tdalam tong sampah dan kemudian menendang tong sampahnya. Ia kelihatan sangat marah," kata pengawal tersebut.     

Anya mengerutkan keningnya dengan kesal. "Masakan Bu Hana sangat enak, tetapi ia malah menyia-nyiakannya dengan membuang semuanya ke tempat sampah. Sayang sekali."     

Hana kembali melambaikan tangannya pada pengawal tersebut, memintanya untuk meninggalkan Anya dan Aiden berdua. "Sekarang kita semua sudah tahu apa niat Agnes yang sebenarnya. Anya, kamu tidak perlu terlalu sopan saat menghadapi orang-orang seperti itu. Jangan kasihan padanya."     

Anya tertawa dan berkata pada Aiden. "LIhat itu, wanita-wanita yang menyukaimu."     

"Iya, semua ini salahku. Aku akan menghukum diriku sendiri nanti," kata Aiden sambil mengelus tangan Anya.     

"Karena kamu sudah mengaku salah, aku memaafkanmu," kata Anya sambil tersenyum.     

Hana menyuruh semua pelayan pergi dari sana, menyisakan Anya dan Aiden berdua saja di ruang makan.     

Melihat suasana hati Anya sedang baik, Aiden berkata, "Aku sudah membuat janji dengan seorang psikiater. Besok ia akan datang ke sini dan memeriksamu. Apakah kamu mau atau tidak?"     

"Kalau aku bilang aku tidak mau, apakah kamu akan menyuruh psikiater itu kembali?" kata Anya.     

"Kalau kamu tidak mau, aku tidak akan memaksamu," jawab Aiden.     

Anya tersenyum. "Baiklah, suruh psikiaternya datang besok. Aku juga ingin tahu kondisiku."     

Aiden mengelus kepala Anya dengan lembut, merasa bangga dengan istri kecilnya yang pemberani. Meski tidak pergi ke psikiater sekali pun, Aiden sebenarnya tahu bahwa Anya sudah sembuh.     

Kondisi Anya terlihat jauh lebih baik dari sebelumnya. Ia tidak pesimis dan berpandangan negatif seperti dulu. Ia memiliki banyak rencana untuk sekolah yang akan dibangunnya dan memiliki pandangan positif mengenai sekolah parfum tersebut.     

Anya-nya yang percaya diri sudah kembali.     

…     

Keesokan harinya, hari sangat cerah. Psikiater yang Aiden panggil tiba pada pukul 9 pagi.     

Mereka berbincang-bincang selama 1 jam, hingga pada pukul 10 siang, psikiater tersebut akhirnya mengatakan bahwa Anya sudah pulih!     

Setelah mengantar psikiaternya pulang, Aiden menggandeng Anya ke arah taman dengan senang. Suasana hatinya sangat baik sekarang. Aksa dan Arka juga sedang berada di stroller mereka sambil berjemur. Saat melihat ayah dan ibu mereka bergandengan, mereka menendang-nendang dengan penuh semangat, seolah ingin ikut bersama dengan mereka.     

Anya tertawa saat melihatnya. Aiden menggendong Arka dan Anya menggendong Aksa dalam pelukannya. Mereka berjalan bersama-sama di taman.     

Sesekali Aiden akan menggendong putranya tinggi-tinggi dan memutar mereka hingga ia merasa pusing, namun putranya itu belum puas juga.     

Di siang hari, setelah makan siang, Aiden kembali ke Atmajaya Group.     

Karena Nico dan Harris sedang bulan madu, semua pekerjaan jatuh ke tangan Aiden dan Ivan.     

Anya menghabiskan siangnya untuk tidur siang bersama dengan Arka dan Aksa. Pada jam bermain, kali ini Arka dan Aksa seperti mencopot topeng malaikat mereka dan berubah menjadi iblis kecil yang nakal.     

Anya melihat mereka bertengkar dengan sangat sengit, membuatnya tertawa. Terkadang ia berusaha melerai mereka kalau pertengkaran mereka semakin besar dan ia merekam semua itu untuk dibagikan di media sosialnya.     

Aksa memukul wajah Arka dan langsung dibalas oleh kakaknya itu. Dan kemudian, mereka saling menendang satu sama lain.     

Suara tawa Anya terdengar dari video itu saat berusaha untuk melerai kedua putranya. Saat kedua putranya besar nanti, apakah mereka juga akan bertengkar dan bersaing seperti ini?     

Anya mengunggah video itu di media sosialnya dan menuliskan : 'Pertarungan terbesar abad ini!'     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.