Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Masih Single



Masih Single

0Pertarungan Terbesar Abad Ini.     
0

Aiden melihat kedua putranya saling bertengkar satu sama lain, seolah ingin menunjukkan siapa yang lebih hebat. Ia bisa mendengar suara Anya di dalam video tersebut. Dan terkadang, ia bisa melihat tangan mulus istrinya berusaha untuk memisahkan dua bocah nakal tersebut.     

Ketika Aiden melihat video yang diposting oleh Anya, bibirnya menyunggingkan senyum tipis.     

Saat sedang depresi, Anya sedikit sensitif, bahkan terhadap Arka dan Aksa. Tetapi sekarang ia melihat pertengkaran Arka dan Aksa sebagai hal yang menarik untuknya.     

"Paman, apa yang kamu lihat? Mengapa kamu tertawa?" ketika Jenny masuk ke dalam ruangan, ia melihat Aiden tersenyum.     

"Mengapa kamu datang ke sini?" senyum di wajah Aiden langsung menghilang dan ia langsung terlihat dingin.     

"Paman, aku dengar Atmajaya Group akan bekerja sama dengan Mahendra Group untuk mengembangkan kota eco-tourism. Apakah project ini kekurangan orang? Aku mau …"     

"Tidak kekurangan orang," Aiden tidak menunggu Jenny selesai berbicara dan langsung menghentikan apa yang ia ingin katakan.     

"Paman, aku belum selesai bicara!" kata Jenny dengan kesal.     

"Raka tidak menyukaimu dan ia tidak akan pernah menyukaimu," kata Aiden dengan terang-terangan.     

"Paman tidak mau membantuku, padahal paman tau aku suka pada Raka. Tetapi paman malah menjodohkannya dengan Della. Aku benci paman!" kata Jenny.     

"Kamu sudah mengenal Raka jauh sebelum Raka dekat dengan Della. Dengan bantuan dari Nico, kamu bisa pergi makan malam dengannya. Tetapi Raka hanya menganggapmu sebagai adik Nico. Bersama dengan seseorang yang tidak mencintaimu tidak akan bisa membuatmu bahagia. Tanpa cinta, pernikahan tidak akan berakhir dengan baik. Kita semua ingin kamu bahagia. Apakah kamu mengerti?" kata Aiden dengan tenang.     

"Kebahagiaanku hanya ada pada Raka. Meski ia tidak menyukaiku sekali pun, asalkan aku bisa bersama dengannya, aku akan bahagia," Jenny hampir menangis saat mengatakannya.     

Aiden menghela napas panjang. Ia bangkit berdiri dan menepuk pundak Jenny. "Kamu masih muda. Setelah kamu melupakan Raka, kamu akan merasa hidupmu benar-benar terbuka. Hanya dengan melepaskan cinta yang lama, kamu bisa membuka hatimu untuk orang yang benar-benar mencintaimu."     

"Ada banyak pria yang mengejarku, tetapi aku tidak menyukai mereka. aku hanya menyukai Raka. Kalau aku bisa memilih, aku akan memilih orang yang aku cintai, bukan orang yang mencintaiku," Jenny menangis dan berkata, "Paman, mengapa sulit sekali untuk menemukan orang yang aku cintai dan balas mencintaiku?"     

"Memang sulit untuk menemukannya. Tetapi begitu kamu bisa melupakan masa lalu dan tidak terjebak di dalamnya, maka kamu akan bisa menemukan orang yang benar-benar mencintaimu dan orang yang bisa kamu cintai," Aiden berusaha untuk menghibur keponakannya itu.     

"Tuan, Tuan Jonathan datang!" pada saat itu, sekretaris Aiden datang dan mengetuk pintu.     

"Apakah paman memiliki janji dengan Jonathan Srijaya?" Jenny langsung mengeringkan air matanya.     

"Iya, ada yang harus kami bicarakan. Kamu …"     

"Ia berhutang padaku, katanya ia ingin mentraktirku makan. Aku akan menunggunya di sini," Jenny berjalan menuju ke arah sofa dan duduk di sana.     

Aiden membuka pintu kantornya dan menyapa Jonathan.     

Setelah Jonathan masuk, ia melihat Jenny duduk di sofa dan langsung tersenyum. "Ada Jenny di sini?"     

"Halo, Paman Jonathan!" Jenny melambaikan tangannya.     

Jonathan langsung terbatuk mendengar panggilan tersebut dan ia terlihat sedikit bingung. "Tidak perlu terlalu sopan seperti itu. Aku merasa tua dengan panggilan paman."     

"Kamu adalah sepupu bibiku. Jadi aku harus memanggilmu paman," kata Jenny sambil tersenyum. "Paman, kamu berhutang makan padaku!"     

"Aku akan mentraktirmu makan malam. Tetapi bisakah kamu berhenti memanggilku paman dan membuatku merasa tua," kata Jonathan dengan sengaja.     

"Lihat-lihat bagaimana suasana hatiku. Tetapi hari ini suasana hatiku sedang buruk," Jenny bersandar di sofa dan menghela napas panjang sambil menatap lampu kristal di atas kepalanya.     

"Ada apa dengan Jenny?" tanya Jonathan pada Aiden dengan suara pelan.     

"Raka akan segera menikah," jawab Aiden.     

"Aiden, aku dengar Raka akan menikah. Ibu Raka kan terkenal sebagai wanita yang cukup jahat. Bagaimana ya nasib Della, menjadi menantu dari Keluarga Mahendra," kata Jonathan dengan sengaja. Ia mengatakannya dengan cukup keras agar Jenny bisa mendengarnya, tetapi tetap berpura-pura seolah ia hanya berbicara dengan Aiden.     

Aiden melirik ke arah sofa, melihat Jenny berpura-pura tidak peduli, tetapi sebenarnya sedang memasang telinganya dengan cermat dan menguping. "Aku juga pernah mendengar bahwa Ibu Raka sangatlah kejam. Della tidak memiliki ibu yang bisa membelanya. Sepertinya ia akan menderita di sana."     

"Raisa juga masih belum menikah. Berarti Della akan memiliki mertua yang jahat dan juga adik ipar yang nakal. Sepertinya akan ada pertengkaran di dalam Keluarga Mahendra," Jonathan dan Aiden menandatangani kontrak sambil mengobrol. Jenny merasa lebih tenang saat mendengar hal tersebut.     

Setelah membicarakan mengenai pekerjaan, Aiden membiarkan Jonathan membawa Jenny pergi untuk makan malam.     

Mereka berjalan menuju ke lift bersama-sama. Jonathan memandang ke arah jam tangannya dan jam masih menunjukkan pukul empat sore. "Jenny, sepertinya ini terlalu awal untuk makan malam. Ayo kita pergi ke suatu tempat dulu."     

"Ke mana?" tanya Jenny dengan penasaran.     

"Kamu akan tahu nanti," Jonathan sengaja tidak mau memberitahu Jenny.     

Sampai mereka tiba di tempatnya, Jenny akhirnya tahu bahwa Jonathan membawanya ke taman bermain.     

"Aku bukan anak kecil. Mengapa kamu membawaku ke tempat ini?" Jenny hendak pergi.     

"Setiap kali Alisa sedang sedih, aku akan mengajaknya main ke tempat ini dan suasana hatinya akan membaik," Jonathan membeli tiket terusan untuk mereka dan mengajaknya untuk masuk.     

Karena ini hari biasa dan sudah sore, tidak terlalu banyak orang di sana.     

Jenny duduk di komedi putar dan berputar-putar, tetapi suasana hatinya tidak membaik.     

Jonathan membelikan sebuah bando berbentuk mickey mouse dan memasangkannya di kepalanya. Setelah itu, ia juga membeli kembang gula yang berwarna-warni.     

"Senyum dong," Jonathan menggodanya. Jenny tersenyum dengan enggan sambil melambaikan kembang gula di tangannya.     

Jonathan mengambil foto beberapa kali berturut-turut dan kemudian menunjukkannya pada Jenny.     

"Wow, apakah aku secantik itu? Paman, kamu pandai memfoto orang. Ambil fotoku lagi. Aku ingin mempostingnya di media sosial dan blog-ku," suasana hati Jenny langsung membaik saat melihat hasil foto yang bagus.     

Mereka berjalan-jalan mengelilingi taman bermain itu, membeli banyak barang dan menggunakan berbagai aksesoris untuk mengambil foto di berbagai tempat.     

Di malam hari, mereka makan malam di restoran yang ada di dalam taman bermain itu, sambil menonton kembang api.     

Jonathan sudah terbiasa mengambil foto untuk putrinya sehingga ia tidak keberatan mengambil foto Jenny hari ini.     

"Jenny …" tiba-tiba saja, dua orang gadis cantik datang dan menyapa Jenny.     

"Eh, kalian berdua. Kebetulan sekali. Apakah kalian juga bermain?" Jenny menyapa mereka sambil tersenyum.     

"Ini …" pandangan dua gadis itu tertuju pada Jonathan.     

"Ini pamanku, Jonathan Srijaya," kata Jenny.     

"Jonathan? Aku rasa aku pernah mendengar namanya," bisik salah satu gadis.     

"Bukankah itu nama CEO Srijaya Group? Sepertinya namanya Jonathan," kata gadis yang lainnya.     

Jenny memandang mereka dan menebak apa yang mereka pikirkan. "Pamanku masih single!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.