Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Menghilang



Menghilang

0"Tidak ada sekoci di sini. Kalau banjirnya semakin tinggi, kita semua bisa mati di sini," kata Anya.     
0

"Kalau kamu tidak mau pergi, aku akan tetap menemanimu di sini," Aiden bersikeras.     

Anya melihat perkebunannya dari luar jendela. Walaupun perkebunan itu sudah tergenang cukup tinggi dan beberapa tanamannya terseret banjir, beberapa dari mereka masih bertahan hidup.     

"Aiden, suruh seseorang menjemputmu. Aku akan menunggu dua hari. Kalau airnya tidak surut, kamu jemput aku. Pada saat itu, aku akan pergi bersamamu," Anya merasa tenggorokannya tercekat saat ingin melanjutkan.     

'Kalau aku mati, tolong jaga Arka dan Aksa.'     

Ia ingin mengatakannya, tetapi tidak bisa!     

Aiden melihat semua tanaman yang terendam banjir dan tahu apa artinya perkebunan itu untuk Anya.     

Anya menganggap tanaman itu sebagai bentuk dirinya sendiri yang pernah mengalami depresi dan mendapatkan kesempatan kedua untuk kembali sembuh.     

Kalau bencana ini berlalu, Anya menganggap bukan hanya tanaman itu saja yang selamat, tetapi dirinya juga. Aiden yakin Anya akan menjadi semakin menawan dan percaya diri setelah berhasil melalui semua masalahnya sendiri.     

"Aku akan menunggumu di sini. Nanti akan ada sekoci lagi," Aiden tidak mau pergi dan meninggalkan Anya sendiri. Apa pun yang terjadi, ia ingin berada di samping Anya.     

Di sore hari, Agnes datang sambil membawa sekoci, makanan dan minuman.     

"Anya kamu keterlaluan sekali. Bagaimana bisa Aiden tinggal bersamamu di tempat yang berbahaya seperti ini?" begitu tiba, Agnes langsung menyalahkannya.     

Anya memandang suaminya dengan canggung, "Aku sudah menyuruhnya pulang, tetapi ia menolak."     

"Kalian berdua kembalilah. Biar aku saja yang di sini," kata Agnes dengan cemas.     

"Di sini berbahaya. Bagaimana bisa aku membiarkanmu di sini. Terima kasih untuk semua kirimanmu. Sebaiknya kamu segera kembali," kata Anya.     

"Paman mengirimku ke sini untuk menyelamatkan perkebunan Pratama Group. Begitu datang, aku sakit karena tidak kuat dengan cuacanya. Aku istirahat di hotel selama beberapa hari dan baru saja sembuh. Saat aku tahu kamu di sini, aku langsung berangkat. Ini sudah tugasku untuk menjaga perkebunan ini. Kamu tidak perlu mempertaruhkan nyawamu di sini. Pulanglah!"     

Agnes berjalan menuju ke arah Aiden. "Aiden, tolong beritahu Anya."     

Aiden memandang Anya sambil tersenyum dan merangkulnya di pelukannya. "Aku akan selalu mendukung keputusan Anya. Kamu saja yang kembali ke hotel."     

"Aku sudah di sini dan aku tidak mau kembali. kalau kalian memutuskan untuk tetap di sini, aku juga akan tinggal," Agnes juga tidak mau meninggalkan tempat itu.     

Sebelum hari gelap, beberapa pengawal bekerja sama untuk mengikat sekoci tersebut agar tidak terseret banjir.     

Namun, saat mereka bangun keesokan harinya, mereka menemukan bahwa sekoci itu menghilang lagi. hanya ada satu sekoci tersisa yang dijaga oleh pengawal tersebut.     

Melihat situasi ini, Aiden langsung menyuruh pengawalnya untuk mengantar Anya dan Agnes pergi.     

"Anya, pergilah dengan Aiden. Biar aku saja yang tinggal di sini," kata Agnes.     

"Hujannya sudah berhenti. Asalkan hujan tidak turun lagi, banjirnya akan segera surut. Aku ingin tinggal satu hari lagi," Anya tidak mau tinggal di sini bersama dengan Agnes. Tetapi ia juga merasa tidak tenang kalau harus pergi.     

Mengetahui bahwa ia tidak bisa membujuk Anya, Aiden berkata, "Biar aku saja yang tinggal. Kalian berdua kembalilah!"     

"Tapi …"     

"Apakah kamu masih khawatir kalau aku yang tinggal di sini? Beberapa hari terakhir ini kamu tidak bisa tidur nyenyak dan tidak bisa makan enak. Kembalilah ke hotel dan beristirahatlah. Saat banjirnya surut, aku akan pergi ke tempatmu," kata Aiden.     

Mata Anya memerah saat mendengarnya. "Aku ingin bersama denganmu."     

"Jangan khawatir. Para pengawal ini sudah bekerja untukku selama bertahun-tahun. Aku akan baik-baik saja!" kata Aiden.     

"Tapi …"     

"Anya, bisakah kamu mendengarkanku sekali ini saja?" Aiden mengatakannya dengan tidak berdaya. "Kamu sudah lelah dan kondisimu bisa memburuk. Kalau kamu tinggal pun, kamu tidak bisa melakukan apa pun. Kembalilah ke hotel dan istirahat!"     

"Anya, turuti kata-kata Aiden. Di sini pun, kita tidak bisa melakukan apa pun. Kamu juga terlihat lemas. Ayo kita kembali ke hotel," Agnes membantu Aiden untuk membujuk Anya.     

Akhirnya Anya menyerah dan memeluk Aiden. "Kalau kamu tidak bisa mempertahankan perkebunan ini, tinggalkan saja. Minta seseorang untuk mengirimkan sekoci secepat mungkin."     

"Jangan khawatir. Aku akan segera kembali!" kata Aiden.     

Aiden memasangkan life jacket untuk Anya dan memastikan bahwa tidak ada kesalahan. Ia memeluk Anya sekali lagi dan mengecup keningnya. "Hati-hati. Aku akan segera menyusulmu."     

"Aiden, jangan khawatir. Aku akan menjaga Anya," kata Agnes.     

"Terima kasih," tetapi kata-kata Agnes tidak membuat Aiden tenang, malah semakin khawatir. ia menyuruh dua pengawalnya untuk menemani Anya.     

Rencana awalnya mengirim dua pengawal itu adalah, salah satunya untuk melindungi Anya dan yang lainnya untuk menghubungi tim penyelamat dan mencari suplai P3K.     

Namun, setelah Anya dan Agnes pergi, mereka tidak bisa dihubungi lagi.     

Pada saat itu, selain Anya dan Agnes, salah satu asisten Agnes dan dua pengawal Aiden juga berada di sekoci yang sama. Mereka berlima menghilang!     

Aiden menggunakan segala cara untuk menemukan Anya, tetapi ia tidak bisa menemukannya. Ia mencari ke semua rumah sakit dan tempat penampungan sementara, tetapi tidak ada berita mengenai mereka.     

…     

Tiga hari kemudian, Galih dan Indah tiba di sana.     

Walaupun mereka tidak mau, akhirnya Galih memutuskan untuk mencoba mencari di tempat mayat-mayat di temukan.     

Begitu Galih mengatakan hal ini, Indah langsung menangis sejadi-jadinya.     

"Tidak, anakku pasti baik-baik saja. Anya tidak ada di sana. Aku tidak mau pergi ke sana!" kata Indah sambil menangis sekeras-kerasnya. Ia yakin Anya baik-baik saja.     

"Ibu istirahat saja di hotel. Biar aku yang pergi bersama dengan ayah," kata Aiden dengan berat hati. Ia takut akan menemukan Anya di tempat itu.     

Semua orang di sekitar Aiden, baik para pekerja di perkebunan mau pun pengawal Aiden, mengenal Anya dan juga dua pengawal yang menemani Anya. Mereka pergi ke tempat tersebut bukan hanya untuk mencari Anya, tetapi juga dua orang pengawal yang hilang bersama dengannya.     

Tetapi orang-orang yang meninggal karena bencana itu sangat banyak sehingga sulit untuk menemukan mereka.     

Satu hari mereka mencari, tetapi masih belum ada berita.     

"Tidak menemukannya di sini adalah hal yang bagus," Galih menepuk pundak Aiden dan menghiburnya. Ia langsung menelepon istrinya dan berkata, "Jangan khawatir. Mungkin Anya sedang terjebak dan menunggu banjirnya surut. Kita akan terus mencari."     

"Anakku pasti baik-baik saja," kata Indah dengan suara tercekat.     

"Anya pasti baik-baik saja. Kamu jaga dirimu. Aku akan kembali nanti," kata Galih.     

Di malam hari, para pengawal Aiden yang juga ikut mencari Anya dan dua pengawal lainnya kembali sambil membawa berita buruk untuk Aiden. Mereka menemukan tubuh salah satu pengawal yang Aiden suruh untuk melindungi Anya.     

Di tubuh pengawal tersebut, banyak luka tusuk. Ia telah berjuang sekuat tenaga sebelum akhirnya ia meninggal.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.