Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Putri Kandung



Putri Kandung

0"Hei, wanita sialan. Jangan berpura-pura. Kamu yang menyuruh kami untuk menangkap seorang wanita. Siapa yang tahu ternyata wanita itu adalah orang yang penting. Aiden membawa banyak orang ke sini dan semua rekan-rekanku akan dihabisi olehnya. Cepat selesaikan masalah ini, atau aku akan melepaskan saudaramu pada Aiden dan mendapatkan uang yang ditawarkannya. Jangan salahkan kami kalau kami melaporkan namamu padanya."     
0

"Apakah ada kesalahpahaman? Apakah wanita yang kamu culik benar-benar saudaraku? Aku dan saudaraku memang tidak dekat, tetapi mengapa kamu menculiknya? Aku tidak tahu siapa yang menyuruhmu, tetapi kalau saudaraku benar ada di tanganmu, aku sarankan kamu melepaskannya. Jangan berpikir untuk mendapatkan uang dari Aiden. Kalian malah akan menderita!" kata Agnes dengan tenang.     

Pengawal itu menatap Aiden dengan bingung, tidak tahu harus menjawab apa. Ia tida menyangka Agnes tidak akan termakan jebakannya dan tetap berbohong pada mereka.     

Aiden langsung mengetikkan kalimat dengan menggunakan ponselnya dan menunjukkan pada pengawalnya yang langsung mengangguk.     

"Mustahil melepaskannya. Ia sudah melihat wajah kami. Dan kamu pun sudah melihat wajah kami. Jadi, kami tidak akan melepaskan kalian," pengawal itu menghampiri Agnes sambil membawa pisau.     

Saat mendengar ancaman itu, Agnes merasa tenggorokannya tercekat, "Tunggu, tunggu … Tenanglah! Aku tidak akan pernah melaporkanmu!"     

"Saat kejadian itu, tidak ada CCTV yang merekam tindakan kami karena banjir telah merusak semuanya. Begitu kamu mati, kami akan aman," pengawal tersebut menempelkan pisaunya di leher Agnes. "Cantik sekali. Sayang sekali kamu akan mati seperti ini."     

"Tolong tunggu sebentar. Bagaimana kalau kita mendiskusikannya dulu? Pamanku punya banyak uang. Selama kamu melepaskanku, ia akan memberikan berapa pun padamu!" kata Agnes dengan panik.     

Aiden mengetik menggunakan ponselnya lag dan kemudian mengangkat ponsel tersebut. Setelah melihat isinya, pengawal Aiden langsung menepuk pipi Agnes dengan menggunakan bagian datar dari pisaunya. "Pamanmu? Ia bahkan bukan ayahmu. Mengapa ia mau menghabiskan begitu banyak uang untuk menyelamatkanmu? Jangan membual!"     

"Aku … Aku adalah putrinya!" kata Agnes.     

Pengawal itu tertawa dengan keras. Semakin ia berpura-pura, aktingnya menjadi semakin meyakinkan. "Putri sulung Galih Pratama sudah mati. Dan kami sedang menahan Anya, putri bungsunya. Kamu putrinya? Dari mana kamu berasal? Anak haram ya?"     

"Anak haram? Tidak!" kata Agnes dengan marah. "Kamu hanya ingin uang kan? Aku bisa memberimu uang. Aku benar-benar tidak mau mati. Selama kamu melepaskan aku, aku tidak akan pernah melaporkanmu. Kalau polisi menanyaiku, aku akan bilang bahwa aku tidak melihat wajah kalian dengan jelas."     

Pengawal itu menoleh pada Aiden dan meminta bantuan. Agnes terlalu berhati-hati dan tidak membocorkan sedikit pun informasi.     

Sebelumnya, Anya sudah mengeluh pada Aiden karena ayahnya terlalu perhatian pada Agnes. Karena hal itu juga, Indah merasa kesal pada suaminya karena lebih menyayangi keponakannya dibandingkan putrinya sendiri.     

Siapa sangka bahwa Agnes ternyata adalah putri kandung Galih?     

Aiden berpikir sejenak dan kemudian bergegas menuliskan kalimat baru di ponselnya. Ketika pengawal Aiden melihatnya, ia merasa terkejut sejenak.     

"Kebetulan, Anya mengatakan hal yang sama denganmu. Apakah kamu pikir kami akan percaya padamu? Saudara-saudaraku, ini adalah wanita yang membuat kita harus berhadapan dengan Aiden dan Galih. Ia terlihat cantik. Sayang sekali kalau membunuhnya begitu saja. Aku memberi kalian kesempatan untuk bermain dengannya. Kalau ia mati, segera carikan tempat yang aman untuk menguburnya!" pengawal itu langsung merobek gaun rumah sakit yang Agnes kenakan dengan menggunakan pisau yang dibawanya.     

Agnes merasakan angin berhembus mengenai kulitnya. Ia langsung bergidik saat membayangkan apa yang akan terjadi padanya.     

Ia tidak tahu di mana ia sekarang dan ada berapa orang di sana. Tetapi ia bisa mendengar banyak suara siulan dengan jelas. Orang-orang itu berani mengancamnya dengan pisau dan berani menculik orang lain.     

Ia sangat ketakutan saat membayangkan apa yang orang-orang itu akan lakukan.     

Aiden melambaikan tangannya pada para pengawal di sekitarnya. Tangan para pengawal itu sedikit gemetaran tetapi mereka berusaha untuk melakukan tugasnya dengan sangat baik.     

"Ahhhh!" Agnes berteriak saat tangan salah satu pengawal Aiden menyentuh tubuhnya. "Jangan sentuh aku. Aku ingin bertemu dengan Reza!"     

Pengawal itu menatap Aiden dan menunggu instruksi selanjutnya.     

Aiden menggunakan ponselnya sekali lagi dan menunjukkannya pada pengawalnya. Tangan besar pengawal itu terjatuh ke pundak Agnes. "Reza sudah melarikan diri dan ia tidak bisa dihubungi. Semua ini salahmu. Siapa suruh kamu melihat wajah kami!"     

"Aku tidak melihatnya dengan jelas. Aku sudah lupa. Sungguh! Selama kalian melepaskan aku, aku bisa memberikan kalian apa pun yang kalian mau!" Agnes menggoyangkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri, berusaha untuk menyingkirkan tangan besar yang memegang pundaknya. Tetapi tangan itu tidak mau menyingkir juga.     

Tangan pengawal itu membelai pundak Agnes dan perlahan menuju ke lehernya. Agnes bisa merasakan jantungnya naik ke tenggorokannya, membuatnya kesulitan untuk bernapas. "Aku punya 10 milyar! Jangan sentuh aku!"     

"10 milyar? Apakah kamu serius?" tangan pengawal itu berhenti bergerak.     

"Ya! 10 milyar! Aku berjanji. Aku tidak akan melaporkan kalian. Tetapi … tetapi saudaraku itu jahat. Ia tidak seperti aku. Aku yakin ia tidak akan melepaskan kalian begitu saja. jadi …"     

"Cantik, jangan khawatir. Aku bisa menyelesaikan semuanya untukmu. Jadi kamu bisa tenang dan menjadi putri tunggal dari ayahmu. Asalkan kamu memberikan uang itu kepadaku," pengawal tersebut kembali membelai tubuh Agnes dengan sengaja.     

"Jangan!" kata Agnes. "Kapan kamu akan melepaskan aku?"     

"Setelah aku mendapatkan uangnya!" sesuai dengan suruhan Aiden, pengawal tersebut mengambil ponsel Agnes dan mengirimkan 10 milyar ke akun bank Anya.     

Agar ia bisa bebas, Agnes benar-benar membayar 10 milyar tersebut.     

Ketika pengawal tersebut melihat instruksi Aiden, ia berkata, "Cantik, aku akan membunuh saudaramu sekarang. Apakah kamu punya pesan terakhir?"     

"Tidak ada! Aku tidak peduli!" kata Agnes dengan tidak sabar. "Uangnya sudah aku kirimkan. Sekarang bisakah kamu melepaskan aku?"     

Aiden bangkit berdiri dan berjalan menuju ke arah Agnes. Ia melepaskan kain hitam yang menutupi mata Agnes.     

Agnes kesulitan membuka matanya karena cahaya yang sangat terang tiba-tiba saja membuatakan pandangannya.     

Tetapi ketika ia melihat sosok yang berdiri di hadapannya adalah Aiden, wajahnya langsung memucat. "A-Aiden …"     

"Katanya para perampok itu menusuk perutmu. Apakah di sini?" Aiden mengambil pisau yang dipegang oleh pengawalnya dan menusuk perut Agnes tanpa ragu. "Kamu berpura-pura terluka, seharusnya kamu berakting lebih baik."     

"Aiden, kamu …" Agnes gemetar karena kesakitan dan tidak bisa berbicara.     

"Jangan biarkan dia mati. Kirimkan kembali ke rumah sakit," kata Aiden dengan dingin.     

Pengawal tersebut langsung menutup luka di perut Agnes dengan perban untuk memastikan bahwa Agnes tidak kehilangan banyak darah sampai tiba di rumah sakit.     

Aiden membawa beberapa anak buahnya untuk pergi menuju ke desa dan mengepung Reza.     

Meski demikian, Reza terus mengelak dan tidak mau mengakui bahwa Anya berada di tangannya.     

Tetapi Aiden tahu betul bahwa Anya berada di sana. Kalau tidak, mengapa Agnes tiba-tiba saja menyebut nama Reza di saat-saat genting.     

Dari mana Agnes mengenal nama Reza kalau bukan karena Agnes yang menyuruhnya untuk menangkap Anya?     

"Aiden, mengapa kamu datang ke desaku dan membawa begitu banyak orang?" Reza berpura-pura tidak mengetahui apa pun.     

Aiden mengeluarkan pistolnya dan meletakkannya di atas meja. Wajahnya terlihat sangat tenang seolah pistol tersebut hanyalah mainan belaka.     

Tangannya menyentuh pistol tersebut dengan sangat santai, tidak takut bahwa pistol yang berada di meja itu bisa menjadi alat untuk membunuh siapa pun.     

"Aku ingin membawa istriku pulang. Aku harap kamu bisa membantuku dan menyelesaikan semua masalah ini baik-baik."     

Ekspresi di wajah Reza terlihat berubah. Ia terlihat terkejut, menegang dan kemudian kembali tenang. Meski perubahan ekspresi tersebut hanya terjadi sepersekian detik, Aiden bisa melihat semuanya dengan jelas.     

"Orang yang kamu cari tidak berada di sini," kata Reza.     

"Geledah seluruh tempat ini," kata Aiden dengan tenang. Dengan perintah tersebut, para pengawal Aiden memulai pencarian.     

"Aiden, berhenti! Kalau orang yang kamu cari tidak ada di sini, aku pasti akan membalasmu lebih kejam dari ini. Orang-orangku cukup kuat untuk melawanmu!" Reza menyeringai dengan kejam.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.