Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Kemarahan sang Bayi



Kemarahan sang Bayi

0"Kalau aku adalah ayah, aku akan mengganti Keara dengan orang lain saat ia berniat bunuh diri. Setelah itu, aku akan mengirimnya untuk menjalani operasi plastik dan mengubahnya menjadi Agnes, agar ia bisa memulai hidupnya kembali. Bagaimana pun juga, ia adalah darah dagingku. Aku tidak bisa melihatnya mati."     
0

Indah terlihat sedih saat memandang putrinya. "Iya. Siapa pun yang berada di posisi ayahmu pasti akan melakukan yang sama. Kalau ia mampu, ia pasti akan menyelamatkan putrinya. Tetapi aku benar-benar kasihan padamu kalau ia menyelamatkan Keara."     

"Ibu, jangan khawatir. Aiden sudah berjanji untuk menyelidikinya. Kalau hasilnya sudah ada, aku akan merencanakan apa yang harus aku lakukan. Tidak peduli apakah ia Agnes atau pun Keara, aku tidak akan membiarkan ia menyakiti kita," kata Anya.     

Setelah itu, Indah mengalihkan pandangannya pada Aiden. "Aiden, ibu harap kamu bisa menjaga Anya. Kalau Agnes benar-benar Keara, ia tidak akan diam saja dan hidup dalam damai. Sejak kecil, Keara sangat kompetitif. Kalau ia tidak bisa mendapatkan sesuatu, ia tidak akan membiarkan orang lain mendapatkannya," kata Indah dengan cemas. "Tidak hanya Anya, kamu juga harus menjaga dirimu baik-baik."     

"Aku mengerti, Ibu. Jangan khawatir," kata Aiden.     

Indah menghela napas panjang. "Kalau ia benar-benar Keara, ia tidak akan menyakiti aku dan ayahmu. Aku sudah membesarkannya seperti anakku sendiri, tetapi ia malah ingin membunuh putri kandungku. Ia bahkan tidak bersedia mendonorkan livernya untuk menyelamatkanku. Apa ia masih punya muka untuk bertemu denganku?"     

"Ibu, kalau Agnes adalah Keara, ia bisa saja menyakitimu. Kamu bilang sendiri, Keara tidak mau menyelamatkanmu. Jangan anggap bahwa wanita yang egois sepertinya akan menghormatimu hanya karena ibu sudah membesarkannya sejak kecil," kata Anya. "Aku berharap ia benar-benar Agnes. Aku tidak mau kalau sampai Agnes adalah Keara."     

Keara pantas mendapatkan hukuman atas perbuatannya. Kalau ia masih hidup, Anya tidak tahu harus berbuat apa.     

"Jangan khawatir. Aku akan segera mencari informasi," kata Aiden.     

…     

Tiga hari kemudian, semua informasi mengenai Agnes dikirimkan ke email Aiden.     

Tiga tahun lalu, Agnes mencintai seorang pria bernama Rudi, yang merupakan CEO dari Aditya Group. Demi pria itu, Agnes bahkan rela untuk mengoperasi wajahnya demi mendapatkan kesempurnaan. Namun, Rudi malah meninggalkannya dan menikah dengan orang lain.     

Sejak hari itu, Agnes mengalami stress berat hingga kesehatannya semakin memburuk. Berat badannya juga semakin naik karena melampiaskan kesedihannya pada makanan.     

Ada beberapa wartawan yang mendapatkan fotonya saat tubuhnya gendut dan wajahnya rusak. Katanya, ia ketagihan operasi plastik dan merasa dirinya kurang sempurna sehingga Rudi tidak menginginkannya. Namun, wajahnya malah semakin buruk dan akhirnya terjadi kegagalan operasi.     

Tetapi setengah tahun yang lalu, seseorang melihat Agnes kembali ke Indonesia. Pada saat itu, ia mengenakan masker dan hanya menunjukkan matanya sehingga tidak ada orang yang mengenalnya.     

Begitu ia kembali, tubuhnya yang gemuk sudah menjadi langsing.     

Sebelum ia muncul di publik dan menunjukkan wajah serta figurnya, ia selalu menggunakan masker dan sangat berhati-hati saat bertemu dengan orang lain.     

Dari kematian Agnes hingga kemunculannya, ada celah waktu selama dua tahun. Tidak ada yang pernah melihatnya dan tidak ada yang tahu ke mana ia pergi.     

Dan kebetulan sekali, kemunculan Agnes bersamaan dengan kematian Keara.     

Informasi yang Aiden dapatkan sejauh ini tidak bisa membuktikan identitas Agnes yang sebenarnya, kecuali ada catatan medis mengenai operasi plastik yang ia jalani.     

Tidak ada yang bisa membuktikan Agnes asli atau palsu. Tetapi Aiden dan Anya mencurigai bahwa Keara belum benar-benar mati.     

…     

Di awal bulan Juni, Aiden pulang bersama dengan Anya dan Indah. Karena Agnes masih terluka dan ada banyak hal yang harus dikerjakan di perkebunan, Galih tetap tinggal di sana.     

Pada saat mereka tiba di kota, hari sudah siang.     

Anya tidak langsung pulang ke rumah dan pergi ke mall bersama dengan Indah. Sementara itu, Aiden langsung pergi menuju ke Atmajaya Group untuk membantu Nico.     

"Ibu, aku ingin membeli hadiah untuk anak-anak. Tolong bantu aku memilih mainan untuk Arka dan Aksa. Aku sudah pergi selama beberapa bulan, aku ingin pulang membawa oleh-oleh," kata Anya. Ia merasa kebingungan saat melihat banyaknya mainan yang ada di sana.     

"Bukan hadiahnya yang penting, tetapi ketulusannya yang penting. Kamu tidak perlu memilih hadiah terbaik. Bagi anak-anak, hadiah terbaik yang bisa mereka dapatkan adalah ibunya," kata Indah sambil tersenyum.     

Anya tertawa kecil mendengarnya.     

Akhirnya, ia memilih dua mainan kereta-keretaan dan pulang bersama dnegan Indah.     

Arka dan Aksa benar-benar disayang oleh semua orang. Semua anggota Keluarga Atmajaya sering membelikan hadiah mainan untuk mereka sehingga ada begitu banyak mainan yang menumpuk di kamar anak-anak.     

Ada beberapa mainan anak untuk usia yang lebih besar, langsung disimpan di gudang, menunggu agar Arka dan Aksa cukup umur untuk memainkannya.     

"Buu … Buu …" begitu melihat Anya, Aksa langsung merangkak ke arahnya.     

"Apakah Aksa memanggil ibu?" tanya Anya dengan senang.     

"Kedengarannya seperti itu," Indah ikut tersenyum. "Aksa pintar sekali, masih ingat ibu."     

Sebaliknya, setelah melihat Anya, Arka tidak langsung menyambutnya dengan penuh semangat seperti adiknya. Namun, ia malah berbalik dengan marah dan menunjukkan pantatnya pada Anya, seolah ingin mengabaikannya.     

Anya menggendong Aksa dan mengecup pipi tembamnya. "Apakah Aksa merindukan ibu?"     

Aksa tertawa dengan bahagia. Tangan kecilnya memeluk leher Anya dengan erat dan menciumi pipinya.     

Indah merasa cucunya itu sangat lucu. "Pasti Aksa sangat merindukan ibunya."     

"Aksa, ibu membelikan kereta-keretaan untukmu dan kakak. Nanti kita main bersama ya," Anya menggendong Aksa dan membawanya ke tengah ruangan.     

Setelah tahu Anya mengandung anak kembar, Aiden langsung menggabungkan beberapa kamar di lantai dua untuk menjadi kamar bermain anak yang sangat besar.     

Anya meletakkan Aksa di sebuah alas duduk dan kemudian gantian menjemput Arka.     

Ia menunjukkan kereta yang dibawanya ke arah Arka, "Arka, ibu pulang. Apakah kamu tidak senang?"     

Arka masih diam, tetap menunjukkan pantatnya ke arah Anya.     

Indah menatap Anya dan memberi dukungan padanya. Di saat perjalanan pulang sebelumnya, ia sudah menasehati putrinya. "Anya, saat kamu pergi sebelumnya, Arka dan Aksa masih sangat muda. Ditambah lagi, mereka adalah anak-anak lahir prematur. Tetapi setelah kamu pulang, mereka sudah menunjukkan kecerdasan mereka dan lebih pintar dari anak-anak biasa. Setelah itu, kamu pergi meninggalkan mereka lagi dan membawa ayah mereka bersama denganmu. Anak-anak itu masih terlalu muda untuk berbicara, tetapi bukan berarti mereka tidak memahami apa pun."     

Sebelumnya Anya berpikir bahwa anak berusia di bawah satu tahun tidak akan mengerti apa-apa. Tetapi saat melihat sikap Arka padanya saat ini, ia tahu bahwa dua anaknya yang cerdas ini memahami bahwa Anya sudah meninggalkan mereka selama beberapa lama.     

Aksa sangat polos. Melihat ibunya kembali, ia langsung merasa senang dan mencium ibunya untuk menunjukkan kerinduannya. Setelah itu, ia bisa bermain sendiri dengan hadiah yang Anya bawakan.     

Tetapi Arka berbeda. Sebagai yang lebih tua dari saudaranya, ia sangat marah saat tahu bahwa ibunya meninggalkan mereka lagi.     

Memang benar sang kakak masih belum bisa berjalan, tetapi ia sudah bisa marah.     

Anya meletakkan kereta itu di depan Arka dan mengulurkan tangannya untuk menggendong Arka. Tetapi Arka berusaha mengusir tangan Anya dan menolaknya.     

"Arka, ibu minta maaf. Sekarang ayah dan ibu sudah kembali. Ibu janji tidak akan meninggalkanmu lagi," Anya memeluk Arka di pelukannya dengan erat.     

Ketika mendengar janji Anya, akhirnya Arka mau menoleh dan memandang Anya dengan tatapan serius, seolah menerka-nerka apakah janji yang dilontarkan oleh Anya itu adalah janji palsu atau bukan.     

Kemudian, ia mengulurkan jari-jari mungilnya pada Anya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.