Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Guru



Guru

0"Ibu, kalau suatu hari ada orang yang tepat untukmu …"     
0

"Aku sudah cukup puas memiliki tiga anak dalam hidupku. Aku sudah sangat bahagia sekarang. Pria-pria di luar sana tidak bisa diandalkan. Aku sudah terlalu tua untuk hidup dalam drama. Bagaimana kalau ternyata pria yang dekat denganku seorang playboy? Aku sudah tidak sanggup untuk berhadapan dengan wanita lain," Maria tertawa. "Mengapa aku harus mencari pasangan?"     

"Itu … Masuk akal juga," Nico tidak bisa membantah kata-kata ibunya.     

"Sudah, jangan pikirkan aku. Aku baik-baik saja dan aku sudah cukup bahagia. Aku masih bisa melukis saat aku sedang senggang. Kalau karya yang aku buat sudah cukup banyak, aku ingin mengadakan pameran. Apa gunanya mencari pria? Aku sudah sibuk menggambar dan mengurus cucuku. Aku tidak punya waktu untuk pria," kata Maria dengan acuh tak acuh.     

Maria sudah nyaman dengan hidupnya sekarang. Mengapa ia harus mempersulit dirinya dengan mencari cinta.     

Mendengar kata-kata ibunya, Nico tertawa. "Aku hanya ingin ibu bahagia. Kalau ibu nyaman dengan kehidupan ibu yang sekarang juga tidak apa-apa. Aku akan selalu mendukungmu!"     

"Aku beruntung memiliki kamu, Nadine dan Jenny. Aku sudah sangat beruntung memiliki keluarga ini. Jaga Tara baik-baik. Kalau ada yang kamu bingungkan, tanyakan saja pada pamanmu. Menjadi seorang ayah berbeda dengan kehidupanmu yang dulu. Anakmu akan melihat kamu sebagai contoh dan panutannya. Anakmu akan sama seperti kamu," kata Maria.     

"Aku mengerti, Bu," setelah Nico menutup telepon, ia menjawab di grup chatnya bahwa ia setuju untuk membayar biaya makan. Ia juga meminta bantuan Hana untuk mengatur pola makan hamil untuk Tara. Semua biayanya akan ia tanggung sendiri.     

Mendengar berita itu, Anya merasa sangat gembira. Keluarga Atmajaya akan semakin besar lagi.     

Anya : Tara, jangan malu. kehamilan adalah sebuah berita baik. Mengapa kamu menyembunyikannya dari kami?     

Tara : Aku tidak menyembunyikannya. Aku juga baru tahu setelah memeriksakannya. (emoticon malu)     

Nadine : Selamat untuk kakak dan kakak ipar! Aku akan segera menjadi bibi!     

Jenny : Selamat untuk kakak dan kakak ipar!     

Harris : Selamat!     

Aiden : Selama Tara hamil, semua biayanya gratis, hanya untuk Tara saja. Kalau Nico jahat padamu atau membuatmu marah, katakan saja padaku.     

Tara : Terima kasih, Paman! (emoticon senyum)     

Nico : Paman, aku adalah keponakanmu. Mengapa kamu malah menindasku seperti ini!     

Aiden : Sepertinya aku harus mengajarimu pendidikan pra lahir!     

Nico : Mengapa aku merasakan firasat buruk? Aku tidak mau diajari olehmu paman!     

…     

Malamnya, Anya mengundang Raka dan Della, serta Jonathan dan juga Jenny untuk makan malam di rumahnya.     

Raisa dan Ivan juga datang bersama-sama setelah pulang dari kantor.     

Malam itu, untuk pertama kalinya Tara merasakan menjadi pusat perhatian semua orang dan ia merasa sangat malu.     

Nico juga sangat bahagia. Ia terus nyengir lebar seolah tidak bisa menutup mulutnya. Memikirkan bahwa ia akan menjadi seorang ayah membuat sikapnya berubah.     

Setelah makan malam, Jenny duduk di pinggir kolam sambil memainkan air. Jonathan menghampirinya sambil membawa segelas jus.     

"Paman, mengapa Alisa tidak datang?" Jenny mengambil gelas itu dan menyesapnya.     

"Aku tidak bisa menjaga Alisa sambil bekerja, jadi aku memasukkan Alisa ke dalam sekolah berasrama. Kalau kamu ingin bertemu dengannya, saat liburan ia akan pergi ke rumah ibu Anya," kata Jonathan.     

Alisa sangat menyukai taman Diana dan Diana juga menyayangi gadis kecil itu. Terakhir kali saat Ivan melamar Raisa di taman, gadis kecil itu sudah membuat janji dengan Diana dan ingin menghabiskan liburannya di taman tersebut.     

"Kasihan sekali Alisa. Paman terlalu sibuk dengan pekerjaan. Tanpa seorang ibu, ia pasti kesepian," kata Jenny.     

Jonathan juga tidak bisa berbuat apa pun. Untung saja, putri kecilnya itu sangat pengertian dan bisa memahami kondisinya.     

"Sekarang Alisa kelas berapa?" tanya Jenny.     

"Tahun ini ia akan masuk kelas satu," kata Jonathan.     

"Tetapi usianya kan masih belum enam tahun? Apakah ia bisa langsung masuk SD?" tanya Jenny, menoleh ke arah Jonathan.     

"Selama ia bisa melewati tes masuknya, ia bisa masuk lebih awal. Selama liburan, aku akan mencari guru untuknya," kata Jonathan dengan tenang.     

"Paman, bagaimana kalau aku saja? Paman dan kakak-kakakku tinggal di daerah sini dan aku juga ingin tinggal di sini. Di rumah Nenek Diana katanya ada kamar kosong. Aku bisa tinggal di sana selama Alisa liburan dan menjadi gurunya. Aku akan memberimu harga murah! 10 juta saja per bulan!" Jenny terlihat sangat serius, tidak seperti sedang bermain-main.     

Bukannya Jonathan tidak ingin mengeluarkan uang untuk Jenny, tetapi ia merasa Jenny tidak bisa diandalkan!     

"Apakah itu terlalu mahal? Aku bisa memberimu diskon! 8 juta penawaran paling bawahku!" Jenny melihat keraguan di wajah Jonathan dan langsung memutuskan untuk menurunkan biayanya!     

Jonathan tertawa. "Temani Alisa belajar setidaknya satu jam per hari, setiap jamnya aku akan membayar 200 ribu. Kita juga akan mengatur tes untuk Alisa sekali seminggu. Kalau hasil tesnya bagus, aku akan memberimu bonus 1 juta setiap tes. Sebaliknya, kalau hasil tesnya buruk, aku harus memotong gajimu!"     

"Biarkan aku berpikir sejenak. Kalau aku mengajar Alisa selama satu setengah jam setiap hari, aku akan mendapatkan 300 ribu. Satu bulan, akan menjadi …"     

"9 juta," kata Jonathan dengan suara pelan.     

"Satu bulan ada empat minggu. Kalau tesnya empat kali dalam sebulan, aku akan mendapatkan empat juta. Itu artinya totalnya aku akan mendapatkan 13 juta. Apakah aku benar?" tanya Jenny sekali lagi, memastikan bahwa hitungannya tidak salah.     

Jonathan mengerutkan keningnya saat melihat Jenny. Dalam hal matematika dan hitung-hitungan saja Jenny terlihat ragu. Sementara itu, Jonathan ingin putrinya juga mempelajari pelajaran lain seperti bahasa indonesia dan bahasa inggris.     

Dengan kemampuan Jenny, apakah ia benar-benar bisa mengajari Alisa?     

"Tetapi hasil tes Alisa harus bagus di semua pelajaran, di atas 90. Matematika, bahasa indonesia dan bahasa inggris. Jadi kalau semua hasil tesnya bagus, aku akan memberikan 3 juta dikali empat, 12 juta. Ditambah dengan 9 juta, totalnya adalah 21 juta," Jonathan menjelaskan dengan sabar.     

"Wow! Itu sangat banyak. Paman, tolong terima aku. Aku akan mengajari Alisa dengan baik," mata Jenny terlihat penuh dengan harapan, membuat Jonathan kebingungan. Ia tidak tega untuk menolak Jenny, tetapi ia juga tidak bisa mempercayakan Alisa pada Jenny.     

Apakah Jenny benar-benar percaya diri bisa membuat Alisa mendapatkan nilai di atas 90 di semua pelajaran setiap minggunya?     

"Bibi, lihat di sana. Ada apa ya?" Nico memberi sinyal ke arah Anya dan menunjuk ke arah kolam renang.     

"Jonathan dan Jenny sedang mengobrol. Memangnya ada masalah apa?" tanya Anya.     

"Jonathan tidak berniat menjadikan Jenny sebagai ibu tiri dari anaknya, kan?" walaupun Nico tidak menyukai Jenny, tetap saja Jenny adalah adiknya.     

Ia tidak akan membiarkan adiknya dirugikan!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.