Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Kiriman Buket Bunga



Kiriman Buket Bunga

0"Apakah Aiden setuju?" tanya Raisa lagi.     
0

"Kalau aku setuju, ia pasti akan setuju," kata Anya dengan yakin.     

"Aku benar-benar iri padamu. Aiden sangat mencintaimu, sampai-sampai ia mendengarkan semua kata-katamu," kata Raisa dengan bibir cemberut.     

Anya menatap Raisa dengan tatapan lucu. "Apakah Kak Ivan tidak baik padamu? Mungkin memang ia bukan pria yang romantis, tetapi ia berusaha keras untuk menyenangkanmu. Seharusnya kamu menghargai usahanya!"     

"Aiden benar-benar memanjakanmu, kamu tidak akan pernah memahami perasaanku!" Raisa menghela napas panjang dan tidak ingin melanjutkan lagi.     

"Mengapa kamu terlihat sedih, padahal sebentar lagi kamu akan menikah dengan pria yang kamu cintai?" Anya memandang Raisa dengan curiga.     

Raisa tidak tahu bagaimana cara menceritakannya pada Anya. Ia terlalu malu. Tetapi menyimpannya seorang diri juga malah membuatnya semakin sedih.     

Akhirnya ia berkata, "Aku rasa Kak Ivan menikah denganku bukan karena ia mencintaiku. Tetapi karena aku tidak mau mengakhiri pertunangan dengannya. Ia hanya kasihan padaku dan ingin membalas cintaku padanya dengan menggunakan pernikahan.     

Anya mengangguk, "Tanggal pernikahannya masih belum ditentukan. Kamu bisa memikirkannya baik-baik, apakah ini pernikahan yang kamu inginkan. Dan juga, ambil kesempatan ini untuk melihat apakah Kak Ivan mencintaimu atau tidak. Kamu bisa mengujinya!"     

"Bagaimana caranya?" Raisa tidak mengerti.     

"Saat kita kecil, apakah kamu ingat teman kita yang bernama Martin?" tanya Anya.     

"Martin? Martin Danar?" tanya Raisa.     

"Iya. Kemarin saat aku ke luar kota, aku bertemu dengannya di bandara. Katanya, saat kamu berada di luar negeri, kamu bertemu dengannya dan ia mengejarmu. Tetapi kamu menolaknya," kata Anya dengan sengaja.     

"Saat itu aku terpaksa ke luar negeri karena Aiden. Bagaimana mungkin aku punya waktu untuk jatuh cinta? Ngomong-ngomong, sejak kapan Martin pulang ke Indonesia? Kenapa aku tidak tahu?"     

"Apakah kamu tidak mau tahu perasaan Kak Ivan? Martin adalah teman kita dan ia tertarik padamu. Mengapa kamu tidak meminta bantuannya untuk mencari tahu perasaan Kak Ivan?" saran Anya.     

Raisa menggelengkan kepalanya berulang kali, "Kalau Martin menyukaiku, tidak baik menggunakannya dengan cara seperti ini."     

Anya memandangnya sambil tersenyum. "Kamu tidak perlu khawatir. Biar aku yang meminta bantuannya."     

"Anya, jangan!" Raisa terlihat panik dan ingin menghentikannya. Tetapi Anya adalah tipe orang yang langsung melakukan apa pun yang ia inginkan.     

Jadi, keesokan harinya, sebuah buket bunga berwarna merah yang segar muncul di meja kerja Raisa. Di buket tersebut terdapat sebuah kartu dengan nama Martin Danar.     

Selama satu minggu penuh, sebuah buket bunga selalu menghiasi meja kerja Raisa.     

Ivan akhirnya kehilangan kesabarannya dan bertanya pada Raisa, "Raisa, siapa yang mengirimkan bunga ini?"     

"Martin Danar. Apakah Kak Ivan masih ingat dia? Dulu dia sering bermain dengan kita saat kita masih kecil. Baru-baru ini ia kembali ke Indonesia dan ingin mengajakku makan malam. Aku bilang aku tidak bisa, jadi sebagai gantinya ia mengirimiku buket bunga setiap hari," jawab Raisa dengan tenang.     

Sekarang, rencana Anya sudah berjalan dan ia harus mengikutinya!     

"Martin Danar? Dari Danar Entertainment?" Ivan mengingat Martin karena ia beberapa hari terakhir ini ada perwakilan dari Danar Entertainment yang bertemu dengannya untuk masalah pekerjaan."     

"Iya, benar dia. Katanya ia ingin bertemu dengan Kak Ivan, tetapi takut Kak Ivan menolaknya," Raisa memandang ke arah bunga mawar yang wangi itu dan mencium aromanya. "Bunganya sangat wangi. Aku akan membawanya pulang dan menggunakannya untuk mandi berendam."     

"Kalau kamu suka mawar, aku bisa memberikannya untukmu. Tetapi aku tidak ingin melihat bunga yang diberikan oleh pria lain di rumahku," Ivan mengatakannya dengan sangat terang sebelum berbalik dan pergi.     

Dalam hati, Raisa merasa senang karena rencana Anya berhasil. Ivan cemburu! Ternyata Ivan cemburu saat melihat ada pria lain mendekatinya!     

"Kak Ivan, Matin dan aku adalah teman. Ia ingin mengajakku makan malam, tetapi aku tidak mau pergi sendirian. Apakah kamu mau menemaniku? Kalau tidak, ia akan terus mengirim bunga ke kantor. Akhir-akhir ini, banyak pegawai yang mulai bergosip …" Raisa memandangnya dengan malu-malu.     

Ivan mengerutkan keningnya dan berpikir sejenak. Setelah itu, ia berkata, "Baiklah, katakan padanya kamu setuju untuk bertemu dengannya."     

"Baiklah!" Raisa langsung terlihat berseri-seri.     

Setelah Ivan pergi, Raisa langsung membuka ponselnya dan melaporkan hasilnya ke grup chat yang berisi Anya dan Martin.     

Raisa : Martin, Kak Ivan setuju untuk bertemu denganmu. Kita akan bertemu malam ini.     

Anya : Kak Ivan pasti sangat cemburu sehingga ia ingin segera bertemu dengan Martin.     

Martin : Raisa, kalau Kak Ivan tidak mencintaimu, bagaimana kalau kamu memilihku saja?     

Raisa : Hanya ada Kak Ivan di hatiku. Jangan mengacaukan rencana ini!     

Martin : Walaupun aku gendut, aku sangat baik hati!     

Anya : Martin, sebaiknya kamu jangan mengacaukan semua ini. Tidak perlu menambah drama lagi. Tujuan kita hanya untuk mencari tahu perasaan Kak Ivan yang sebenarnya.     

Martin : Baiklaaahhh …     

Raisa : Martin, terima kasih untuk bantuanmu. Ketika aku menikah nanti, aku akan memperkenalkanmu pada salah satu temanku.     

Martin: Jangan memberi garam pada lukaku.     

Melihat isi chat tersebut dalam grup tersebut, Anya bisa melihat dengan jelas bahwa Martin benar-benar menyukai Raisa. Martin memang sedikit gemuk dan tidak setampan Ivan. Namun, ia adalah pria yang ramah dan menyenangkan, bisa membuat semua orang tertawa.     

Tetapi sayangnya, hanya ada Ivan di hati Raisa. Perasaan tidak akan bisa dipaksakan.     

Malam itu, Ivan menggandeng tangan Raisa saat mereka berjalan memasuki lift CEO.     

Sesekali, Raisa akan mencuri pandang ke arah Ivan. "Kak, Martin masih gemuk seperti dulu, tetapi sifatnya juga masih sama."     

"Apakah kamu sudah pernah bertemu dengannya?" tanya Ivan.     

"Aku sempat ke luar negeri sebelum ini. Kami bertemu pada saat itu dan ia sempat mengejarku. Tetapi semuanya sudah lewat. Apakah kakak keberatan?" tanya Raisa dengan sengaja.     

"Hmm …" jawab Ivan dengan singkat.     

Martin pernah mengejar Raisa sebelumnya. Dan sekarang begitu kembali ke Indonesia, ia terus mengirim bunga dan mengajak Raisa makan malam. Tidak perlu otak yang cerdas untuk memahami niat Martin.     

Ivan ingin menikah dengan Raisa karena Raisa sangat polos dan sederhana. Bersama dengan Raisa tidak membuatnya lelah.     

Tetapi sekarang tiba-tiba saja Martin mengejar Raisa. Mustahil Martin tidak tahu bahwa Raisa sudah memiliki tunangan.     

Itu artinya, meski tahu bahwa Raisa sudah memiliki tunangan, Martin memutuskan untuk tetap mengejarnya!     

Ivan sudah menganggap bahwa Raisa adalah tunangannya dan Raisa adalah miliknya. Tidak ada yang boleh merebutnya.     

Memang sekarang Raisa mencintainya. Tetapi bukan hal yang mustahil kalau suatu hari nanti perasaan Raisa berubah. Bagaimana kalau Raisa bosan dengan sikapnya yang terlalu datar dan cuek?     

Bagaimana kalau Raisa memutuskan untuk memilih Martin dibandingkan dirinya?     

Bagaimana kalau Raisa tidak mencintainya lagi?     

Tanya adanya saingan, Ivan tidak perlu khawatir. Namun, sekarang Martin muncul dan Ivan harus menghadapinya.     

"Banyak wanita yang suka dengan sifat Martin," kata Ivan dengan santai.     

Ding dong.     

Suara lift berbunyi dan pintu di hadapan mereka terbuka. Raisa dan Ivan keluar dari sana sambil bergandengan, menuju ke lobby Atmajaya Group.     

"Iya, Martin sangat baik sehingga banyak orang merasa nyaman dengannya. Saat aku di luar negeri, ia selalu menemaniku. Kalau tidak, mungkin aku akan merasa tertekan," kata Raisa sambil berjalan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.