Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Tinggalkan Aiden!



Tinggalkan Aiden!

0Della : Aku sedang dalam perjalanan ke sana. Ubi panggang, tunggu aku!     

Anya tertawa melihat jawaban Della itu.     

"Ada apa? Apa yang membuatmu senang sekali?" tanya Diana sambil tersenyum.     

"Ibu, Della akan datang ke rumah untuk makan ubi panggang," kata Anya sambil memandang ke arah dapur, bertanya-tanya apakah masih ada ubi panggang yang tersisa.     

"Bu Hana, Della mau datang ke sini. Tolong bantu buatkan ubi panggang lagi," kata Diana.     

Hana tersenyum dengan senang saat mengetahui akan ada orang yang datang dan menemani siang mereka.     

Setelah itu, Diana memandang ke arah putrinya sekali lagi. Melihat Anya yang berhenti makan, ia mengerutkan keningnya. "Mengapa kamu tidak memakan ubinya?"     

"Ubinya tidak manis," jawab Anya.     

Diana melihat ke arah ubi panggang yang keemasan dan mengkilap tersebut. Ia dan Hana sudah melumuri ubi panggang itu dengan banyak madu, mana mungkin rasanya tidak manis?     

Bukan rasa ubi itu yang tidak manis, tetapi lidah Anya yang sudah tidak bisa merasakan rasa manisnya.     

"Apa mau ditambahkan madu?" tanya Diana.     

"Tidak usah," Anya mendorong piringnya itu. "Aku akan membungkus beberapa untuk ayah dan ibu."     

Sekarang Indah dan Galih sudah pindah ke rumah yang Aiden beli untuk Diana. Tetapi Diana lebih memilih untuk tinggal di taman sehingga rumah itu selama ini dibiarkan kosong. Meski rumah itu tidak sebesar rumah Keluarga Pratama dan lokasinya cukup jauh dari perusahaan, Galih dan Indah sangat bahagia bisa tinggal di sana karena mereka bisa lebih sering menemui Anya dan kedua cucu mereka.     

Diana bergegas menuju ke arah dapur dan menemukan bahwa Hana sudah memanggang banyak ubi. Sepertinya ia mendengarkan pembicaraan antara Anya dan Diana sehingga tanpa perlu disuruh, ia langsung memasak banyak untuk Indah dan Galih juga.     

Anya mengeluarkan ponselnya dan langsung mengirimkan pesan pada ibunya.     

Anya : Ibu, apakah kamu di rumah? Aku ingin mengirim ubi panggang!     

Indah langsung menjawab pesan dari putrinya itu.     

Indah : Kebetulan saja ibu sedang mencari cemilan untuk sore ini. Apakah kamu sudah makan? Apakah kamu mau ibu masakkan sesuatu?"     

Anya : Aku akan segera ke sana. Aku ingin makan sup buatan ibu.     

Indah : Ibu akan membuatkannya sekarang!     

Sebenarnya, Indah tidak sedang berada di rumah. Ia sedang berada di luar rumah saat mendapatkan pesan dari Anya. Tetapi ia tidak butuh berpikir dua kali untuk langsung meninggalkan semua kegiatannya agar bisa menemani putrinya di rumah.     

Ia dan Diana, dua ibu Anya, bekerja sama untuk menjaga putri mereka. Mereka berusaha untuk meluangkan semua waktu mereka untuk menemani Anya, agar Anya tidak punya waktu untuk merenung dan melamun seorang diri.     

Anya mengirimkan ubi panggang itu pada Indah, sementara Indah langsung memasakkan sup iga untuk Anya. Ia tahu bahwa putrinya itu sedang tidak nafsu makan sehingga ia membuatkan sup yang ringan untuk perut Anya.     

"Apakah kamu menyukai sup buatan ibu?" tanya Indah sambil tersenyum.     

Anya mengangguk. Meski sup itu tidak ada rasanya di mulutnya, ia tidak tega melihat harapan di wajah ibunya dan menghabiskan semuanya.     

Indah merasa senang saat melihat putrinya menghabiskan seluruh masakannya. "Akhir-akhir ini, ibu sangat sulit tidur. Ibu iri padamu yang bisa tidur di mana saja," katanya sambil tertawa.     

"Ada apa? Apakah ibu mengalami insomnia?" tanya Anya dengan khawatir.     

"Bukan. Ini karena ayahmu sibuk bekerja dan tidak punya waktu untuk menemaniku. Setiap hari aku di rumah sendirian, kebosanan, hanya ditemani para pelayan," Indah berpura-pura sedih dan berkata, "Apa gunanya punya suami kalau ia tidak bisa menemaniku …"     

"Aiden juga sibuk akhir-akhir ini. Aku merasa hari-hari berlalu dengan sangat cepat. Saat aku bangun, hari sudah siang. Setelah duduk sebentar, tiba-tiba saja sudah malam. Setelah makan, aku kembali tidur. Setiap hari aku hanya makan tidur makan tidur. Rasanya hidup ini benar-benar membosankan, seperti tidak ada tujuan," Anya menghela napas panjang.     

Indah merasa jantungnya menegang saat mendengar kata-kata Anya. Orang-orang yang depresi memiliki kecenderungan berpikir untuk mengakhiri hidupnya.     

Anya bilang bahwa hidupnya benar-benar membosankan, membuat Indah merasa cemas.     

"Iya, memang akhir-akhir ini sangat membosankan. Itu sebabnya ibu ingin berlibur. Nanti saat hari libur, aku akan pergi ke luar kota," kata Indah.     

"Apakah ibu akan pergi bersama dengan ayah?" tanya Anya.     

Indah mengangguk. "Tiga tahun lalu, aku membeli sebuah lahan untuk menanam rempah-rempah di luar kota. Sekarang, rempah-rempahnya sudah mulai tumbuh. Aku sangat kagum pada hidup ibumu. Setiap hari ia mengurus tamannya, bisa berjemur di bawah matahari taman dan minum teh di teras saat ia sedang menganggur. Aku juga ingin menanam rempah-rempah, mendapatkan minyak esensial terbaik dan membuat parfum untukmu!" kata Indah dengan penuh semangat.     

"Lahan rempah-rempah …" Anya teringat saat ia berkuliah di Perancis. Dulu ia juga sempat pergi study tour, mengunjungi banyak tempat yang berhubungan dengan pembuatan parfum.     

Ia merasa sangat tertarik!     

"Sebagian besar rempah-rempah yang ditanam di sana digunakan untuk bahan parfum dan alat kecantikan," kata Indah.     

Anya berpikir sejenak dan akhirnya berkata, "Kalau aku ada waktu, aku juga akan pergi ke sana …"     

"Ibu akan berada di sana cukup lama. Kamu berniat pergi ke pulau saat liburan, kan? Kalau kamu sudah mulai bosan dengan kehidupan di pulau, kamu bisa datang dan berlibur dengan ibu," kata Indah.     

Anya mengangguk. "Aku akan pergi bersama dengan ibu. Bisakah ini menjadi rahasia di antara kita berdua? Jangan katakan pada siapa pun!"     

Mata Indah berbinar dengan cerah. "Aku tidak akan memberitahu siapa pun!"     

"Ngomong-ngomong, pacar Raka akan datang ke rumah. Aku harus segera pulang. kalau ibu bosan di rumah, ibu bisa ikut denganku ke rumah," Anya takut ibunya akan merasa kesepian kalau ia meninggalkannya sendirian.     

"Aku tidak mau mengganggu waktu anak muda. Ibu sudah ada janji untuk pergi spa!" Indah bangkit berdiri dan mengantar Anya menuju ke pintu.     

Setelah Anya pulang, Indah langsung mengirimkan pesan pada Diana.     

Indah : Anya sedang dalam perjalanan pulang. Ia makan semangkuk sup iga tadi. Ia juga bilang bahwa ia selalu mengantuk setiap saat. Setiap hari, ia hanya makan tidur makan tidur. Hidupnya membosankan dan tidak berarti. Aku membantunya untuk mencari sesuatu yang bisa ia kerjakan, tetapi aku tidak tahu apakah aku berhasil atau tidak.     

Saat melihat isi pesan tersebut, Diana menggelengkan kepalanya dengan tidak berdaya.     

Ia tahu semua masalah yang terjadi belakangan ini membuat putrinya tertekan dan lelah.     

Anya telah kehilangan anak pertamanya dan harus melahirkan anak kembarnya dengan susah payah.     

Beberapa orang cemburu dan benci padanya, membuat orang-orang tersebut melakukan hal-hal buruk yang menyakiti hatinya.     

Anya tidak pernah melakukan apa pun yang menyakiti hati orang lain, tetapi akan selalu ada orang yang mencari masalah dengannya.     

Ia benar-benar lelah dengan semuanya!     

1

Ia hanya ingin hidup dengan tenang. Ia hanya ingin berada di ruang parfumnya dan menciptakan parfum yang terbaik di dunia. Tetapi setiap kali duduk di meja kerjanya, ia hanya bisa termenung, tidak tahu apa yang harus ia lakukan.     

Saat Anya tiba di depan rumahnya, ia melihat Della datang dengan sepeda dan tas ranselnya.     

Langkahnya terhenti sesaat. Melihat Della yang begitu muda dan polos membuatnya merasa melihat dirinya yang dulu.     

Anya yang dulu tetap penuh dengan semangat meski ia merasa lelah dengan kehidupannya.     

Bisa menemukan dan mencintai Aiden mungkin adalah keajaiban terbesar dalam hidupnya. Ia pikir, menikah dengan pria yang dicintainya akan membuat hidupnya sempurna dan lengkap.     

Tetapi akhir-akhir ini ia merasa semuanya sudah berubah.     

Ia pikir Aiden bisa melindunginya dari angin dan hujan. Ia pikir Aiden akan menjaganya dari badai.     

Tetapi sekarang Anya merasa bahwa semua masalah dan kesulitan yang ia alami di hidupnya semua disebabkan oleh Aiden. Dan Aiden tidak melakukan apa pun untuk membuatnya bisa lebih tenang.     

Anya juga merasa tidak mampu menjadi sosok pendamping yang sepadan dengan Aiden.     

Semua tekanan itu membuatnya merasa semakin lelah.     

Dan kemudian, sebuah ide yang sangat buruk tiba-tiba saja muncul di otaknya.     

Tinggalkan saja Aiden!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.