Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Mengunjungi di Rumah Sakit



Mengunjungi di Rumah Sakit

0"Aiden, aku sudah tidak menginginkanmu lagi …" kata Anya.     
0

"Apa katamu?" Aiden tidak bisa mempercayai apa yang baru saja didengarnya.     

"Aku bilang, aku sudah tidak menginginkanmu lagi. Aku ingin bercerai darimu dan mengejar hidup yang aku impikan. Aku tidak menginginkanmu, aku tidak menginginkan anak-anak kita. kalau aku tidak pergi, aku bisa menggila dan mati!" Anya berteriak dengan histeris.     

"Anya, bagaimana bisa kamu seegois ini? Apakah kamu sudah tidak menginginkan anak-anak kita?" Aiden tidak menyangka reaksi Anya akan se-ekstrem ini.     

"Kalau aku menginginkan Arka dan Aksa, apakah kamu rela memberikan mereka kepadaku?" Anya memandang suaminya.     

"Aku tidak akan membiarkanmu meninggalkanku, apalagi di saat-saat seperti ini," Aiden tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada Anya kalau ia membiarkan Anya pergi di saat sedang sakit seperti ini.     

"Aku tidak pantas menjadi Nyonya Atmajaya. Aku tidak pintar seperti Nadine dan tidak memiliki koneksi yang luas seperti Kak Maria. Aku tidak bisa melakukan apa pun. Bahkan aku tidak bisa melindungi diriku sendiri di pesta yang aku adakan. Aku hanya akan membuatmu malu. Semua orang menganggapku tidak pantas berada di sampingmu. Mereka ingin menyingkirkanku dan menggantikanku. Mungkin memang benar kita tidak cocok," tenggorokan Anya serasa tercekik saat mengatakannya.     

"Menjadi istriku tidak membutuhkan semua itu. Kamu tidak harus pintar, kamu tidak harus memiliki banyak teman. Untuk menjadi istri Aiden, kamu hanya perlu menjadi dirimu sendiri. Menjadi Anya yang aku cintai. Aku mencintaimu, itu saja sudah cukup," Aiden melangkah maju dan memeluk Anya dengan erat.     

Anya berusaha untuk mendorong tubuh Aiden, menjauh darinya. Tetapi Aiden malah memeluknya lebih erat.     

"Anya, kita semua bisa melihat cinta Aiden untukmu. Jangan keras kepala seperti itu," kata Diana. "Sekarang kamu sudah tahu kondisimu. Keputusan yang kamu buat sekarang ini adalah sesuatu yang terlalu gegabah. Ibu sarankan untuk mengikuti terapi. Setelah kamu sembuh, kamu bisa memutuskan lagi, apakah kamu mau berpisah dari Aiden atau tidak."     

"Aku hanya ingin hidup dengan tenang. Apakah aku tidak bisa mendapatkan hidup itu?" Anya mulai menangis lagi.     

Sejak depresi menggerogotinya, perasaannya sulit untuk dikendalikan. Ia selalu berpikir negatif mengenai dirinya sendiri dan juga orang lain. Selain itu, ia juga sering menangis.     

"Aku tahu semua ini salahku. Seharusnya aku lebih memikirkan perasaanmu. Ayahku sudah menghukum keluarga Hermawan. Jessica tidak akan melakukan apa pun lagi padamu," kata Aiden.     

Anya merasa sangat sedih. Ia merasa, setelah ia mengeluarkan uneg-unegnya sekali pun, Aiden tetap tidak mendengarkannya.     

Ia ingin pergi. Ia ingin bebas.     

Ia merasa kesulitan untuk bernapas di sini!     

…     

Malam harinya, Anya mendapatkan berita dari rumah sakit. Luka di dahi Della sudah dijahit dan tubuhnya memar karena benturan. Untung saja, ia tidak mengalami patah tulang.     

Mungkin hanya luka di dahinya saja yang akan berbekas.     

Aiden meminta maaf padanya dan membeli sebuah obat untuk menghilangkan bekas luka yang cukup mahal dari luar negeri.     

Setelah makan malam, Della menelepon Anya.     

Anya mengangkat panggilan tersebut. Mendengar suara Della yang ceria, Anya merasa sedikit lebih lega, meski perasaan bersalah masih membuat hatinya mendung.     

"Della, aku benar-benar minta maaf. Aku …"     

"Tidak apa-apa. Aku hanya perlu menginap satu hari di rumah sakit dan besok sudah boleh pulang. Sayangnya, aku tidak sempat makan ubi panggang hari ini," kata Della dengan kecewa.     

"Jam berapa kamu akan pulang dari rumah sakit? Aku akan menyuruh seseorang mengirimkan ubi panggang untukmu," kata Anya dengan cepat.     

"Kamu tidak mau datang dan mengunjungiku? Mengapa kamu malah menyuruh orang lain," kata Della dengan sengaja.     

Mata Anya memerah mendengarnya, "Kamu terluka karena aku. Aku pikir kamu tidak akan mau bertemu denganku."     

"Aku tidak menyalahkanmu. Aku dengar kamu melihat lampu di atas jatuh pada saat itu. Kamu takut lampu itu akan mencelakaiku, jadi kamu mendorongku. Kamu berusaha untuk menyelamatkanku. Anya, ada banyak orang yang mencintaimu, kamu tahu kan? Demi orang-orang itu, kamu harus tetap kuat," kata Della dengan lembut..     

Anya mengangguk. "Besok aku akan mengunjungimu sambil membawa ubi panggang."     

"Kamu sendiri yang akan membuatkannya untukku?"     

"Aku akan memanggangnya sendiri. Aku juga akan membawakan jus untukmu besok," kata Anya sambil tesrenyum tipis.     

Obrolan bersama Della itu membuat hati Anya sedikit lebih tenang. Tetapi tetap saja itu tidak bisa menyelesaikan masalah di antara Anya dan Aiden.     

Malam itu, Anya dan Aiden bertengkar.     

Anya merasa Aiden tidak memahami apa yang ia inginkan.     

Sementara itu, Aiden merasa Anya tidak mau menuruti pengobatan yang sudah Aiden atur.     

Begitu Anya tahu bahwa teman Tara yang datang ke rumahnya adalah seorang psikiater, Anya berhenti berbicara dengannya. Ia tidak mengucapkan satu patah kata pun.     

…     

Keesokan paginya, Anya bangun jam 5 pagi untuk menepati janjinya pada Della. Ia sendiri yang membersihkan ubi dan kemudian memanggangnya. Ia juga yang memeras buah jeruk murni untuk jus.     

Hana ikut sibuk di dalam dapur. Begitu mendengar bahwa Anya ingin mengunjungi Della, ia langsung menyiapkan sarapan untuk Della.     

Pada pukul 7 pagi, Anya berangkat ke rumah sakit, diantarkan oleh Abdi.     

Anya memasuki kamar rawat Della dengan satu tas yang penuh dengan makanan. Ia membawa ubi panggang buatannya, jus jeruk hasil perasannya dan juga sarapan buatan Hana.     

Saat ia hendak memuka pintu, ia mendengar suara wanita dari dalam.     

"Della, kamu sabar sekali. Anya sengaja mendorongmu dari tangga, tetapi kamu membiarkannya begitu saja. Ia pasti cemburu terhadap hubunganmu dengan Raka sehingga sengaja menyakitimu. Dasar wanita itu, sungguh egois. Ia sudah memiliki Aiden, tetapi ia juga tidak mau membiarkan Raka mendapatkan kebahagiaannya," Jessica mencibir saat mengatakannya.     

"Jessica, jangan sembarangan bicara. Tidak sopan menuduh orang sembarangan seperti itu. Aku percaya pada Anya. Ia tidak seperti yang kamu katakan. Aku dan Anya memiliki hubungan yang sangat baik. Aku percaya padanya," Della tidak tahu bagaimana Jessica bisa tahu bahwa ia mengalami semua ini karena Anya.     

Apakah Jessica tahu bahwa Anya mengalami depresi? Tahu dari mana?     

"Aku dengar Anya sudah gila," Jessica tertawa saat mengatakannya.     

"Kamu mendengarnya dari siapa? Jangan ngawur. Anya hanya sedang sedih dan suasana hatinya kurang baik," Della langsung membela Anya.     

"Psikiaternya sendiri yang mengatakannya. Mana mungkin salah? Aku dengar ia sangat sakit sekarang. Depresi yang ia alami sangat parah dan memiliki kecenderungan kepribadian ganda. Della, aku sarankan kamu berhati-hati saat berhadapan dengan orang seperti itu. Mungkin saja suatu hari nanti ia akan menggila dan membunuhmu," begitu Jessica mengatakannya, Anya membuka pintu kamar Della.     

"Anya …" Della memandangnya dengan khawatir. "Apakah kamu mendengarnya?"     

"Dengar apa?" wajah Anya terlihat tenang. Ia meletakkan tas yang dibawanya di sebuah meja.     

"Kamu masih berani datang ke sini. Apakah kamu tidak sadar siapa yang membuat Della seperti ini?" cibir Jessica.     

Anya tidak mengatakan apa pun, seolah Jessica hanyalah debu yang tidak berarti di sana. Setelah meletakkan barangnya, ia menuju ke samping tempat tidur Della.     

Karena sekarang Della sedang terluka, tidak hanya ada kursi roda di sana, tetapi juga sebuah kruk yang tergeletak di samping tempat tidurnya.     

Anya mengambil kruk tersebut.     

Della terkejut dan langsung menyadari apa yang ingin Anya lakukan. Ia mengulurkan tangannya, berusaha untuk menahan kruk tersebut.     

Namun, gerakan Anya jauh lebih cepat. Ia mengambil kruk itu dan berjalan menuju ke tempat Jessica.     

"Anya, apa yang ingin kamu lakukan?" Jessica terlihat panik.     

"Anya, jangan!" teriak Della.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.