Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Putri Ayah



Putri Ayah

0"Semua ini karena paman dan bibi sedang bertengkar. Nasib kita sama-sama buruk. Bibi memberimu jus pir yang tidak kamu sukai. Di kantor, paman terus membentak semua orang sehingga tidak ada yang berani masuk ke dalam ruang kerjanya," Nico menghela napas panjang. Keadaan di kantor juga sangat menyeramkan hari ini. Ia benar-benar ingin pulang!     
0

"Bagaimana kalau kamu dan aku pergi berlibur saja?" kata Tara.     

"Apakah kamu pikir pamanku akan membiarkanku pergi?" gerutu Nico.     

"Lalu apa yang harus kita lakukan? Beritahu pada pamanmu bahwa Anya tidak ingin diperlakukan seperti anaknya. Ia ingin dianggap setara, seperti suami dan istri. Anya merasa kecewa karena Aiden tidak menghormati dan mengandalkannya. Cepat beritahu pamanmu!"     

Tara merasa Aiden tidak mempertimbangkan semua masalah ini dengan matang-matang dan mengabaikan perasaan Anya.     

"Mana berani aku menasihatinya seperti itu," Nico benar-benar tidak mau ditindas oleh pamannya.     

"Kalau begitu apa yang bisa kita lakukan? Membiarkan mereka menyelesaikan masalahnya sendiri?"     

"Jangan khawatir, pamanku bisa memperbaiki hubungannya sendiri," kata Nico dengan tenang.     

"Aku juga berharap begitu," Tara hanya bisa menghela napas panjang dan berharap agar Anya dan Aiden segera berbaikan.     

…     

Di malam hari, Anya tiba-tiba mendapatkan panggilan dari polisi. "Nona Anya, adik Anda, Natali Tedjasukmana, tidak mengakui bahwa ia telah menyuruh Suster Dina untuk menggugurkan kandungan Anda. Dokter di ruangan itu juga berkata bahwa mereka tidak bermaksud mencelakaimu. Mereka hanya ingin melakukan pemeriksaan biasa. Karena kurangnya bukti, kami tidak bisa menahannya untuk saat ini."     

"Aku tidak mengerti apa pun mengenai masalah ini. Tolong hubungi Aiden saja. Dan Natali memang benar ingin mencelakaiku. Tolong bantu aku untuk mengumpulkan bukti dan menuntut keadilan padanya," kata Anya dengan tenang.     

Ia tidak memahami mengapa Aiden meminta polisi untuk meneleponnya dan mengatakan bahwa Natali telah dibebaskan dari penjara.     

Apa ini cara Aiden memperingatkannya bahwa keadaannya masih belum aman?     

Natali tidak bodoh. Ia tahu polisi sedang mengawasinya. Mana mungkin ia berani mencelakai Anya lagi?     

Anya tidak mengerti niat Aiden dan terlalu malas untuk memikirkannya. Otak Aiden terlalu rumit untuk dimengerti. Ia hanya bisa menunggu Aiden kembali dan menjelaskan semuanya kepadanya.     

Tetapi hingga makan malam, Aiden masih belum kembali juga.     

…     

Setelah Natali dibebaskan dan kembali ke rumah Keluarga Mahendra, Rian dan Irena bersikap dingin kepadanya.     

Raka kembali saat jam makan malam dan ia langsung menghampiri Natali. "Natali, ikutlah denganku. Aku ingin berbicara denganmu."     

Natali merasa sedikit panik, tetapi ia mengikuti Raka dan masuk ke dalam kamarnya.     

Begitu masuk ke dalam kamar, Raka langsung menutup pintu. Ia memegang pergelangan Natali dengan kencang dan emosi yang ia rasakan membuat cengkeramannya semakin erat. "Apakah kamu yang melakukannya?"     

Natali langsung meringis kesakitan. "Raka, selama ini aku selalu di rumah. Aku hanya pergi untuk mengunjungi ayahku di rumah sakit. Aku tidak melakukan apa pun. Kamu harus percaya padaku. Aku dituduh!"     

"Apakah kamu pikir aku masih bisa percaya padamu?" Raka melemparkan tangan Natali. "Kalau kamu benar-benar menyuap suster dan dokter itu untuk mencelakai Anya, aku akan membatalkan pertunangan kita."     

Setelah mengatakannya, Raka langsung keluar dan membanting pintu kamar tersebut.     

Suara Irena terdengar dari luar, "Raka, kamu mau ke mana? Ini sudah malam! Kamu juga belum makan …"     

Tubuh Natali tersungkur ke tanah. Ia menangis di balik pintu. Air matanya mengalir seperti pipa yang bocor dan tidak bisa dihentikan.     

Ia tahu Raka tidak mencintainya dan terpaksa harus menikah dengannya.     

Tetapi Natali benar-benar mencintainya. Untuk bisa bersama dengan Raka, ia berusaha keras untuk mengambil hati Irena dan bersahabat dengan Raisa yang menjengkelkan.     

Semua itu ia lakukan karena ia mencintai Raka. Tetapi Anya telah menghancurkan semuanya.     

Anya yang telah membuat dirinya kotor seperti ini.     

Walaupun Raka tidak langsung membatalkan pertunangannya setelah kejadian itu, Natali tahu bahwa sebenarnya Raka jijik padanya dan merasa bahwa ia kotor. Itu sebabnya Raka ingin menjauh darinya.     

Semua karena Anya! Semua karena Anya!     

Natali menangis hingga air matanya kering. Dan kemudian, ia sadar bahwa ponsel cadangannya masih belum disingkirkan. Ia segera mandi dan berganti pakaian. Setelah itu, ia berpamitan dan berkata bahwa ia ingin mengunjungi ayahnya di rumah sakit.     

Supir Keluarga Mahendra yang mengantarnya ke rumah sakit.     

Ia membeli sekeranjang buah dan buket kecil untuk ayahnya dan kemudian ia langsung menuju ke kamar ayahnya.     

"Ayah, aku datang untuk menjengukmu," Natali berpura-pura tenang dan ceria seperti biasanya.     

"Kamu masih berani datang untuk menemuiku. Apa benar kamu yang ingin membunuh bayi di kandungan kakakmu?" kata Deny dengan marah.     

"Ayah, aku tidak tahu ayah dengar berita itu dari mana. Tetapi aku tidak melakukannya," Natali meletakkan barang-barang yang ia bawa dan langsung pergi ke kamar mandi.     

Ia membuka tutup kloset dan mengambil ponsel cadangannya yang ia rekatkan di balik dudukan kloset.     

Setelah polisi membawa Natali ke kantor polisi untuk diinterogasi, mereka juga menggeledah kamar Deny, tempat tinggal Mona dan kamar Natali di rumah Keluarga Mahendra. Tetapi mereka tidak berhasil menemukan ponsel yang Natali gunakan untuk menghubungi Dina.     

Natali benar-benar khawatir ponsel ini akan ditemukan.     

Sekarang, saat ia melihat ponselnya masih aman, hatinya langsung tenang. Ia selamat!     

Setelah mendapatkan ponsel tersebut, Natali tidak menyalakannya. Ia ingin membawa ponsel itu jauh-jauh dari rumah sakit dan menghancurkannya tanpa jejak.     

Ketika ia keluar dari kamar mandi, Deny menatapnya dengan tajam. "Natali, katakan yang sesungguhnya pada ayah. Apakah kamu yang melakukannya?"     

"Tidak ayah! Kalau aku yang melakukannya, apakah aku masih bisa ada di sini sekarang? Aku pasti sudah ditangkap polisi," Natali mengambil pisau buah dan mengupas apel untuk ayahnya. Suaranya terdengar sedikit tercekat. "Ayah, Raka sudah tidak mempercayaiku lagi. Ia ingin membatalkan pertunangannya denganku. Sekarang ayah juga tidak percaya padaku. Aku benar-benar sedih."     

"Natali, dengarkan ayah. Sekarang semuanya terserah padamu. Ayah tidak bisa menyelamatkanmu. Kaburlah dari tempat ini!" Deny menyerahkan tas berisi dokumen-dokumen pada putrinya. "Ini adalah aset-aset atas namaku yang telah dibekukan karena perusahaan kita bangkrut. Ini adalah akun bank asingku. Di dalamnya ada uang yang cukup untuk kamu bertahan hidup seumur hidupmu."     

"Ayah …" mata Natali memanas. Ia tidak bisa menahan air matanya.     

"Aiden tidak akan pernah memaafkanmu. Sekarang polisi tidak punya cukup bukti, tetapi Aiden tidak akan melepaskanmu begitu saja," kata Deny dengan suara pelan.     

"Ayah, apakah ayah juga mencurigaiku? Apakah ayah juga berpikir aku yang mencelakai kakak?�� Natali menatap ayahnya dengan mata yang basah.     

"Apakah kamu pikir ayah tidak mengenalmu? Kamu adalah putri ayah. Ayah yang paling mengenalmu," jawab Deny dengan sedih. "Raka tidak mencintaimu. Pergilah dari tempat ini sekarang juga."     

"Bagaimana dengan operasi ayah? Kalau aku pergi, bagaimana dengan kondisi ayah?" Natali mulai menangis, menyesali semua perbuatannya.     

Tetapi ia tidak bisa menyalahkan siapa pun. Ia hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri karena terlalu dibutakan oleh kebencian hingga akhirnya Keara berhasil memanfaatkannya.     

Kalau ia berpikir dengan tenang, semua ini tidak akan terjadi.     

"Ayah baik-baik saja. Selama kamu baik-baik saja, ayah akan tenang. Pergilah dengan asisten ayah, ia akan membawamu ke rumah Keluarga Mahendra untuk mengambil paspormu. Setelah itu, pergilah ke bandara," desak Deny.     

"Ayah, jagalah dirimu baik-baik. Setelah aku tiba, aku akan menghubungimu. Ayah harus mengunjungiku dan melakukan operasi di luar negeri," Natali langsung memeluk tubuh ayahnya erat-erat.     

Deny hanya bisa menepuk punggungnya dengan lembut. "Sekarang pergilah."     

Natali mengusap air matanya dan segera berganti pakaian. Ia menggunakan topi dan memakai masker untuk menutupi wajahnya, sebelum turun ke parkiran bawah tanah.     

Di sana, ia melihat mobil Deny terparkir dan orang-orang di dalam langsung membukakan pintu begitu melihat kedatangannya.     

Begitu Natali masuk ke dalam mobil, ia baru menyadari siapa orang yang ada di dalam. Sudah terlambat baginya untuk keluar dari mobil tersebut ...     

Sebuah suara yang dingin terdengar. "Ke mana kamu akan lari?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.