Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Cara Terbaik



Cara Terbaik

0"Jangan sedih ibu. Meski kamu tidak bisa menemukan Nana, masih ada aku. Selama kita tidak menyerah, kita akan menemukan Nana," kata Nico sambil memeluk ibunya.     
0

Air mata kembali menggenang di mata Maria, tidak bisa memberitahu yang sejujurnya kepada Nico. Ia berharap ia tidak mengetahui semua ini. Ia berharap semua ini tidak benar.     

Putri kandungnya … Bagaimana mungkin?     

"Maria, semua ini karena nama Atmajaya. Ini karena takdir semua anak perempuan di keluarga Atmajaya sehingga kamu harus kehilangan putrimu dua kali," kata Bima dengan penuh penyesalan.     

Nico hanya bisa menggaruk kepalanya. "Kakek, mengapa kakek masih berpikir seperti itu? Kita sudah berada di jaman yang modern, jangan percayai hal-hal mistis seperti itu. Semua ini hanyalah kecelakaan. Lagi pula, saat itu memang ada skandal yang besar dan bukan hanya adikku saja yang menghilang. Bukankah putri dari Keluarga Pratama juga menghilang?"     

"Bagaimana dengan Nadine? Ia pergi bersama dengan Keara tetapi Keara kembali dengan selamat. Sedangkan Nadine belum ditemukan hignga sekarang. Mungkin aku harus banyak berbuat baik dan beramal, berharap dua cucu perempuanku masih hidup."     

"Kakek terlalu berlebihan. Mungkin Nadine juga sama seperti Keara, kehilangan ingatannya dan memiliki hidup yang baru di tempat baru. Mungkin ia akan kembali ketika mengingat kita lagi," hibur Nico.     

"Aku juga berharap seperti itu," Bima hanya bisa menghela napas. "Sudah, sudah … Tidak usah khawatirkan aku. Pulanglah."     

"Nico, bantulah pamanmu. Pasti kamu masih banyak pekerjaan. Biar ibu yang menemani kakekmu," kata Maria.     

Nico melihat situasinya dan menyadari bahwa keberadaannya tidak terlalu dibutuhkan di sana sehingga akhirnya ia memutuskan untuk pergi.     

Setelah kepergian Nico, kamar Bima menjadi tenang. Hanya ada Bima dan Maria di sana …     

"Maria, kalau kamu ingin banyak menghabiskan waktu bersama dengan Anya, kamu bisa pindah ke rumah Nico. Kebetulan Diana juga sedang berada di luar negeri untuk berobat. Kamu bisa menemaninya ketika ia sedang sendirian," suara Bima terdengar tercekat.     

"Ayah, Aiden bilang akan berpisah dari Anya dan tidur di tempat lain mulai malam ini. Setelah hari Natal, ia akan meminta Dokter Tirta untuk melaksanakan tes ulang," kata Maria.     

"Kalau memang benar Anya adalah putrimu, demi Anya, demi Aiden dan demi seluruh Keluarga Atmajaya, kita harus melakukan hal yang benar. Kita akan memastikan bahwa Anya hidup bahagia, tetapi tidak bisa bersama dengan Aiden …"     

"Aku mengerti. Demi Anya, aku tidak akan mengatakan bahwa aku adalah ibu kandungnya," Maria memalingkan pandangannya dan berusaha untuk menahan air matanya.     

Bagaimana perasaan Anya kalau tahu bahwa ia menikah dengan pamannya sendiri?     

Bagaimana perasaan Anya kalau tahu bahwa pria yang dicintainya ternyata memiliki hubungan darah dengannya?     

Lebih baik selamanya Anya tidak tahu bahwa ia adalah bagian dari Keluarga Atmajaya.     

Ketika Imel datang, ia tidak sengaja menyaksikan kejadian ini. Melihat Maria yang menangis, Imel langsung panik.     

"Bima, apa yang terjadi padamu?" Imel langsung menghampiri tempat tidur dan menatap Bima yang berbaring di ranjang dengan panik.     

"Aku mengalami pendarahan. Hampir saja aku tidak bisa bertemu lagi denganmu," Bima sengaja melebih-lebihkan masalah kesehatannya.     

Mendengar hal itu, Imel langsung menangis dan memegang tangan Bima dengan erat, "Ivan masih belum menikah dan kita masih belum punya cucu. Kamu sudah berjanji akan menikah denganku? Apakah janji itu palsu?"     

Bima tertawa, "Apa gunanya menikah denganku? Aku sudah tua. Ketika aku mati, kamu akan menjadi janda. Lebih baik kamu menikah dengan pria lain yang bisa membahagiakanmu."     

"Aku tidak ingin menikah dengan pria selain kamu," usia Imel sudah lebih dari 50 tahun, tetapi ia masih seperti seorang gadis yang jatuh cinta. Ia menyandarkan kepalanya di lengan Bima.     

Maria merasa sangat canggung berada di ruangan itu sehingga ia memutuskan untuk pergi. "Ayah, aku akan pulang dulu dan kembali lagi nanti siang."     

"Maria, tolong suruh orang rumah membuatkan makanan Bima. Aku akan menemani Bima makan di sini nanti siang," kata Imel.     

Maria hanya mengangguk dengan sopan dan meninggalkan ruangan tersebut.     

Ketika ia berjalan di koridor, tanpa sengaja ia bertemu dengan Ivan.     

"Kak, apakah ayah baik-baik saja?" tanya Ivan dengan khawatir.     

"Ayah baik-baik saja. Tekanan darahnya tinggi sehingga ada sedikit pendarahan di otaknya. Tetapi itu bukan masalah besar. Ayah hanya butuh banyak istirahat," kata Maria.     

"Mengapa tekanan darah ayah tiba-tiba naik? Apakah karena aku membatalkan pertunanganku?" tanya Ivan dengan penuh penyesalan.     

Maria menggelengkan kepalanya. "Ivan, ayah memang marah saat kamu tiba-tiba saja membatalkan pertunanganmu tanpa memberitahu kami. Tetapi kami tahu Keara tidak mencintaimu. Selain itu, aku juga tahu bahwa menghilangnya Nadine ada hubungannya dengannya. Kami juga tidak mau Keara menjadi bagian dari Keluarga Atmajaya. Jadi, kamu tidak perlu menyalahkan dirimu."     

"Apa ini karena Anya?" Ivan adalah pria yang cerdas. Tidak ada yang bisa disembunyikan darinya. Ia langsung menebak apa yang menyebabkan tekanan darah ayahnya naik secara mendadak.     

"Apa katamu?" Maria hanya bisa memandang Ivan dengan terkejut.     

"Kak, Keara sudah mengetahui masalah ini dan ia menggunakannya untuk memaksaku membatalkan pertunangan kami. Ia tidak bisa melupakan Aiden dan mungkin ia akan melakukan sesuatu untuk mencelakai Anya. Kakak harus berhati-hati," kata Ivan     

"Beraninya dia!" mata Maria melotot dengan marah. Ia akan melawan siapa pun yang berani mencelakai putrinya.     

"Apa yang akan kakak lakukan?" tanya Ivan dengan khawatir.     

"Setelah natal, semuanya akan berakhir. Ivan, Anya sudah sangat menderita. Bantu aku untuk menyembunyikan semua ini darinya," kata Maria dengan suara lemah.     

Ivan hanya bisa memandang ke arah Maria dengan terkejut. Maria memutuskan untuk tidak memberitahu Anya untuk menjaga perasaan Anya agar tidak hancur.     

Akhirnya, Ivan mengangguk. "Kak, kamu sudah melakukan yang terbaik."     

Maria mengangkat kepalanya dan menarik napas dalam-dalam. Ia menahan air matanya dan berusaha menenangkan perasaannya.     

Dengan menyembunyikan semua ini, ia bisa menjaga hati Anya. Ini adalah cara terbaik.     

"Masuklah. Ibumu ada di dalam," kata Maria sebelum pergi.     

Ivan berdiri di tempatnya cukup lama, menatap punggung Maria yang terlihat kesepian. Hatinya merasa hancur untuk Anya.     

…     

Ketika Anya sedang makan siang, ia mendengar berita bahwa Bima dibawa ke rumah sakit karena pendarahan di otaknya. Awalnya ia ingin mengunjungi Bima, tetapi Aiden langsung menghentikannya.     

Saat ini ia sedang hamil dan banyak orang sakit di rumah sakit. Aiden tidak mau kalau sampai Anya tertular.     

Akhirnya, Anya memutuskan untuk menelepon Bima. "Ayah, ini Anya. Aku dengar ayah masuk rumah sakit. Apakah ayah baik-baik saja?"     

"Anya, ayah baik-baik saja. Aku hanya terlalu emosi dan tekanan darahku tidak terkendali. Dokter bilang aku bisa pulang dalam beberapa hari. Tidak perlu mengunjungiku," kata Bima.     

"Ketika ayah sudah pulang, aku akan mengunjungi ayah di rumah," kata Anya dengan sopan.     

"Jaga baik-baik kesehatanmu, kamu sedang hamil. Aku akan makan sekarang, sampai jumpa nanti," Bima memaksakan senyum di wajahnya tetapi hatinya terasa sangat pedih.     

Awalnya ia tidak menyukai Anya karena latar belakang keluarganya yang tidak cukup baik, dan kemudian ia mulai menerima dan menyukai Anya.     

Tetapi siapa sangka ternyata Anya adalah cucunya?     

"Bima, ada apa denganmu? Mengapa kamu terlihat seperti ingin menangis," Imel merasa khawatir ketika melihat ekspresi di wajah Bima.     

"Aku khawatir pada Ivan dan aku tidak tahu bagaimana Keara bisa membujuknya untuk membatalkan pertunangan. Ivan sama sekali tidak memedulikan dirinya sendiri. Ia bahkan membatalkan pertunangannya, mengatakan bahwa mungkin ia akan lumpuh seumur hidup. Kalau seperti ini, siapa yang mau menjadi istrinya?" kata Bima dengan ekspresi sedih.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.