Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Gelang Hati



Gelang Hati

0"Anya, jika seseorang menyukai ibumu, apakah kamu setuju jika mereka berakhir bersama?" tanya Ivan dari seberang telepon.     
0

Saat ini, Anya sedang berada di dapur, membuat jelly dengan berbagai rasa. Ia tahu bahwa suaminya menyukai jelly green tea buatannya sehingga ia ingin membuatnya lagi untuk Aiden dan juga mengirimkan beberapa ke rumah sakit untuk Bima.     

Tetapi ia tidak menyangka akan menerima panggilan dari Ivan di saat-saat seperti ini.     

Ia meletakkan ponselnya di atas meja dan menyalakan speakernya karena tangannya sedang kotor.     

Tetapi ketika mendengar pertanyaan Ivan, ia tertegun sejenak. Sepertinya ini bukan pembicaraan yang pantas untuk didengar orang lain.     

"Anya, hati-hati tumpah," kata Hana.     

"Ah?" tangan Anya langsung berhenti. Saat ini ia sedang menuangkan hasil jelly buatannya ke dalam cetakan dan hendak memasukkannya ke dalam kulkas. Tetapi karena ia tertegun saat mendengar pertanyaan Ivan, cetakan itu menjadi terlalu penuh.     

"Biar aku saja yang melakukannya. Kamu bisa mengangkat telepon itu dulu," kata Hana, membiarkan Anya untuk menjawab teleponnya terlebih dahulu.     

Anya langsung mencuci tangannya dan mengeringkannya. Melihat panggilannya masih tersambung, ia langsung membawa ponsel itu ke sofa.     

"Kak Ivan, maaf aku sedang memasak," kata Anya dengan tidak enak hati.     

"Tidak apa-apa. Aku yang minta maaf karena mengganggumu," kata Ivan sambil tersenyum tipis.     

Mendengar Anya memanggilnya kakak lagi membuatnya teringat akan masa lalu. Ia senang mendengar panggilan itu dari Anya.     

Kalau bisa memilih, ia ingin selamanya menjadi kakak yang dicintai oleh Anya, bukan sebagai Ivan Atmajaya. Tetapi Imel tidak menyukai nama Tahir. Ia tidak mau putranya bermarga Tahir, nama yang tidak memiliki kekuasaan. Ia lebih menyukai Atmajaya.     

"Tidak mengganggu kok. Tadi apa yang kakak tanyakan?" tanya Anya.     

"Bukan apa-apa. Aku sudah mendapatkan jawabannya," kata Ivan dengan tenang.     

"Oh?" hati Anya terasa bimbang. Sebenarnya ia mendengar pertanyaan Ivan. Ivan menanyakan kalau ada seseorang yang menyukai Imel, apakah ia harus setuju dengannya atau tidak.     

Anya hanya bisa menduga-duga, apakah orang yang dimaksud oleh Ivan adalah Heru?     

Ia tidak bisa memberitahu pada Ivan bahwa ketika Aiden dan Harris sedang menyelidiki Heru, mereka menemukan bahwa Imel dan Heru memiliki hubungan yang sangat dekat.     

"Bagaimana keadaanmu?" tanya Ivan dengan lembut.     

"Aku sangat baik. Setiap hari aku hanya makan dan tidur. Aiden benar-benar ingin membuatku gendut," kata Anya sambil tertawa kecil.     

Hati Ivan terasa sakit mendengarnya. Kalau Anya tahu kebenarannya, apakah ia masih bisa tertawa seperti ini?     

"Anya, tidak peduli apa pun yang terjadi di masa depan, kamu bisa mencariku dan meminta bantuan dariku. Aku akan selalu mendukungmu," suara Ivan terdengar sangat lembut, seperti seorang kakak yang mengayomi.     

"Kamu juga harus jaga diri. Keara tidak pantas untukmu. Kak Ivan layak mendapatkan wanita yang lebih baik," hibur Anya.     

Ivan tertawa mendengarnya. "Kamu memang pandai menghibur orang. Kembalilah memasak. Aku akan menghubungimu lagi lain kali," kata Ivan sebelum menutup teleponnya.     

Setelah berbicara dengan Anya, Ivan seperti mendapatkan keberanian untuk menghadapi semuanya.     

Anya mengatakan bahwa Keara tidak pantas untuknya, bahwa Ivan layak mendapatkan wanita yang lebih baik.     

Sebelum Ivan naik ke lantai atas, ia menghubungi Heru terlebih dahulu.     

Tidak ada yang tahu apa yang mereka bicarakan di dalam apartemen Heru siang itu, tetapi setelah Bima pulang dari rumah sakit, Heru langsung mengajukan pengunduran dirinya.     

Bima tidak langsung menerimanya dan meminta Heru untuk mempertimbangkannya kembali.     

Anya khawatir Heru akan menghilang. Saat ini Aiden sedang menyelidiki mengenai kematian ibunya. Kalau Heru menghilang, bagaimana penyelidikan itu bisa menemukan titik terang?     

Akhir-akhir ini, Aiden selalu pergi pagi sekali dan pulang sangat malam. Anya jarang bertemu dengan suaminya dan tidak tahu apa yang membuat Aiden begitu sibuk.     

Di malam hari, Tara baru saja kembali dari kliniknya ketika melihat Anya sedang melamun di sofa ruang keluarga.     

"Anya! Aku datang. Apakah kamu merindukanku?" Tara menghampirinya sambil menepuk pundak Anya. "Apa yang kamu pikirkan?"     

"Apakah menurutmu Aiden sedang selingkuh dariku? Ia sangat sibuk. Pergi sebelum aku bangun dan pulang setelah aku tidur," kata Anya dengan sedih.     

"Suamimu adalah seorang presiden. Tentu saja setiap hari ia pasti sibuk," Tara meletakkan tasnya dan duduk di samping Anya.     

Tetapi Anya tidak yakin dengan pendapat Tara. "Tetapi Aiden tidak sesibuk ini sebelumnya. Sekarang, aku bahkan tidak bisa mengobrol dengannya. Apakah kehidupan pernikahan se-membosankan ini?"     

"Sebelumnya Aiden punya banyak waktu karena matanya belum pulih sehingga ia harus banyak istirahat. Sekarang akhir tahun akan tiba dan semua perusahaan sedang dalam masa sibuk. Tidak hanya Aiden saja yang sibuk, tunanganku juga harus lembur setiap hari," kata Tara sambil tertawa.     

"Tunangan?" Anya melirik ke arah Tara, kesal karena sahabatnya ini malah memamerkan kemesraan. "Bagaimana hubunganmu dengan Nico? Apakah kalian masih tidur di kamar yang terpisah?" goda Anya.     

"Aku tidak akan membiarkannya masuk ke dalam kamarku sebelum aku yakin padanya!" gerutu Tara. "Kamu tidak tahu, Nico sering berpura-pura tidur berjalan dan masuk ke dalam kamarku. Aku mengancamnya dengan jarum suntikku dan akhirnya ia mengaku."     

Anya tertawa mendengarnya. "Tara, kamu begitu menyeramkan, menggunakan jarum suntik sebagai senjatamu."     

"Anya, Aiden tidak akan kembali untuk makan malam. Apakah kamu mau makan sekarang?" saat Anya dan Tara sedang mengobrol, Hana menghampiri mereka.     

"Ayo kita makan bersama. Mungkin kalau ada kamu, nafsu makanku sedikit membaik," kata Anya.     

"Aku akan cuci tangan!" Tara langsung berlari ke arah kamar mandi dengan penuh semangat.     

Pada saat yang bersamaan, bunyi bel terdengar dari pintu depan. Hana langsung membukakan pintu dan melihat Keara sedang berdiri di depan.     

"Anya, ada Nona Keara," kata Hana.     

"Aku tidak seberapa dekat dengannya. Katakan saja bahwa Aiden tidak ada di rumah dan suruh ia kembali lain kali," Anya tidak yakin bisa menghadapi Keara sehingga ia memutuskan untuk menghindar. Ia tidak ingin berhubungan dengan wanita yang mengincar suaminya.     

"Baiklah," Hana keluar dan menyampaikan kata-kata Anya pada Keara. Tetapi Keara malah berteriak dari pintu depan. "Anya, aku datang untuk menemuimu."     

Anya mengerutkan keningnya, tetapi akhirnya meminta Hana untuk mengundang Keara masuk.     

Begitu masuk ke dalam, Keara melihat beberapa pelayan sedang menyiapkan makanan di meja. "Kamu mau makan malam? Tanpa Aiden?"     

"Apa yang bisa aku bantu?" tanya Anya dengan dingin.     

"Aku memiliki sebuah rekaman yang ingin kutunjukkan padamu," Keara mengeluarkan ponselnya dan menyalakan sebuah rekaman.     

Anya masih tidak menjawab dan wajahnya masih tetap terlihat dingin. "Katakan saja apa yang kamu inginkan. Aku tidak mau mendengarkan rekaman itu.     

"Aiden bersama denganku semalam. Ia sedang mabuk dan menceritakan banyak hal mengenai kamu," tangan Keara memain-mainkan gelang di tangannya.     

Gelang itu berwarna silver dengan liontin berbentuk sebuah hati kecil. Anya langsung mengenal gelang itu karena ia pernah melihatnya dari majalan sebelumnya. Karena gelang itu edisi terbatas, sangat sulit untuk mendapatkannya.     

Tetapi saat melihat gelang itu ada di tangan Keara, Anya merasa tenggorokannya tercekat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.