Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Pria Buta di Bioskop



Pria Buta di Bioskop

0Raisa ingin menjadi mata Aiden dan membantu Aiden untuk mengawasi Anya.     
0

Tetapi Aiden tidak percaya kepadanya. Ia tidak sepolos Anya yang percaya bahwa perasaan Raisa kepadanya tulus. Dan ia juga tidak memedulikan wanita mana pun selain Anya.     

Ia melangkah maju dan mencengkram pergelangan tangan Raisa dengan keras. Kekuatannya bisa saja mematahkan tangan Raisa dengan mudah. "Masalahku bukan urusanmu. Jangan biarkan aku melihat wajah jelekmu lagi."     

"Aiden, sakit! Lepaskan aku!" air mata mengalir di wajah Raisa dan ia berusaha untuk meminta bantuan dari Natali. "Nat …"     

Natali tidak berani menghentikan Aiden. Sebaliknya, ia menoleh ke arah Anya dan meminta bantuannya. "Kak, Raisa bersalah karena merekammu secara diam-diam. Kamu bisa lihat bahwa Raisa sangat tulus ingin membantu Aiden. Jangan marah padanya. Aku meminta maaf untuknya dan akan menghapus rekaman itu."     

Anya melihat air mata mengalir dari mata Raisa. Ia mengingat kembali bahwa Raisa adalah adik Raka dan saat ini mereka sedang berada di tempat umum. Kalau banyak orang yang lewat dan melihat mereka, situasinya akan semakin buruk.     

"Raisa, aku menyita ponselmu. Besok, datanglah ke kantor Aiden untuk mengambilnya," Anya memegang lengan Aiden dengan lembut dan berkata, "Ayo pulang."     

Raisa berseru dengan marah, "Mengapa kamu menyita ponselku? Anya, berhenti! Berhenti kau …"     

Raisa bergegas untuk mengejar Anya agar bisa merebut ponselnya, tetapi pengawal Aiden menghentikannya. Akhirnya, ia hanya bisa melihat Anya dan Aiden pergi meninggalkan mereka.     

Aiden dan Anya turun dengan menggunakan lift untuk menuju ke tempat parkir dan pengawal mereka bergegas untuk mengikuti.     

Aiden melemparkan kunci mobilnya pada salah satu pengawal tersebut. "Kamu yang menyetir. Kerja bagus hari ini!"     

"Terima kasih, Tuan. Sudah tugas saya!" Pengawal itu menangkap kunci mobil dari Aiden dengan ahli dan membukakan pintu untuk Tuan dan Nyonya-nya.     

Anya terkejut melihat keberadaan pengawal tersebut. Mereka pergi dari kantor Aiden menuju ke gedung bioskop berdua saja. Tidak ada pengawal yang mengikuti mereka.     

Ia tidak tahu bahwa ternyata Aiden sudah mengatur agar seseorang mengikuti mereka. Ditambah lagi, pengawal itu mengikuti mereka hingga ke gedung bioskop.     

Apakah mereka semua melihat apa yang terjadi di barisan paling belakang?     

Anya merasa wajahnya panas saat memikirkan hal ini.     

"Imel terus bertindak akhir-akhir ini. Setelah kejadian penculikan itu, aku selalu membawa pengawal untuk melindungiku setiap aku keluar." Aiden mengambil inisiatif untuk menjelaskan mengapa ada pengawal yang mengiktui mereka.     

"Apakah mereka melihat apa yang kita lakukan?" sekarang, Anya tidak hanya memikirkan ciuman mereka di gedung bioskop, tetapi juga saat mereka bercinta di atas gunung beberapa saat lalu.     

Aiden tertawa saat mendengar pertanyaan itu. Melihat Anya yang malu, ia langsung mengelus kepala Anya untuk menenangkannya. "Mereka tidak melihatnya. Mereka akan langsung menghindar."     

Mendengar hal itu Anya menghela napas lega.     

Ia tidak bisa menyalahkan Aiden. Bagaimana pun juga, Aiden memiliki identitas yang sangat istimewa. Sebelumnya, ia bahkan pernah diculik sehingga tidak salah kalau Aiden lebih berhati-hati.     

"Mengapa pengawal itu tidak menghentikan saat Raisa merekam kita di dalam bioskop?" tanya Anya.     

"Salah satu pengawal memberitahuku tetapi aku yang memutuskan untuk tidak menghentikannya. Aku ingin tahu apa yang Raisa ingin lakukan," kata Aiden dengan acuh tak acuh. Meski Raisa menyebarkan video itu ke internet, Aiden bisa mengurusnya dengan mudah.     

Tetapi, begitu video itu tersebar di internet, mungkin Raisa akan dipenjara.     

Jika Keluarga Mahendra ingin melindungi Raisa, Aiden memiliki kekuasaan untuk memanfaatkan Keluarga Mahendra. Tetapi Aiden tidak akan memberitahu hal ini kepada Anya.     

"Raisa hanya berusaha untuk melindungimu karena mengira aku berselingkuh." Anya menghela napas panjang. "Kamu begitu dingin padanya, tetapi mengapa ia masih menyukaimu? Aku tidak paham."     

"Apa yang kamu sukai dariku?" Aiden memain-mainkan rambut Anya. Ia memutar-mutarnya dan membiarkan rambut Anya terjerat di jari jemarinya.     

Anya menyandarkan kepalanya di bahu Aiden dan berpikir sejenak. "Kamu tampan dan baik padaku. Tidak mudah mencari pria kaya yang memperlakukanku dengan baik."     

"Hmm … Lalu apa yang ingin kamu lakukan dengan ponsel Raisa?" mata Aiden tertuju pada tas Anya.     

Tawa kecil terdengar dari mulut Anya. "Aku tidak ingin mencuri ponselnya. Tetapi saat aku memikirkannya baik-baik, aku masih merasa bukan Raisa yang melakukan semua ini kepadaku. Aku akan memberikan ponsel ini kepadamu agar kamu bisa mencari seorang ahli untuk memeriksa tempat-tempat yang dikunjungi oleh Raisa melalui ponsel ini. Beberapa jenis ponsel biasanya merekam ke mana kamu pergi, kan?"     

Sekali lagi, Aiden menatap Anya dengan terpana. "Aku menikahi istri yang cerdas."     

"Selamat, Tuan Atmajaya." Anya melompat ke pelukan Aiden sambil tertawa kecil.     

Senyum mengembang di bibir Aiden saat melihat istri kecilnya yang berada di pelukannya. Ia merasa gadis kecilnya ini semakin dewasa.     

Di masa lalu, Anya selalu berusaha untuk menghindari masalah untuk melindungi dirinya sendiri.     

Ia selalu merasa tidak aman, tidak percaya diri dan tidak yakin pada kemampuannya.     

Saat pertama kali tinggal di rumah Aiden, ia berusaha untuk memperlakukan Aiden dengan hati-hati. Tetapi hal itu membuat Aiden semakin marah.     

Ia tidak mau Anya yang tunduk padanya. Itu bukan Anya yang sesungguhnya!     

Aiden memutuskan untuk memanjakan Anya, mendukung Anya untuk melakukan apa pun yang ia mau dan menyayanginya. Ia membiarkan Anya merasakan kebebasan dan mengembangkan rasa percaya dirinya agar ia bisa lebih yakin dalam menghadapi masalah.     

Hari ini, ketika menghadapi Raisa, Anya sangat percaya diri. Dan hal itu membuat Aiden merasa sangat bangga!     

Mobil mereka berhenti di depan sebuah restoran yang terlihat kuno di pinggiran. Namun, para tamu di tempat ini terlihat mengenakan pakaian mewah. Mobil-mobil yang berhenti di sana juga berkelas. Semua orang yang ingin makan di restoran tersebut harus membuat janji terlebih dahulu.     

Aiden menggandeng tangan Anya dan memasuki tempat itu bersama-sama.     

Manajer restoran tersebut langsung menyambut mereka dan wajahnya terlihat sedikit panik. "Tuan Aiden, kebetulan sekali. Tuan Nico menggunakan meja khusus milik Anda."     

"Dia datang bersama siapa?" wajah Aiden terlihat kesal. Makan malam mereka berdua sekarang kacau karena Nico.     

"Nona Tara," jawab manajer tersebut.     

Anya menarik tangan Aiden dan menatapnya dengan tatapan memohon.     

Ia tahu bagaimana sifat Aiden. Mengetahui kencannya terganggu oleh keberadaan Nico, Aiden pasti sangat kesal.     

Tetapi Nico dan Tara sudah menempati meja mereka dan tidak mungkin mereka mengusirnya.     

Tempat ini memiliki suasana sunyi yang menenangkan. Anya ingin tetap makan di sana. Tidak apa-apa jika mereka harus makan dengan Nico dan Tara sekali pun.     

Bukankah kencan ganda juga terasa menyenangkan?     

"Baiklah. Kita makan bersama-sama," jawab Aiden dengan tenang. Walaupun ia tidak senang, ia tidak mau mengecewakan Anya. "Keluarkan pesanan makanannya," kata Aiden pada manajer tersebut.     

Sang manajer hanya bisa menghela napas lega. Semua berkat kekasih Tuan Aiden!"     

Dengan tangan yang saling bergandengan, Aiden dan Anya berjalan menuju ke sebuah taman kecil. Di taman itu terdapat beberapa halaman dengan lampu-lampu yang sedikit redup dan cahaya dari lilin membuat suasananya terlihat sangat romantis.     

"Tempat ini bagus sekali!" bisik Anya dengan senang.     

Aiden tersenyum dan bertanya, "Kamu menyukainya?"     

Pertanyaan itu mendapatkan anggukan penuh semangat dari Anya.     

Mereka melewati sebuah jembatan lengkung kecil di atas kolam ikan dan kemudian mereka tiba di depan pintu sebuah gazebo yang tertutup. Pelayan yang mengantar mereka mengetuk pintu terlebih dahulu dan kemudian membuka pintu agar Aiden dan Anya bisa masuk.     

Nico menoleh dan melihat Paman dan Bibinya berdiri di ambang pintu. Ia terlihat sangat senang dengan kedatangan mereka. "Paman, akhirnya kamu datang. Pelayan, cepat sajikan makanannya. Aku sudah lapar!"     

"Kami baru saja dari bioskop!" kata Anya dengan senang.     

"Bukankah aneh seorang pria buta pergi untuk menonton bioskop?" kata Nico setengah bercanda.     

Aiden hanya memutar bola matanya dengan kesal. "Tidak ada yang mengira kamu bodoh jika kamu diam sebentar saja!"     

Nico hanya tertawa mendengar ejekan pamannya. "Paman, orang-orang di luar sana masih mengira kamu tidak bisa melihat. Bukankah aneh jika kamu pergi ke bioskop?"     

Note :     

Please support my other novels in the webnovel application, Thankyou! ^^     

- Istri Supermodel https://www.webnovel.com/book/istri-supermodel-(for-sale!)_17294214406387705     

- Pangeran Sekolah Adalah Peliharaan Kesayanganku https://www.webnovel.com/book/pangeran-sekolah-adalah-peliharaan-kesayanganku_17805232805997105     

- Suami Pernikahan Percobaan : Si Cantik Pemuas Hasrat CEO Liar https://www.webnovel.com/book/suami-pernikahan-percobaan-si-cantik-pemuas-hasrat-ceo-liar_17805308206129805     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.