Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Proyek Pengembangan



Proyek Pengembangan

0"Apa yang akan kamu lakukan, Aiden? Kamu buta dan sempat lumpuh di atas kursi roda selama enam bulan. Apakah belum cukup pelajaran yang kamu terima? Itu semua karena kamu kejam, bahkan pada pamanmu sendiri," Nina terus meracau di hadapan Aiden.     
0

"Nyonya, tolong jaga sikapmu. Tidak peduli apa pun yang Aiden telah lakukan, ia melakukannya demi perusahaan. Sebagai saudaranya, kamu sudah keterlaluan berbicara seperti itu kepadanya," kata Anya dengan tidak terima.     

"Dasar wanita murahan. Beraninya kamu berbicara padaku. Kamu bukanlah apa-apa, hanya mainannya saja! Bukan tempatmu untuk berbicara di sini," kata Nina dengan marah.     

Aiden ingin membersihkan perusahaan dari kejahatan hingga mengusir pamannya sendiri. Memang benar itu kejam.     

Tetapi selama bertahun-tahun, Andre memegang jabatan yang tinggi di perusahaan Atmajaya Group tanpa melakukan apa pun. Ia tidak melakukan kesalahan, tetapi itu karena ia memang tidak melakukan apa pun.     

Ia hanya menerima gaji tanpa melakukan tanggung jawabnya.     

"Tolong usir wanita gila ini," Aiden tidak mau mendengar suara Nina lagi. Ia tidak peduli jika Nina menghinanya kejam atau apa pun, Tetapi ia tidak mau mendengar ada yang menghina istrinya.     

Anya terkejut dan langsung menarik kemeja Aiden. Bagaimana mungkin Aiden mengusir bibinya keluar?     

"Aiden, jangan begitu. Ia tetap bibimu," kata Anya.     

"Aku hanya menghormati orang tua yang pantas untuk dihormati," kemudian ia berbalik pada beberapa pengawalnya. "Apa yang kamu tunggu? Cepat lakukan."     

"Apa yang kamu lakukan? Apakah kamu tidak tahu siapa aku? Aku adalah bibi Aiden Atmajaya!" teriak Nina dengan keras. Beberapa pelayan berusaha untuk menghentikannya agar tidak menimbulkan keributan.     

Melihat kejadian ini, Andre tidak berani melangkah maju dan berpura-pura tidak mengenal istrinya.     

"Aiden, bibimu terlalu banyak minum anggur. Aku meminta maaf untuknya. Jangan tersinggung. Aku akan membawanya pergi dari tempat ini," kata Andre, berusaha meminta maaf untuk kelakuan istrinya. Ia bahkan tidak berani melakukan apa pun saat istrinya diseret keluar oleh beberapa pengawal.     

"Paman, besok siang datanglah ke kantorku," Aiden memperlakukan Andre dengan biasa-biasa saja karena Nina lah yang bersikap kurang ajar padanya. Sementara itu, Andre tidak bersalah.     

Andre merasa sedikit tersentuh dengan sikap Aiden yang tidak mendendam. "Baiklah, aku akan datang ke kantor besok."     

Anya melihat Nina sedang meronta-ronta. Tubuhnya yang gemuk membuat beberapa pengawal kesusahan sehingga harus mengangkatnya.     

"Aiden, sepertinya hanya aku yang merasakan kelembutanmu," kata Anya sambil tetap memandang ke arah Nina.     

"Aku hanya bersikap lembut padamu," bisik Aiden di telinga Anya.     

Setelah mengatur semua pelayan untuk beres-beres, Maria menghampiri Aiden dan Anya. Ia merasa sangat senang ketika melihat Aiden dan Anya berdiri di depan pintu sambil bergandengan.     

"Biar aku yang mengatur sisanya. Kalian beristirahatlah," kata Maria sambil tersenyum.     

"Kaki Anya sakit. Aku akan membawanya ke kamar," kata Aiden. Tanpa basa-basi ia langsung menggendong Anya.     

"Apa yang kamu lakukan? Turunkan aku!" wajah Anya langsung memerah dan ia memukul bahu Aiden.     

Maria tertawa melihatnya. "Sana, pergilah. Jangan bermesraan di hadapanku."     

Tidak hanya Maria saja yang melihat kejadian itu. Beberapa saudara dan sepupu Maria pun menyaksikannya.     

"Maria, sejak kapan Aiden menjadi selembut itu?"     

"Sikapnya tergantung pada orangnya. Hari natal tahun lalu, anak perempuan dari investor luar negeri berinisiatif untuk menyandarkan tubuhnya pada Aiden. Namun, Aiden malah menghindar dan membuat wanita itu terjatuh ke lantai, mempermalukan dirinya sendiri."     

"Anya sangat beruntung. Aiden begitu menyayanginya."     

"Aiden memang berdarah dingin. Sebelumnya, ia belum menemukan orang yang tepat. Siapa bilang Aiden tidak bisa bersikap hangat. Lihat saja, aku dengar kaki Anya sakit. Tanpa menunggu, ia langsung menggendongnya dan tidak mau menurunkannya," kata Maria sambil tersenyum.     

"Kakiku juga sakit. Siapa yang mau menggendongku?"     

"Kamu gemuk. Tidak akan ada yang kuat menggendongmu."     

"Bagaimana denganku? Aku kurus tetapi tetap saja tidak ada yang mau menggendongku."     

Candaan itu membuat ruangan yang sepi menjadi sedikit lebih ramai. Beberapa saudara Maria menemani Maria untuk mengantar tamu yang akan pulang sambil berbincang-bincang dan bercanda.     

Setidaknya, keramaian ini sedikit menghibur Maria.     

Keara kembali dengan selamat, tetapi Nadine yang menghilang bersamanya masih belum ditemukan. Pesta hari ini sangat meriah, tetapi Maria tidak bisa menghilangkan rasa kesepiannya.     

…     

Aiden menggendong Anya kembali ke rumah utama. Begitu masuk ke dalam rumah, ia meminta seorang pelayan untuk membawakan sandal.     

Melihat Aiden sedang menggendong Anya, wajah Bima langsung terlihat galak. "Apakah ia tidak punya kaki untuk berjalan?"     

"Aiden turunkan aku," wajah Anya memerah karena malu mendengar hinaan Bima.     

"Aku suka menggendongnya. Kalau kamu tidak menyukainya, lebih baik tutup matamu," Aiden tidak mau melepaskan Anya hingga seorang pelayan membawakan sandal untuknya. Setelah Anya mengganti sepatu hak tingginya dengan sandal yang lebih nyaman, Aiden baru menurunkannya.     

Anya berdiri di sampign Aiden dengan mengenakan sandal yang nyaman seperti berada di rumahnya sendiri. Ia tidak berani berkata apa-apa.     

Keara memanggil Anya dengan ramah. "Anya, duduklah di sini."     

Anya hanya tersenyum tipis, tetapi ia tidak berpindah dari tempatnya.     

"Kalau tidak ada apa-apa, kami akan ke atas," kata Aiden dengan dingin.     

"Aku ingin berbicara dengan Anya. Ikutlah denganku ke ruang kerja." Bima bangkit berdiri, hendak berjalan menuju ke ruang kerjanya.     

Tanpa sadar, Anya langsung menatap Aiden dengan gugup.     

"Katakan saja di sini." Aiden memegang tangan Anya, berusaha untuk menenangkannya. Ia tidak akan pernah meninggalkan Anya sendirian.     

"Aku akan pergi dulu," Keara merasa tahu diri dan bersiap untuk pergi.     

Namun, Bima menghentikannya. "Tidak perlu. Duduklah."     

Keara terlihat bingung, tetapi pada akhirnya ia menuruti kata-kata Bima.     

Aiden membawa Anya duduk di sisi kanan sofa. Sementara Bima kembali duduk di tempatnya.     

Bima mengangkat alisnya. Ia menatap Anya dan berkata dengan dingin. "Aiden telah mengubah gambar konstruksi proyek pengembangan fase dua untukmu. Katanya kamu tidak mau tamanmu dihancurkan. Aku ingin tahu alasannya."     

"Ibuku adalah parfumeur yang terkenal dan aku juga masih bekerja di industri parfum saat ini. Seorang parfumeur membutuhkan tamannya sendiri," kata Anya dengan terus terang.     

"Kalau kamu membutuhkan taman untuk menanam rempah-rempahmu sendiri, aku bisa membelikan sebuah tanah yang subur di kaki gunung Mid Valley. Aku akan membeli tamanmu dengan harga yang sama dengan harga pasaran, tanpa menguranginya satu rupiah pun," kata Bima.     

Anya tertegun mendengarnya. Meski rencana itu memungkinkan, sebenarnya gunung Mid Valley terlalu jauh. Tidak mustahil untuk memindahkan semua tanamannya ke kaki gunung tersebut, tetapi itu akan sangat menyulitkannya.     

Ditambah lagi, beberapa tanaman mungkin akan mati saat proses pemindahan.     

"Tanaman tidak bisa berpindah dengan mudah seperti manusia. Begitu dipindah, semua tanaman di taman akan mati," Aiden langsung menolak.     

Melihat Anya terdiam, Bima berusaha melembutkan nada suaranya dan berkata, "Aku dengar kamu membuat taman vanili di tamanmu dan butuh waktu yang lama untuk tumbuh. Kamu tidak hanya menginvestasikan uang, tetapi juga waktu dan energi. Aku akan mengijinkanmu untuk mempertahankan taman vanili, tetapi kamu harus memindahkan semua bunga dan pohon. Semua kerugian yang kamu alami akan ditanggung oleh Atmajaya Group."     

Anya menatap Aiden. Kali ini, Aiden tidak angkat bicara untuknya.     

Taman itu adalah hasil kerja keras dan keringat ibunya. Ia tidak bisa membuat keputusan tanpa ijin ibunya.     

Tidak mungkin ia memberikan ijin pada Bima untuk menghancurkan tamannya tanpa memberitahu ibunya. Tetapi jika ia menolak, ia akan menyinggung perasaan Bima dan kehidupannya di Keluarga Atmajaya akan semakin sulit.     

Apa yang harus ia lakukan?     

Note :     

Please support my other novels in the webnovel application, Thankyou! ^^     

- Istri Supermodel https://www.webnovel.com/book/istri-supermodel-(for-sale!)_17294214406387705     

- Pangeran Sekolah Adalah Peliharaan Kesayanganku https://www.webnovel.com/book/pangeran-sekolah-adalah-peliharaan-kesayanganku_17805232805997105     

- Suami Pernikahan Percobaan : Si Cantik Pemuas Hasrat CEO Liar https://www.webnovel.com/book/suami-pernikahan-percobaan-si-cantik-pemuas-hasrat-ceo-liar_17805308206129805     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.