Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Tidak Akan Ada Hari Itu



Tidak Akan Ada Hari Itu

0"Tuan, apakah kamu yang membuat harga saham perusahaan Keluarga Pratama turun drastis?" tanya Harris.     
0

Aiden mengangkat alisnya saat menatap Harris. "Keara yang cari mati sendiri. Tentu saja aku bersedia membantunya!"     

Harris tidak menyangka Aiden akan bergerak secepat ini.     

Kemarin malam, departemen publik relasi perusahaan Atmajaya Group baru saja mengeluarkan foto Aiden dan Anya makan malam untuk membantah rumor yang beredar di internet.     

Namun, Aiden tidak menunggu hingga pagi. Ia tidak tidur semalaman untuk membuat saham perusahaan Keluarga Pratama terjun bebas seperti ini.     

Itu sebabnya Anya tidak menemukan Aiden di kamar tidurnya kemarin malam …     

Galih baru menemukan saham perusahaannya turun drastis secara abnormal tadi pagi. Sudah terlambat …     

Itu sebabnya Aiden yakin Galih akan datang hari ini.     

"Tuan, bagaimana kalau Nona Keara datang sendirian?" tanya Harris.     

"Biar Nico yang menemuinya. Aku hanya ingin bertemu dengan Galih," jawab Aiden dengan dingin.     

Pada pukul sepuluh pagi, Keara tiba di perusahaan Atmajaya Group. Harris langsung turun untuk menemuinya.     

"Nona, maaf. Tuan Aiden sedang sibuk. Ia tidak punya waktu untuk menemui Anda," Harris mengatakannya tanpa menunjukkan ekspresi apa pun. Wajahnya sudah terlatih untuk terlihat tanpa perasaan.     

Keara mengerutkan keningnya saat mengetahui bahwa Aiden tidak mau menemuinya.     

Saham perusahaan keluarganya telah anjlok drastis dan seseorang yang misterius membelinya dalam jumlah besar. Sebelumnya, Keluarga Pratama hanya memperkirakan bahwa semua kejadian ini ada hubungannya dengan Aiden. Namun sekarang mereka yakin bahwa ini memang benar perbuatan Aiden.     

"Aku harus bertemu dengannya," Keara tidak melupakan tujuannya datang ke tempat ini.     

Harris menjawab dengan sopan. "Tuan Aiden kemarin malam lembur. Sekarang ia sedang beristirahat dan tidak bisa menemui siapa pun."     

Mendengar kata-kata Harris, wajah Keara menjadi semakin tidak sedap dipandang. "Ah! Sudah kuduga!"     

Harris tetap menghadapi Keara dengan sopan dan dingin. "Tuan Nico sudah menunggu Anda di ruang rapat."     

"Apa sebenarnya rencana Aiden?" tanya Keara dengan suara rendah.     

"Asisten seperti saya tidak akan bisa memahami apa yang Tuan rencanakan," kata Harris dengan datar.     

"Apakah ia benar-benar tidak ingin bertemu denganku?" mata Keara terlihat dipenuhi berbagai emosi yang bercampur aduk. Kemarahan, kesedihan, kekesalan, keengganan, rasa cemburu, kebingungan, dan lain sebagainya …     

Yang membuat ia merasa sedih adalah Aiden tidak mau menemuinya dan malah menyuruh Nico untuk menghadapinya.     

Nico berdiri di ambang pintu ruang rapat dan memandang Keara dengan dingin. "Keara, pamanku tidak berniat untuk mengenang kembali hubungan kalian di masa lalu. Apa gunanya kamu membicarakan mengenai masa lalu? Kalau kamu bersedia memberitahu di mana Nadine berada, mungkin kami akan memberi kelonggaran pada keluargamu."     

"Aku sudah memberitahu semua yang aku ketahui kepada kalian. Tidak ada gunanya memaksaku!" Keara menolak untuk berbicara.     

"Nona Keara, silahkan masuk!" Harris tetap mengantar Keara dengan sopan, tetapi wajahnya terlihat dingin.     

Keara juga punya malu. Ia tidak mau membuat keributan di ambang pintu seperti ini. Ia melangkah masuk ke dalam ruang rapat, tidak melanjutkan perdebatannya dengan Nico.     

"Nico, aku adalah tunangan paman keduamu. Beraninya kamu memanggil namaku? Apakah seperti ini ajaran Keluarga Atmajaya?" Keara memasuki ruang rapat dengan angkuh dan langsung memarahi Nico seperti orang tua.     

Nico memandangnya dengan malas. Ia duduk di salah satu kursi, bersandar dengan santai, sama sekali tidak menunjukkan rasa sopan pada Keara.     

"Keara, tidak perlu berpura-pura galak di sini. Kalau kamu ingin menjadi bibiku, itu tergantung apakah kamu memenuhi syarat atau tidak," kata Nico dengan dingin.     

Keara tidak akan pernah menikah dengan Ivan.     

Ia sengaja menyembunyikan keberadaan Nadine dan tidak mau memberitahukannya pada Keluarga Atmajaya. Buat apa bersikap sopan padanya?     

Keara berusaha menelan kemarahannya dan berkata, "Nico, aku tahu kamu khawatir terhadap Nadine. Kalau aku tahu, aku pasti akan memberitahumu. Tidak ada gunanya memaksaku karena aku memang tidak tahu apa-apa."     

"Tidak ada yang memaksamu. Meski kamu tidak mengatakannya sekali pun, kami masih bisa mencari tahu kebenarannya. Hanya masalah waktu," jawab Nico sambil tersenyum. "Kemampuan aktingmu sangat hebat. Kamu bisa menipu banyak orang. Tetapi kalau pamanku bisa tertipu olehmu, ia tidak akan bisa mendapatkan posisinya saat ini. Aku mau mengingatkan kamu bahwa pamanku berniat untuk mengakuisisi perusahaan keluargamu. Waktu yang kamu miliki sudah tidak panjang lagi."     

"Apa!?" mata Keara melotot dengan tajam. Rasa terkejut terpancar dari matanya. "Apakah ia sudah gila?"     

"Tidak. Untuk investasi jangka panjang, tidak ada salahnya mengakuisisi perusahaan Keluarga Pratama. Kami tidak memiliki niat untuk melanjutkan bisnis rempah-rempah kalian, tetapi kami bisa menggunakan tanah kalian, meratakannya dan membangun bangunan baru," kata Nico sambil tersenyum senang.     

Keara mencengkeram tasnya dengan erat. Tangannya terlihat gemetaran. "Aku benar-benar tidak tahu di mana Nadine berada. Aku tidak tahu!"     

"Kamu pikir kami memaksamu. Kamu pikir kami gila mau membeli perusahaan keluargamu. Tetapi selama pamanku ingin melakukannya, ia pasti akan berhasil!" kata Nico.     

"Apakah ia melakukannya karena skandal di internet?" tanya Keara.     

"Hmm … Mungkin saja," kata Nico sambil mengedikkan bahunya. "Mungkin ia melakukannya karena kamu melakukan sesuatu yang membuatnya kesal. Karena perusahaan kami sebelumnya tidak punya niat untuk mengakuisisi perusahaan keluargamu," lanjut Nico dengan sengaja.     

"Perusahaan keluargaku bukan perusahaan kecil yang bisa kalian telan begitu saja. Kejadian kemarin malam tidak ada sangkut pautnya denganku dan departemen relasi publik perusahaanmu sudah membantah rumor tersebut. Aku berharap masalah ini bisa selesai sampai di sini dan tidak merusak hubungan dua keluarga," kata Keara.     

"Itu kan keinginanmu. Tetapi aku tidak menginginkannya," kata Nico dengan malas. "Nadine … Aku tidak menyukai gadis itu. Tetapi bagaimana pun juga, darah ayahku mengalir di tubuhnya. Mustahil bagimu untuk menghentikan semua ini. Ngomong-ngomong, pamanku menginginkan dua tanah perkebunan milik keluargamu," Setelah mengatakannya, Nico nyengir lebar ke arah Keara.     

Cengiran itu bisa membuat semua orang naik darah.     

Nico terlalu malas untuk berhadapan dengan Keara. Ia tahu pamannya tidak ingin bertemu dengan Keara dan mengirimnya untuk membuat Keara marah.     

Ia sengaja memprovokasi Keara agar Galih datang ke kantor mereka.     

"Perusahaan kami bekerja dalam bidang rempah-rempah. Kedua perkebunan yang kamu inginkan itu memiliki skala yang sangat besar dan kami tidak akan bisa memberikannya pada kalian," tolak Keara.     

"Bibiku berjanji untuk memberikan tamannya kepada keluarga kami. Kalau kamu memang benar-benar ingin menikah dengan pamanku, kamu juga harus mengorbankan sesuatu. Lagi pula, perkebunanmu itu bukanlah sesuatu yang istimewa dan tidak berdampak besar. Perkebunan itu tidak se-strategis milik bibiku," tambah Nico.     

"Kamu …" wajah Keara menjadi semakin dan semakin menyeramkan. Ia menarik napas dalam-dalam. "Aku tidak bisa memberikan perkebunan itu. Lagi pula, aku tidak perlu menikah dengan pamanmu."     

Senyum kejam di wajah Nico muncul setelah mendengarnya. "Kalau begitu, silahkan keluar dari tempat ini."     

Kalau saja Keara bisa bertemu dengan Aiden, semuanya tidak akan seperti ini.     

Tetapi Aiden menolak untuk bertemu dengannya. Ia menyuruh Nico untuk menanganinya, sementara Nico sama sekali tidak memedulikannya.     

"Nico, perkebunan keluarga kami sangat besar dan terletak di tempat yang tidak strategis. Tidak ada gunanya kamu mendapatkannya. Mengapa kamu harus melakukan semua ini? Aku akan membantumu mencari di mana keberadaan Nadine. Kalau aku mengetahuinya, aku akan langsung memberitahumu," Keara berusaha untuk melembutkan nada suaranya.     

Nico mengangkat alisnya dengan angkuh dan berkata, "Bibiku telah memberikan tamannya. Bunga-bunga dan tanaman di tamannya itu sekarang tidak punya tempat. Tanah perkebunanmu sepertinya sangat cocok untuknya."     

"Nico, kamu tahu sendiri bahwa Anya hanyalah penggantiku. Apa gunanya kamu membantunya sekarang? Suatu hari nanti, ketika aku kembali bersama dengan pamanmu, apakah kamu pikir aku akan memaafkanmu?" kata Keara dengan marah. Ia sudah tidak bisa menahan dirinya.     

Ia sudah berusaha untuk bersikap lebih lembut dan sabar dalam menghadapi Nico, tetapi Nico sama sekali tidak mengindahkan usahanya.     

"Tidak akan ada hari itu!" pada saat itu, pintu ruang rapat tiba-tiba saja terbuka dari luar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.