Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Kepercayaan



Kepercayaan

0"Lalu? Setelah membayarnya, apakah kamu berniat menceraikan aku?"     
0

Anya menatap Aiden dengan terkejut. Mengapa Aiden memikirkan mengenai perceraian sekarang?     

"Kita adalah suami istri. Tetapi kamu ingin melakukannya seorang diri seolah ingin menjauhkan diri dariku. Apakah kamu benar-benar berniat menceraikan aku?" Aiden memandang ke arah Anya.     

Anya menggelengkan kepalanya dan menjelaskan. "Aku tidak memiliki kemampuan sepertimu dan tidak memiliki pencapaian yang luar biasa sepertimu. Aku sangat kecil di hadapanmu. Aku hanya ingin berjuang lebih keras agar kamu tidak selalu membantuku. Aku tidak ingin merasa rendah di hadapanmu."     

"Aku tidak pernah sekali pun memandang kamu lebih rendah dariku. Malahan, aku sangat menghormatimu. Mengapa kamu berpikir seperti itu?" tanya Aiden.     

"Aiden, aku hanya ingin membayar semua hutangku kepadamu secepat mungkin agar aku tidak merasa rendah di hadapanmu. Kalau aku terus berada di posisi seperti ini, aku tidak memiliki kepercayaan diri untuk berdiri di sampingmu. Karena orang-orang yang menyukaimu …" tenggorokan Anya serasa tercekat saat mengatakannya.     

Aiden menundukkan kepalanya untuk mencium bibir Anya, mencegahnya agar tidak melanjutkan kata-katanya     

Ia tidak mengerti mengapa Anya terus mengoceh seperti ini. Ternyata ia hanya merasa cemburu. Sejak kedatangan Keara, Anya menjadi semakin dan semakin tidak yakin pada dirinya sendiri.     

"Aiden …" Anya berusaha untuk menghindari Aiden. Bayangan saat Aiden dan Keara berciuman di taman tiba-tiba saja muncul di benaknya, membuatnya merasa mual.     

Aiden merasakan penolakan Anya kali ini lebih kuat dari biasanya sehingga ia langsung melepaskannya. Matanya tertuju pada wajah Anya saat ia bertanya. "Ada apa? Kamu kenapa?"     

"Perutku sedikit tidak nyaman. Mungkin karena anggur yang aku minum kemarin malam," Anya mengelak.     

Aiden menatapnya dengan curiga. Ia bisa merasakan penolakan Anya terhadap dirinya, tidak seperti biasanya. Ia merasa bukan itu alasan yang sebenarnya.     

Awalnya, Aiden pikir ia hanya terlalu banyak berpikir. Tetapi Anya menolak saat Aiden berusaha mendekat.     

"Apakah kamu tidak suka berdekatan denganku?" tanya Aiden.     

"Tidak," Anya langsung mengelak.     

"Apa yang terjadi? Apakah kamu melihat Keara menciumku?" tanya Aiden sekali lagi.     

Anya menatap Aiden dengan terkejut, tetapi tidak ada satu kata pun yang bisa terucap dari mulutnya.     

Aiden mengetahui segalanya. Tidak ada yang bisa ia sembunyikan.     

Aiden benar. Anya melihat Aiden mencium Keara sehingga ia tidak bisa menerimanya.     

Selama ia membayangkan bibir yang akan menyentuhnya sama dengan bibir yang mencium wanita lain, Anya selalu merasa mual.     

Ia tahu, tidak seharusnya ia bersikap seperti ini.     

Tetapi apa dayanya? Kalau saja ia tidak mencintai Aiden, tidak menyayanginya sepenuh hati, tidak memedulikannya, maka hatinya tidak akan sesedih ini.     

Tetapi ia begitu mencintai Aiden. Bagaimana ia bisa terima saat melihat pria yang dicintainya menipunya dan berhubungan lagi dengan mantan kekasihnya?     

Perasaan Aiden terasa sangat rumit sekarang. Pada waktu itu, ia memang mendengar langkah kaki yang meninggalkan tempat tersebut dan melihat sandal Anya tertinggal di tangga. Ia tahu bahwa Anya mungkin melihat atau mendengar pembicaraannya dengan Keara.     

Tetapi yang terjadi sebenarnya, bukan ia mencium Keara, melainkan wanita itu yang sengaja menciumnya saat ia sedang lengah.     

Ia pikir Anya tidak melihatnya karena ia memunggunginya.     

Kalau Anya tidak melihatnya, ia merasa tidak perlu menjelaskannya, karena ia tahu bahwa istri kecilnya itu suka berpikir yang macam-macam. Ia tidak mau Anya berpikir aneh-aneh.     

Siapa yang tahu bahwa Anya hanya berpura-pura sejak kemarin malam.     

Anya yang sebelumnya tidak akan mungkin bisa berpura-pura seperti ini.     

Istri kecilnya sekarang sudah bisa membohonginya. Kalau ia tidak berusaha untuk mencium Anya, sampai kapan istrinya akan menyembunyikan hal ini?     

Sampai kapan kesalahpahaman ini akan berada di dalam otak Anya? Mungkin, Aiden tidak akan pernah tahu karena Anya tidak akan jujur kepadanya.     

"Sebagai istriku, melihat suamimu mencium wanita lain, tidak ada yang ingin kamu katakan? Mengapa kamu yang melarikan diri? Apakah kamu tidak percaya kepadaku? Atau kamu tidak memiliki kepercayaan diri untuk bersama denganku?" tanya Aiden dengan wajah muram.     

"Aku … Aku tidak tahu." Anya tidak tahu bagaimana harus menjawab pertanyaan Aiden.     

"Kamu tidak tahu?" Aiden mencibir. "Biar aku yang membantumu menjawab. Karena kamu tidak percaya kepadaku. Ketika kamu melihat aku dan Keara berciuman, hal yang pertama kali muncul di pikiranmu adalah aku dan Keara berhubungan kembali."     

Anya hanya memandang Aiden tanpa mengatakan apa-apa. Memang benar itulah yang ia pikirkan.     

"Alasan mengapa kamu tidak mempertanyakannya kepadaku karena kamu takut bahwa kamu tidak memiliki kesempatan sama sekali untuk bersama denganku. Benar kan?" lanjut Aiden.     

Anya hanya bisa menundukkan kepalanya. Ia tidak berani memandang tatapan tajam Aiden.     

"Jadi, kamu berpura-pura tidak melihat apa pun, tidak mendengar apa pun, dan melarikan diri saat itu. Kamu berusaha untuk meyakinkan dirimu untuk menerima hubunganku dengan Keara. Selama aku tidak membahas mengenai perceraian, kamu akan tetap diam di sampingku, kan?" suara Aiden menjadi semakin dan semakin dingin seolah membekukan Anya.     

"Bukan begitu maksudku. Aku tidak berniat mengikatmu seperti itu. Kalau … Kalau kamu memang mencintai Keara, aku bersedia untuk mundur dan …" sebelum Anya bisa menyelesaikan kata-katanya, Aiden mencengkeram tangan Anya dengan erat, membuatnya kesakitan.     

"Apa yang harus aku lakukan kepadamu?" tanya Aiden sambil menggertakkan giginya. "Kalau kamu memang tidak memahaminya, bukankah kamu bisa bertanya kepadaku? Kamu tidak pernah mempercayaiku selama ini, Anya." Ketika mengatakannya, ada jejak kesedihan dalam suara Aiden.     

"Aiden ���" Anya bisa merasakan tangan besar Aiden mengendur dari tangannya saat ia merintih kesakitan. Ia tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Aiden.     

Ia benar-benar mencintai Aiden. Ia mempercayai Aiden dan bergantung padanya sehingga ia takut akan kehilangan suaminya.     

Tetapi mengapa Aiden yang terlihat marah dan sedih? Bukankah seharusnya ia yang sedih?     

"Bukan pilihanmu dengan siapa aku ingin berhubungan. Aku yang akan menentukan siapa yang aku inginkan dan tidak inginkan. Anya, kamu sebenarnya tidak mencintaiku sebesar yang kamu katakan kepadaku, karena kamu tidak paham apa yang sebenarnya aku inginkan." Setelah mengatakannya, Aiden melepaskan tangannya.     

Mobil mereka sudah berhenti di depan kantor Atmajaya Group. Sebelum turun dari mobil, Aiden memandang Anya sekali lagi. "Kalau memang kamu ingin bercerai, aku bisa membantumu. Raka belum bertunangan. Kamu masih punya kesempatan."     

Anya tertegun mendengarnya. Bibirnya terbuka, tetapi ia tidak bisa mengatakan apa pun.     

Pintu mobil mereka dibanting dengan keras dan kembali berjalan dengan pelan, meninggalkan kantor Atmajaya Group.     

Di perjalanan, Anya memikirkan semua yang terjadi. Sebenarnya, apa kesalahannya?     

Ia tidak mengerti mengapa Aiden semarah ini kepadanya. Ia bahkan berpura-pura tidak tahu bahwa Aiden ingin berhubungan kembali dengan Keara.     

Kalau Aiden ingin bercerai darinya, ia akan menyetujuinya meski ia merasa enggan. Ia bukan wanita bodoh. Ia tidak cukup kuat untuk bertahan melawan seseorang seperti Keara, wanita yang anggun dan menawan dengan latar belakang keluarga yang hebat.     

Ia bahkan tidak bisa mendapatkan persetujuan dari Bima. Sebaliknya, Bima sangat menyukai Keara.     

Ia bersedia untuk pergi kalau Aiden berniat untuk kembali pada Keara. Bukankah itu akan mempermudahnya? Mengapa Aiden malah marah?     

Apakah Aiden berharap ia tidak mengetahui semuanya?     

Atau Aiden ingin melihatnya bersaing dengan Keara?     

Ia tidak bisa bersaing dengan Keara. Kalau memang Aiden mencintai Keara, Anya akan bersedia melepaskannya.     

Mencintai seseorang bukan berarti harus memilikinya. Anya hanya ingin Aiden merasa bahagia, meski tidak bersama dengannya.     

Mungkin kedengarannya klise, tetapi Anya benar-benar berharap kebahagiaan untuk Aiden.     

Aiden dan Keara berpisah selama tiga tahun, sebelum akhirnya Keara selamat dari kematian. Kalau Aiden dan Keara ingin berhubungan lagi dan menjalin cinta mereka kembali, apa yang Anya bisa lakukan untuk menghalangi mereka?     

Apa dayanya?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.