Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Cinta yang Tidak Pernah Ia Dapatkan



Cinta yang Tidak Pernah Ia Dapatkan

0"Mungkin Keara benar-benar tidak tahu, atau ada sesuatu yang terjadi," kata Anya.     
0

Sebenarnya apa yang dipikirkan Keara sehingga ia menyembunyikan keberadaan Nadine.     

"Ia hanya bisa berharap aku tidak mengetahui bahwa ini adalah perbuatannya. Kalau memang benar Keara terlibat dalam menghilangnya Nadine, tidak ada satu orang pun yang bisa melindunginya," suara Aiden terdengar sangat dingin.     

Galih hanya memiliki Keara. Kalau Aiden mau melakukan sesuatu kepada putri semata wayangnya itu, apakah Galih akan tinggal diam?     

Seperti yang Aiden katakan, ketika ada organisasi jahat yang menculik bayi-bayi perempuan untuk penelitian, Keluarga Pratama dan Keluarga Atmajaya sama-sama kehilangan bayi perempuan mereka. Kejadian itu sudah berlalu bertahun-tahun, kemungkinan bisa menemukan mereka sangatlah kecil.     

Galih akan melakukan apa pun untuk melindungi Keara. Anya hanya bisa berharap Keara masih memiliki hati nurani dan tidak melakukan apa pun yang berakibat buruk pada Nadine.     

"Kak Maria adalah orang yang baik. Tuhan tidak sekejam itu. Nadine pasti akan ditemukan," hibur Anya.     

"Hmm …" Aiden hanya bergumam dengan tidak jelas.     

"Suamiku, aku mengantuk. Ayo tidur." Anya menguap dan menguburkan dirinya dalam pelukan Aiden.     

Aiden menundukkan kepalanya dan melihat istri kecilnya di pelukannya, bersandar dengan malas. Setiap kali melihat Anya berada di sisinya, ia benar-benar ingin memiliki Anya seutuhnya.     

Ia memegang wajah Anya dengan kedua tangannya dan tanpa ragu langsung mencumbu bibirnya.     

"Aiden …" Anya langsung terkejut melihat sikap Aiden.     

Apa yang terjadi? Bukankah seharusnya ini jam tidur siang?     

Aiden mengulum bibir Anya yang lembut. Rasanya manis sekali dan ia bisa mencium aroma khas istrinya, membuat ia tidak bisa menghentikan dirinya.     

Ia tidak ingin melepaskan Anya. Ia ingin Anya selamanya berada di sisinya.     

Mata Anya yang sudah setengah tertutup karena mengantuk langsung terbelalak lebar. Ia menatap Aiden dengan gugup.     

Aiden bisa merasakan tubuh Anya sedikit gemetaran, dan ia langsung mengingat pesan dari Tara. Ia harus mengendalikan dirinya.     

Kesehatan Anya kurang baik dan kalau mereka ingin memiliki anak di masa depan, ia harus merawat Anya baik-baik. Bukan malah membuatnya kelelahan …     

Tetapi istri kecilnya ini begitu menawan sehingga ia kesulitan untuk menahan diri. Kalau memang ia tidak bisa mencumbu Anya, setidaknya iaa kan memeluk dan mencium istrinya untuk memuaskan dirinya.     

Tangannya yang berotot melingkari pinggang Anya dengan erat, menarik tubuh Anya semakin dekat dengannya.     

Anya bisa merasakan tubuh Aiden semakin menegang.     

"Aiden, jangan," Anya mengulurkan tangannya dan sedikit mendorong bahu suaminya. "Apakah kamu lupa apa yang Tara katakan?"     

"Aku ingat. Tetapi aku tidak bisa kalau tidak menyentuhmu. Setidaknya aku bisa menciummu," mata Aiden memancarkan binar yang terang, namun juga lembut.     

Pipi Anya langsung merona mendengar kata-kata Aiden. ia menguburkan wajahnya di bahu Aiden. "Kalau kamu menciumku lagi, bukan kamu saja yang akan kehilangan kendali."     

Mata Aiden tertuju pada bibir mungil Anya. Ia mengabaikan kata-kata Anya. Biar saja kalau Anya memang kehilangan kendali …     

Ia memejamkan matanya dan kembali mengulum bibir Anya. Ciumannya itu lembut dan penuh cinta.     

Wajah Anya memerah dan masih berusaha untuk mendorong tubuh Aiden. Namun, semakin ia meronta pelukan Aiden pada tubuhnya malah semakin erat. Aiden juga menggunakan salah satu tangannya untuk mengangkat wajah Anya agar ia bisa mencium istrinya semakin mudah.     

Napas mereka yang semakin panas beradu, enggan untuk berpisah satu sama lain. Aiden enggan melepaskan Anya dan Anya hanya bisa membiarkan suaminya itu menciumnya lebih dalam.     

Tangan Anya yang berusaha mendorong Aiden sama sekali tidak berdaya. Aiden benar-benar kuat seperti gunung yang tidak bisa digoyahkan.     

Matanya yang indah sedikit memicing saat menatap reaksi istrinya. Ia mengulum bibir Anya dengan sikapnya yang dominan dan angkuh seperti biasanya.     

Semakin lama, Anya akan semakin tenggelam dalam ciuman ini. akhirnya ia mengerahkan seluruh kekuatannya dan bertekad untuk mendorong tubuh Aiden.     

"Aiden, jangan begitu!" Anya mengingatkan Aiden sambil terengah-engah.     

"Anya …" Aiden memanggil nama istrinya dengan penuh sayang. Suaranya seperti magnet yang terus menarik, tidak ada gunanya berusaha melawan. Suaranya yang serak membuat tubuh Anya sedikit bergidik. "Kamu benar-benar membuatku gila …"     

"Kalau begitu kamu tidur sendiri saja. Aku akan pulang dan mencari Tara," Anya tahu betul bahwa Aiden tidak akan pernah bisa tidur siang saat bersama dengannya. Aiden malah akan menelannya bulat-bulat.     

"Jangan pergi. Temani aku." Aiden memeluk pinggang Anya dan tidak membiarkannya pergi. Ketika mengatakan hal ini, matanya terlihat sedikit sayu dan sedih.     

Melihat hal tersebut, Anya merasa hatinya meleleh.     

Ia kembali berbaring di samping Aiden dengan posisi punggung menyentuh dada suaminya. Aiden berada di belakangnya, memeluk pinggang Anya dan membawanya ke dalam pelukannya.     

Anya hanya bisa berbisik dengan masih sedikit malu. "Tidurlah. Jangan melakukan apa pun lagi."     

"Hmm …" jari Aiden yang indah menyusuri rambut panjang Anya, menyelipkannya di belakang telinganya. Kemudian, ia menguburkan wajahnya ke leher Anya, mencium aroma tubuh istrinya yang menenangkan.     

Tubuh Anya sedikit gemetar saat Aiden melakukan hal itu. Bukan gemetar ketakutan, tetapi karena merasa gairahnya juga semakin meningkat.     

Tetapi Aiden butuh istirahat. Kemarin malam, ia kerja hingga larut dan kurang tidur.     

Aiden menahan rasa gairahnya dan berusaha menenangkan dirinya. Perlahan, napasnya menjadi stabil dan tenang.     

Ketika mendengar napas Aiden yang stabil, Anya pun ikut merasa tenang. Mereka berbaring dalam diam sejenak dan akhirnya Anya tertidur lelap.     

Setelah Anya tertidur, Aiden sedikit mengangkat tubuhnya dan menyangga kepalanya dengan sikunya, menatap istrinya yang terlelap dalam pelukannya.     

Anya tertidur dengan pulas, tetapi selama ia berada di dalam pelukan Aiden, Aiden sama sekali tidak bisa tidur.     

Ketika melihat Anya yang tertidur, Aiden kembali merasakan gairahnya meningkat. Ia hanya bisa mengusap wajahnya dengan frustasi dan meninggalkan tempat tidur dengan perlahan, tidak mau membangunkan istrinya yang baru saja terlelap.     

Ia bergegas pergi ke kamar mandi dan mandi dengan air dingin.     

Setelah mandi air dingin, baru lah gairah di hati Aiden terpadamkan. Akhirnya ia bisa tenang.     

Ia duduk di pinggir tempat tidur. Bibirnya tersenyum saat memandang Anya, melihat rambut hitam panjang istrinya tersebar di atas tempat tidur putih. Begitu indah …     

Agar Anya bisa beristirahat dan pulih kembali, Aiden menahan diri untuk tidak menyentuhnya.     

Tetapi kalau terus seperti ini, mungkin Anya akan pulih dan Aiden lah yang akan mendapatkan masalah.     

Aiden berbaring sejenak di samping Anya, memeluk tubuh istrinya dan memejamkan matanya. Selama ada Anya di sampingnya, ia bisa merasa tenang …     

…     

Anya terbangun pada pukul tiga sore. Ia terlalu kelelahan semalam. Aiden seperti serigala yang tidak kenal lelah, terus mencumbu seluruh tubuhnya dari segala posisi, membuatnya kehabisan tenaga.     

Setelah tidur siang, akhirnya ia merasa tubuhnya sedikit lebih baik.     

Anya membuka pintu kamar tersebut dan melihat Aiden sedang duduk di meja kerjanya. salah satu tangannya sedang memegang ponsel dan tangan lainnya sedang mengetik sesuatu di komputer. Bibirnya terus bergerak saat membicarakan sesuatu.     

Dasi di kerah bajunya sedikit acak-acakan setelah ia tidur, tetapi suaminya itu tetap terlihat sangat tampan.     

Anya berdiri di depan pintu, menatap ke arah suaminya dengan senyum di bibirnya.     

Pria tampan yang ada di hadapannya itu adalah suaminya! Melihatnya seperti ini saja sudah membuat Anya merasa sangat senang.     

Aiden akhirnya selesai menelepon dan menoleh memandang ke arah istrinya, "Apakah kamu sudah puas melihatnya?"     

"Hmm … Sangat puas," jawab Anya tanpa sadar. Begitu ia mengatakannya, ia baru sadar apa yang ia ucapkan dan pipinya langsung merona.     

Aiden tertawa kecil melihatnya. Ia mengulurkan tangannya ke arah Anya dan tersenyum penuh sayang.     

Anya menunduk dengan malu, berusaha untuk menutupi rona di wajahnya sambil berjalan ke arah Aiden. "Aku akan pergi ke rumah sakit."     

Tangan Aiden yang terulur memeluk pinggang Anya, dengan satu gerakan langsung menyapi tubuh Anya ke dalam pangkuannya. "Apa perlu aku temani?"     

"Tidak. Kamu hanya akan menguping pembicaraanku dengan ibuku," canda Anya.     

Ia bisa melihat Aiden sangat sibuk. Ia bisa pergi sendiri ke rumah sakit, tidak perlu membuat Aiden meninggalkan pekerjaannya.     

"Setelah aku selesai bekerja, aku akan menjemputmu," Aiden mengelus rambut Anya dan mengecup pipinya sekilas.     

Anya melamun sambil menatap wajah suaminya.     

Bagaimana bisa suaminya begitu sempurna?     

Aiden tampan, kaya dan kuat. Ia sangat lembut dan pengertian. Ia menghormati dan mencintainya, serta selalu mendukung setiap keputusannya.     

Anya benar-benar mencintai Aiden! Waktu yang ia habiskan bersama dengan Aiden selalu dipenuhi dengan kebahagiaan.     

Tidak pernah ia merasa dicintai seperti ini. Hatinya tersentuh ketika merasakan cinta yang tidak pernah ia dapatkan sebelumnya …     

"Apa yang ada di pikiranmu? Mengapa kamu melamun?" tanya Aiden dengan lembut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.