Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Sudah Mati



Sudah Mati

0"Apa yang ada di pikiranmu? Mengapa kamu melamun?" tanya Aiden dengan lembut.     
0

"Aku merasa bahwa Tuhan sangat adil. Setelah menderita sekian lama, akhirnya aku mendapatkan hadiah terbaik di dunia dan itu adalah kamu," kata Anya sambil tersenyum.     

"Hmm … Aku juga berpikiran hal yang sama," canda Aiden sambil tertawa kecil.     

Anya ikut tertawa mendengarnya.     

Beberapa orang mengatakan bahwa cinta yang sempurna adalah ketika dua orang bisa merasa nyaman satu sama lain, tanpa harus memikirkan apa pun dan menikmati kehidupan saat ini.     

Anya berharap ia dan Aiden bisa selamanya seperti ini, hidup dengan penuh kebahagiaan.     

Dengan suasana hati yang gembira, Anya meninggalkan kantor Aiden. Ia berangkat ke rumah sakit dengan diantar oleh salah satu pengawal Aiden.     

Namun, Anya tidak menyangka ia akan melihat ayahnya di kamar rawat ibunya.     

"Diana, rumah yang aku tempati adalah rumah yang kita beli dengan uang kita. Untuk menunjukkan bahwa aku benar-benar tulus kepadamu, aku hanya menulis namamu di suratnya. Tetapi aku tidak menyangka, Anya akan mengusirku dari rumah itu." Deny menatap wajah Diana saat mengatakannya.     

Karena obat yang diberikan oleh Aiden, luka di wajah Diana sudah mulai memudar.     

"Selama kita menikah, apakah kamu benar-benar pernah mencintaiku sedikit saja? Kamu pikir aku mengkhianatimu, tetapi kamu bahkan tidak mau memberikanku seorang putra. Aku tidak memiliki anak untuk melanjutkan seluruh usahaku, mewarisi semua yang aku miliki."     

Deny tidak tahu Anya sedang berdiri di luar pintu. Ia memegang tangan Diana dan melanjutkan kata-katanya. "Aku tahu kamu menyukai Galih. Mengapa kamu tidak menikah dengannya setelah bercerai dariku?"     

"Aku sudah setuju untuk bercerai denganmu. Aku pikir kamu akan hidup bahagia dan menikah dengan pria yang kamu cintai. Tetapi mengapa kamu malah seperti ini?" kata Deny. "Apakah kamu menyesali perbuatanmu? Atau menurutmu aku adalah pria terbaik yang bisa mendampingimu?"     

"Tidak mengkhianati ibu? Apakah kamu berhubungan dengan Bu Mona setelah bercerai dari ibuku? Jangan munafik. Natali hanya beberapa bulan lebih muda dariku. Kamu sudah berselingkuh sejak ibuku mengandung aku," Anya sudah tidak bisa mendengar celotehan ayahnya lagi.     

"Anya, apakah kamu pikir Diana benar-benar mencintaimu? Kalau ia benar-benar mencintaimu, ia tidak akan terus bekerja meski dokter sudah memperingatinya bahwa ia sedang hamil. Kamu juga mengerti mengenai industri parfum, kamu harusnya tahu bahwa alkohol dan bahan-bahan kimia lainnya bisa menyebabkan keguguran," kata Deny dengan dingin.     

Anya tersentak mendengarnya, tetapi ia berusaha untuk menenangkan dirinya. "Meski ibu terus bersikeras untuk bekerja saat ia hamil, bukan berarti kamu memiliki alasan untuk berselingkuh."     

"Hati Diana bukanlah untukku. Ia bahkan tidak mau berbicara denganku. Ia sibuk dengan dunianya sendiri. Kalau aku tidak memaksa untuk memilikimu, mungkin ia sudah menggugurkanmu. Anya, aku lah yang telah menyelamatkanmu. Apakah seperti ini balasanmu? Mengusir ayahmu dari rumahnya sendiri? Apakah kamu tidak takut karma?" teriak Deny.     

"Aku masih punya akal sehat dan hati nurani. Seharusnya kamu lah yang takut pada karma. Kamu bilang ibu tidak mencintaimu. Bagaimana denganmu? Apakah kamu mencintai ibu? Ia terluka saat ledakan itu. Semua catatan yang berisi resep parfumnya terbakar habis dan satu-satunya resep yang tersisa malah kamu jual pada Imel. Apakah kamu tidak tahu bahwa ibuku menjadi seperti ini karena Imel?" Anya menatap ayahnya dengan pahit. "Kamu sengaja melakukan ini untuk membalas dendam pada ibuku, kan?"     

Deny terdiam sejenak mendengarnya. "Kamu bilang resep parfum itu dijual pada Imel?"     

"Jangan bilang bukan kamu yang melakukannya. Imel akan segera mengeluarkan parfum baru yang menggunakan resep parfum ibuku," kata Anya dengan dingin.     

"Itukah alasan mengapa kamu mengusir kami semua dari rumah?" tanya Deny.     

"Ya," Anya mengatakan yang sejujurnya. "Selama ini, meski kamu tidak pernah memedulikanku, aku selalu menganggapmu sebagai ayahku. Tidak peduli seberapa kejamnya kamu, aku tidak pernah menyalahkanmu. Meski Natali melukaiku, Aiden membalasnya, tetapi aku tetap memohon agar ia tidak melakukan apa pun kepadamu. Aku benar-benar bersyukur dan berterima kasih karena kamu mengembalikan resep parfum itu kepadaku. Tetapi aku tidak menyangka ternyata kamu juga menjualnya ke Imel."     

"Aku tidak melakukannya. Aku tidak tahu. Aku …" Deny tiba-tiba berhenti berbicara dan bisa menebak siapa yang melakukan semua ini.     

"Aku sudah tidak peduli siapa yang melakukannya. Sekarang kesehatan ibuku sedang tidak baik. Tolong jangan mengganggunya lagi," mata Anya penuh dengan kekecewaan.     

"Aku juga sedang tidak sehat. Ketika aku menyadari bahwa aku sudah tidak sehat lagi, aku benar-benar ingin bertemu dengannya. Aku bisa merasakan penderitaannya. Diana telah menderita selama bertahun-tahun dan tidak mudah baginya untuk bertahan. Mungkin kamu benar. Aku telah mengabaikan kalian. Aku membuat kalian menderita," kata Deny dengan senyuman pahit. "Sebelumnya kamu ingin meminjam uang pada ayah. Apa yang ingin kamu lakukan dengan uang itu?"     

"Semuanya sudah berakhir. Kamu tidak memberikannya kepadaku saat itu dan sekarang aku sudah tidak membutuhkannya," kata Anya dengan tenang.     

Kalau saja waktu itu Deny meminjamkan uang, mungkin ia dan Aiden sudah bercerai.     

Ini adalah takdir.     

"Ayah tidak tahu apa yang ingin kamu lakukan dengan uang itu, tetapi sekarang ayah memiliki banyak uang. Ayah bisa memberikan 3 milyar padamu, bisakah kamu mendonorkan ginjalmu pada ayah?" tanya Deny.     

Anya tertawa. Tawanya terdengar sangat pahit dan penuh kesedihan. Meski bibirnya menyunggingkan senyum, air mata mengalir di wajahnya.     

Ia pikir ayahnya menyadari kesalahannya dan menyesal saat menanyakan mengenai uang itu.     

Tetapi ternyata ia hanya peduli pada dirinya sendiri.     

Anya bahkan tidak berniat meminjam uang sebanyak itu sebelumnya, tetapi Deny tidak mau memberikannya.     

Sekarang, Deny mau menghamburkan begitu banyak uang, karena ia ingin menyelamatkan nyawanya.     

"Aku tidak butuh uang sekarang. Meski kamu memberiku 30 milyar sekali pun, aku tidak akan pernah mendonorkan ginjalku padamu. Bukankah kamu sangat mencintai Natali? Mintalah ginjal itu pada Natali," cibir Anya.     

"Natali masih belum menikah dan ia harus memiliki keturunan nanti. Kesehatannya sedang tidak baik …"     

"Natali ingin menikah dan memiliki anak, lalu apakah aku tidak merasakan hal yang sama? Kalau kamu ingin merawatnya, mengapa kamu tidak melakukan hal yang sama padaku?" sela Anya.     

"Aiden tidak akan pernah menikahimu dan tidak akan pernah membiarkan kamu memiliki anaknya. Kamu tidak perlu menikah dan memiliki anak setidaknya dalam lima tahun. Tetapi Natali berbeda. Setelah ia bertunangan dengan Raka, ia akan langsung menikah dan memiliki anak. Jadi …"     

Anya merasa hatinya tertusuk berulang kali. Dadanya terasa sesak.     

Ia menggertakkan giginya dan berkata, "Jadi, biar aku saja yang mendonorkan ginjalku padamu. Bagaimana kamu tahu bahwa ginjalku cocok denganmu?" cibir Anya.     

"Kalian semua adalah putriku. Kalau ginjal Natali sesuai denganku, kamu pasti juga sama," kata Deny.     

Anya hanya tersenyum dingin. "Aku tidak akan melakukan tesnya. Biar saja kamu mati."     

Melihat sikap Anya yang dingin kepadanya, Deny memohon. "Anya, asalkan kamu mau menyelamatkan ayah, aku akan memberikan apa pun padamu."     

"Memberikan apa pun? Anya yang berusia delapan tahun ingin ayahnya menemaninya saat hari ulang tahunnya. Anya yang berusia sembilan tahun ingin ayahnya datang untuk melihat pertunjukannya di sekolahnya. Anya yang berusia sepuluh tahun ingin ayahnya memberi sepotong roti saat ia sedang lapar. Anya yang berusia sepuluh tahun ingin mendapatkan bantuan ayahnya saat ia dipukuli habis-habisan oleh ibu tirinya," jawab Anya. "Apakah kamu pernah berpikir bahwa orang yang telah membunuhnya adalah dirimu sendiri? Putrimu, Anya, sudah mati sepuluh tahun yang lalu, mati karena tanganmu sendiri."     

"Anya yang berusia dua puluh tahun hanya berharap ibunya akan bangun. Ia sama sekali tidak memiliki harapan untuk ayahnya lagi. Tidak peduli kamu mau memohon seperti apa pun, aku tidak akan pernah mendonorkan ginjalku padamu. Pergilah," kata Anya tanpa ekspresi.     

Hatinya sudah mati rasa. Rasa sakit seperti ini hanyalah hal kecil dibandingkan yang ia alami selama ini.     

Benar, Anya yang dulu sudah mati …     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.