Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Pria yang Aku Cintai



Pria yang Aku Cintai

0"Apakah Anya adalah putri Galih?" tanya Deny sebelum keluar dari ruangan rawat inap Diana.     
0

"Aku tidak mau Anya memberikan ginjalnya padamu karena ia pernah terluka saat bekerja di taman denganku. Deny, beraninya kamu menanyakan hal itu kepadaku? Apakah kamu masih manusia? Untuk menghalangiku agar tidak pergi ke luar negeri, kamu sengaja menghamiliku saat kompetisi parfum. Hanya karena aku tidak membiarkan Anya mendonorkan ginjalnya padamu, kamu mencurigai bahwa ia bukan putrimu sendiri?" kata Diana dengan geram.     

Ekspresi di wajah Deny terlihat sedikit rumit. Ia menjelaskan mengapa ia bertanya seperti itu. "Anya terlihat sangat mirip dengan putri Galih. Aku hanya iseng menanyakannya, tidak perlu emosi."     

"Sekarang ada banyak operasi kecantikan, jadi ada banyak wajah yang mirip di jalanan sana. Apakah mereka semua adalah saudara kalau begitu? Pergilah, aku tidak mau melihatmu lagi," gerutu Diana dengan marah.     

Beraninya mantan suaminya itu menghinanya dan mempertanyakan asal usul putrinya sendiri.     

Pada saat itu, karena kehamilannya, ia melewatkan kesempatan untuk bekerja di luar negeri.     

Ia tidak ingin memiliki anak dulu, tetapi Deny memaksanya. Dan sekarang, Deny yang mempertanyakan apakah Anya benar-benar putrinya atau bukan.     

"Jangan marah …" Ketika Deny ingin mengatakan sesuatu lagi, Anya sudah menerobos ke dalam ruangan. Ia tidak mengatakan apa pun pada ayahnya dan mendorong Deny untuk keluar dari ruangan tersebut.     

Tubuh Deny masih lemah, tidak bisa menahan dorongan Anya dan hampir terjatuh. Untung saja, Galih bereaksi dengan cepat dan langsung menopangnya.     

"Kamu!" Ketika melihat Galih, wajah Deny langsung menjadi muram.     

Setelah Galih membantu Deny untuk menuju ke asistennya, ia berkata dengan tenang. "Aku dengar Diana sudah bangun. Aku datang untuk mengunjunginya."     

"Galih, apakah kamu bangga? Sejak awal hingga akhir hanya kamu yang pernah dicintai oleh Diana," kata Deny dengan marah.     

Aiden berdeham pelan dan memperingatkannya. "Tuan Deny, kalau kamu sedang kurang sehat, sebaiknya segera kembali dan beristirahat. Jangan membuat keributan di sini."     

"Aku …" Deny melihat ke arah koridor dan menyadari bahwa banyak orang melihat perdebatan mereka. Ia langsung menenangkan dirinya.     

"Tuan, ayo kita kembali," saran asisten tersebut.     

"Aku akan mengantar kalian," sejak awal Galih berdiri di depan pintu dan mendengar semua pembicaraan di dalam.     

Ternyata tidak hanya ia sendiri yang curiga bahwa Anya adalah putrinya, tetapi Deny juga. Tetapi menurut kata-kata Diana, Anya memang benar-benar putri Deny.     

Deny awalnya mau menolak. Tetapi setelah berpikir bahwa mungkin Galih ingin mengatakan sesuatu padanya, akhirnya ia bersedia.     

"Aiden, aku akan mengantar Deny terlebih dahulu dan kembali lagi nanti," Galih berpamitan pada Aiden dan menemani Deny menuju ke lift.     

Akhirnya koridor tersebut tenang setelah semua orang pergi. Aiden menyuruh pengawalnya untuk berjaga di luar agar tidak ada yang menganggu dan ia langsung memasuki kamar Diana.     

"Ibu, aku senang akhirnya ibu bangun," dengan air mata di wajahnya, Anya menyandarkan kepalanya di tubuh Diana.     

"Kamu selalu mengoceh di telinga ibu bahwa ibu harus bangun sebelum bulan oktober. Karena ocehanmu itu jadi ibu bangun lebih awal," Diana menepuk punggung Anya sambil tersenyum dan mengangkat kepalanya, menatap Aiden yang masuk ke dalam ruangan. "Jangan menangis. Kamu sudah menikah. Masa kamu masih cengeng seperti ini."     

Aiden tidak mengatakan apa pun, tetapi ia sedikit membungkuk ke arah Diana, menunjukkan rasa sopannya.     

Anya mengangkat kepalanya, menghapus air mata yang mengalir di sudut matanya. Kemudian ia berkata sambil tersenyum. "Ibu aku sudah menikah. Ini menantumu, Aiden."     

"Putriku sudah dewasa dan sulit untuk mengaturnya. Aku tidak mau membicarakan mengenai pernikahan kalian," Diana menghela napas panjang.     

Anya bangkit berdiri dan menghampiri Aiden. kemudian ia menggandeng tangannya dan berkata pada Diana, "Ibu, kalau aku bisa menikah, aku ingin menikah dengan pria yang aku cintai. Dan Aiden adalah pria yang aku cintai."     

"Cinta? Benarkah? Aku rasa Aiden hanya menginginkan tamanmu, bukan kamu," ekspresi di wajah Diana tampak dingin saat mengatakannya.     

"Ibu, bukan begitu. Aiden …"     

Aiden menggenggam tangan Anya dengan erat dan menggelengkan kepala padanya. Kemudian ia berkata pada Diana. "Bibi, bisakah aku berbicara berdua saja dengan Anda?"     

Anya menatap Aiden dengan panik. Ia khawatir ibunya tidak akan menerima Aiden dan dua orang yang paling ia cintai di dunia ini akan bertengkar.     

"Anya, ibu lapar. Belikan ibu bubur," kata Diana, menandakan bahwa ia ingin putrinya keluar dari ruangan itu sebentar.     

Anya tidak mau keluar, tetapi ia juga tidak bisa menolak. Aiden hanya menatap ke arahnya dengan lembut sambil memberinya tatapan untuk meyakinkan kegelisahan Anya.     

"Aku akan segera kembali," Anya meninggalkan ruangan itu dengan ragu-ragu.     

Ia hanya bisa berharap tidak akan ada yang terjadi pada Aiden dan ibunya.     

…     

Anya kembali membawa semangkuk bubur dan anggur kesukaan ibunya.     

Ketika kembali ke ruangan ibunya, tidak disangka ia malah mendengar suara tawa Diana dan Aiden dari dalam.     

"Apa yang terjadi selama aku pergi. Kalian …"     

"Anya, kamu menikahi pria yang baik. Ibu merestui kalian," kata Diana sambil tersenyum.     

Anya menatap ke arah Aiden dengan bingung. Matanya seolah mencoba untuk berbicara 'Apa obat yang kamu berikan pada ibuku sehingga membuatnya bisa mengatakan hal ini?'     

Aiden hanya menatapnya sambil tersenyum. 'Sifat suamimu yang unik dan menawan ini bisa menaklukan semua wanita.'     

"Apakah kalian berdua menyembunyikan sesuatu dariku?" Anya menatap ke arah Diana dan Aiden dengan curiga.     

"Ibu hanya memberitahu sesuatu yang menarik mengenai masa kecilmu," kata Diana sambil tertawa.     

"Aiden, aku tidak tahu bagaimana kamu menyuap ibuku. Tetapi kalau kamu ingin mengetahui semua kejadian yang memalukan saat masa kecilku, aku akan mengunjungi Kak Maria dan mencari tahu semuanya tentangmu!" kata Anya dengan sengaja.     

Alis Aiden terangkat mendengarnya. "Silahkan saja. Tidak banyak hal memalukan di masa kecilku seperti kamu."     

"Ibuuuu! Apa yang ibu ceritakan pada Aiden? Jangan!" Anya mengadu pada ibunya.     

Diana tertawa melihat Anya dan Aiden saling berdebat. Awalnya ia khawatir Anya akan direndahkan oleh seluruh Keluarga Atmajaya jika ia menikah dengan Aiden. Ia lebih takut lagi kalau ada sesuatu yang terjadi pada putrinya karena Imel adalah simpanan Bima.     

Bagaimana kalau Imel menikah dengan Bima dan menjadi ibu mertua yang jahat untuk Anya?     

Ia tidak mau putrinya terluka lagi, setelah semua penderitaan yang ia alami sejak kecil ...     

Tetapi setelah mendengar kata-kata Aiden, ia akhirnya merasa lega dan yakin Aiden akan selalu menjaga Anya.     

Aiden menceritakan mengenai kejadian kecelakaan yang menimpa mereka, kejadian yang hampir saja merenggut nyawa mereka berdua.     

Ketika ledakan itu terjadi, Aiden lah yang menyelamatkan Anya.     

Takdir menemukan mereka lagi dan membuat mereka saling jatuh cinta. Pasangan semacam ini sudah ditakdirkan untuk bersama.     

Pengalaman diculik itu terlalu menyakitkan bagi Anya, terutama saat ia melihat lautan api membunuh Aiden di depan matanya. Kejadian itu benar-benar melukai hati Anya. Rasa sedih dan bersalah yang luar biasa membuatnya melupakan semua kejadian itu ketika ia terbangun.     

Kejadian itu terkunci rapat-rapat di hatinya …     

Aiden menceritakan semua kejadian itu pada Diana setelah Anya keluar dari ruangan.     

Untuk melindungi Anya, Aiden juga meminta agar Diana tidak membicarakan pengalaman ini, pengalaman yang telah Anya lupakan.     

Diana baru tahu bahwa Aiden lah yang menyelamatkan Anya di kecelakaan itu sehingga akhirnya Aiden harus terluka parah.     

Ia pernah membaca berita bahwa putra ketika dari Keluarga Atmajaya terluka parah karena kecelakaan yang menimpanya, membuatnya menjadi buta dan lumpuh.     

Tetapi ia sama sekali tidak menyangka bahwa Aiden melakukan hal itu untuk menyelamatkan Anya.     

Apa salahnya memberikan putri yang kamu cintai pada seorang pria yang bersedia untuk melindunginya meski harus kehilangan nyawanya sekali pun?     

Oleh karena itu, Diana menerima dan merestui Aiden karena Aiden adalah pria yang terbaik untuk Anya.     

Diana melihat putrinya dan menantunya yang ada di hadapannya sambil tersenyum. "Anya, taman ibu itu adalah milikmu. Aku membeli taman itu untukmu. Terserah saja kamu mau melakukan apa pada taman itu. Ibu tidak akan ikut campur."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.