Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Kakak Ipar



Kakak Ipar

0"Tuan Atmajaya, tebakanmu sangat benar. Kalau ia memohon agar aku membantunya mengeluarkan Raisa dari penjara, apa yang harus aku katakan?" tanya Anya.     
0

"Kamu bisa mengatakan apa pun yang kamu mau," kata Aiden dengan tenang.     

Anya cemberut mendengar jawaban itu.     

Meski Aiden sangat menyanagi dan memanjakannya, bukan berarti Anya bisa berbuat sembarangan. Apa lagi dalam masalah yang berhubungan dengan Raka.     

Anya menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan pikirannya sebelum menjawab panggilan tersebut.     

Pada saat yang bersamaan, pintu lift di hadapan mereka terbuka. Aiden memeluk pinggang Anya dan membawanya masuk ke dalam lift.     

Setelah teleponnya tersambung, suara Raka terdengar dari seberang. "Anya, aku dengar ibumu sudah bangun. Aku ikut senang."     

"Terima kasih," kata Anya.     

"Aku minta maaf karena meneleponmu di saat-saat seperti ini. Raisa terkena demam berdarah di sel penjara. Demamnya sangat tinggi dan kondisinya semakin memburuk. Kalau kami tidak menyelamatkannya tepat waktu, mungkin ia tidak akan bisa selamat malam ini," kata Raka dengan panik.     

"Sebegitu parahnya?" Anya terkejut dan langsung menatap ke arah Aiden.     

Aiden mengambil ponsel di tangan Anya dan berkata pada Raka yang berada di seberang telepon. "Apakah kamu sudah memikirkan baik-baik persyaratanku? Mana yang lebih kamu pilih? Tanah atau adik perempuanmu?"     

"Aiden, Raisa memang melakukan kesalahan, tetapi tidak seharusnya ia dihukum separah ini. Aku berharap kamu memaafkannya, memberi kesempatan ia untuk memperbaiki kesalahannya. Perusahaan Mahendra adalah perusahaan besar. Aku harus memikirkan para pemegang saham dan yang lainnya sehingga aku tidak bisa menyetujui persyaratan yang kamu secara sembarangan. Bagaimana kalau kita mengembangkannya bersama-sama ..."     

"Aku memiliki hak untuk mengubah kerja sama perusahaan kita. Sejauh yang aku ketahui, kontrak penjualan tanah antara Atmajaya Group dan Perusahaan Mahendra masih dalam proses, tetapi prosesnya berjalan dengan sangat lambat," dengus Aiden dengan dingin.     

"Aiden, aku tidak punya hak untuk menjual tanah itu kepadamu. Tetapi rencana kerja sama dengan Atmajaya Group sudah disetujui oleh sebagian besar pemegang saham perusahaan Mahendra. Ini hanya masalah waktu sebelum kami melaksanakan proyek ini. Dengan tulus, kami benar-benar berniat untuk bekerja sama dengan Atmajaya Group," kata Raka, berusaha untuk menjelaskan.     

"Tulus?" Aiden mencibir. "Aku sama sekali tidak bisa melihat ketulusanmu. Kamu hanya ingin Anya membantumu untuk memohon keselamatan Raisa. Tetapi mengapa ia harus membantu Raisa?"     

"Raisa memang terlalu impulsif. Ia tidak menggunakan otaknya dulu sehingga membuat kesalahan seperti ini. Aku harap kamu bisa melihat bantuan yang diberikan oleh ibuku pada Anya dulu. Kami akan sangat berterima kasih kalau kamu mau membebaskan Raisa kali ini," Raka terus memohon.     

"Apakah maksudmu bantuan yang ibumu berikan sepuluh tahun lalu? Saat ibu tiri Anya keguguran dan ibumu membantu Anya?" wajah Aiden terlihat semakin muram dan menyeramkan. "Raka, orang baik akan menolong hingga akhir, tidak hanya setengah-setengah. Apa yang kamu ucapkan saat ini sangat konyol."     

"Apa maksudmu?" tanya Raka dengan bingung.     

"Kalau kamu tidak mengerti, coba tanyakan pada orang-orang di rumahmu. Tanyakan siapa yang mengirim Anya pergi dari rumahmu malam itu dan mengembalikannya pada ayahnya?" kata Aiden sebelum langsung menutup telepon.     

Anya menutup bibirnya rapat-rapat. Ia menerima ponselnya dari tangan Aiden tanpa berkata apa-apa.     

"Apakah kamu tidak suka aku memberitahu Raka mengenai kejadian itu?" Aiden bisa mengetahui apa yang Anya pikirkan dari melihat penampilannya.     

"Aku hanya merasa itu tidak perlu dibicarakan," kata Anya dengan suara pelan.     

"Ia tidak tahu apa pun, tetapi ia berani meminta balas budi atas bantuan yang ia berikan," Aiden membawa Anya dalam pelukannya.     

Sepuluh tahun lalu, Raka memang menyelamatkan Anya dan membawanya ke rumah Keluarga Mahendra. Ia hanya tahu bahwa ia telah menyelamatkan Anya sehingga ia memiliki rasa superioritas yang tinggi, menganggap bahwa dirinya lah pahlawan bagi Anya.     

Namun, ia tidak tahu bahwa ayahnya lah yang telah mengembalikan Anya pada Deny sehingga Anya hampir mati karena dipukuli habis-habisan.     

Tiga tahun lalu, Raka pikir Anya tidak mencintainya dan berpisah dengannya hanya untuk uang. Namun, ia juga tidak tahu bahwa Anya melakukannya untuk menyelamatkan ibunya. Namun, apa yang ia dapatkan? Raisa mengambil uang itu dan menghambur-hamburkannya.     

Raka tidak tahu apa-apa. Di dalam pikirannya, Anya lah yang menerima uang itu.     

Sementara itu, Anya adalah wanita yang sangat toleran. Ia menanggung semuanya sendirian tanpa menceritakannya kepada siapa pun.     

Ia tidak mau menceritakannya pada Raka, tetapi Aiden tidak tahan melihat Anya terus disalahkan seperti ini. Ditambah lagi, Anya tidak bisa menolak permintaan Raka karena ia tahu bahwa Raka memang menyelamatkannya malam itu.     

Pada saat itu, ayah Raka sebenarnya memiliki banyak pilihan. Kalau Diana memang tidak sedang berada di Indonesia, ia bisa memberikan Anya yang terluka pada neneknya. Atau kepada polisi ...     

Tetapi ia memilih jalan paling sederhana, memberikan Anya pada Deny yang sedang marah besar.     

Apakah ia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada Anya jika ia dikembalikan pada ayahnya?     

Sekarang, Raka memohon bantuan Anya dengan menyebutkan kejadian yang terjadi sepuluh tahun lalu. Bukankah itu konyol?     

"Raka tidak tahu apa-apa. Ia tidak melakukan kesalahan apa pun. Ia hanya ingin menyelamatkan Raisa secepat mungkin," ada sedikit kesedihan dalam suara Anya.     

"Ketidaktahuan bukan berarti tidak bersalah. Ia telah membuat penilaian terhadap masalah ini, mengharapkan bahwa bantuannya sepuluh tahun yang lalu bisa mendapatkan balasan. Tetapi ia tidak tahu kejadian yang sesungguhnya. Itu merupakan kesalahan terbesarnya," kata Aiden dengan tegas.     

"Apakah itu yang Tuan CEO pikirkan?" goda Anya sambil tersenyum pada Aiden.     

Aiden mencubit hidung Anya. "Aku mengajarimu untuk tidak menyulitkan dirimu dan mencari alasan untuk membenarkan perilaku orang lain," Aiden menggandeng tangan Anya dan berjalan keluar dari lift.     

"Hmm ... Aku mengerti," Anya mengangguk. "Aku sangat senang hari ini."     

"Kalau kamu senang, aku juga senang," kata Aiden dengan santai.     

Pengawal Aiden melihat mereka berdua berjalan keluar dari gedung rumah sakit dan langsung mengendarai mobilnya ke depan pintu masuk.     

Setelah masuk ke dalam mobil, Anya bertanya. "Ke mana kita akan pergi sekarang?"     

"Ke rumah Keluarga Atmajaya. Imel sudah datang," kata Aiden dengan tatapan yang tidak bisa ditebak. Tidak ada yang tahu apa yang sedang Aiden rencanakan.     

"Aku harus memanggilnya apa saat bertemu dengannya?" Anya tidak tahu apa sebenarnya status Imel di Keluarga Atmajaya.     

Aiden hanya mengelus kepalanya. Ia tampak lebih sering melakukan hal ini sekarang dan Anya juga tidak keberatan karena ia menyukainya!     

Setiap kali Aiden meletakkan tangannya di atas kepala Anya, Anya selalu tersenyum lebar dan menyandarkan kepalanya di tangan Aiden.     

"Panggil saja Bu Imel. Ia hanyalah kekasih ayahku dan ibu dari Ivan. Ketika datang ke Keluarga Atmajaya, ia hanyalah tamu. Sedangkan kamu adalah menantu ketiga dari Keluarga Atmajaya dan bagian dari Keluarga Atmajaya. Apakah kamu mengerti?" kata Aiden.     

Anya mengangguk. "Ayahmu ingin memperbaiki hubungannya denganmu sehingga ia tidak akan membiarkan Imel melakukan apa pun padaku. Kak Maria dan Nico juga berpihak pada kita. Selain itu, Ivan tidak akan mempermalukanku. Makan malam hari ini, hanya ada dua orang yang tidak menyukaiku yaitu Imel dan Keara. Mereka berdua hanyalah orang luar, sementara aku adalah menantu Keluarga Atmajaya. Apa yang tidak bisa aku lakukan pada mereka?" kata Anya sambil mengangkat kepalanya dengan angkuh.     

Aiden tertawa melihat sikap istri kecilnya dan kemudian ia menyentil dahinya. "Ingat, malam ini Keara bukan putri dari Keluarga Pratama, melainkan tunangan Ivan. Kamu harus memanggilnya kakak ipar."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.