Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Kemampuan Akting



Kemampuan Akting

0"Aku tidak secerdas pamanku. Kalau aku terluka dan tidak bisa bertunangan, kakekku bisa mengabaikan perjodohanku dan menikah dengan kekasihnya," gumam Nico dengan tidak senang. "Siapa yang tahu kalau ia sengaja melukai aku seperti ini!"     
0

Ketika mendengar hal ini, Anya benar-benar ingin tertawa terbahak-bahak. Tetapi ia tidak bisa melakukannya di hadapan semua orang sehingga ia sedikit bersembunyi di punggung Aiden.     

Sementara itu, wajah Bima memerah karena malu. Nico menuduhnya bahwa ia sengaja berbuat kejam pada cucunya sendiri untuk menikah dengan kekasihnya.     

"Tara, bantulah Maria," Tirta langsung menyuruh cucunya untuk membantu Maria mengambilkan es dan kompres dingin untuk kepala Nico.     

"Ayo, aku akan membantumu mendinginkan bengkaknya," Tara membantu Nico untuk pergi ke arah dapur.     

Begitu mereka pergi, hanya ada Aiden dan Anya, Ivan dan Imel, serta Bima dan Tirta di ruang keluarga.     

"Dokter Tirta, ayahku hari ini memintamu datang untuk menjadi saksi pernikahannya. Ia ingin menikah sebelum anak dan cucunya," kata Aiden dengan tenang tetapi nadanya terdengar sinis.     

Bima langsung terbatuk dan merasa semakin malu. "Aku tidak harus menikah sekarang. Aku tidak terburu-buru."     

"Bima, bukankah tahun ini Nico baru berusia 26 tahun? Nico bahkan belum bertunangan. Mengapa kamu malah ingin menikah terlebih dahulu?" kata Tirta dengan tidak setuju.     

"Imel sudah menungguku selama bertahun-tahun. Aku tidak ingin membuatnya semakin sedih. Ivan juga harus menunggu tubuhnya pulih kembali sebelum mengadakan pesta pernikahan. Aku akan menunggu Nico bertunangan dahulu. Pernikahanku bisa diundur sementara," kata Bima dengan canggung.     

"Benar. Tunggu sampai Nico bertunangan dulu. Carikan dulu dia jodoh sebelum kamu sendiri menikah. Ngomong-ngomong, siapa yang akan kamu jodohkan dengan Nico?" ketika menanyakan hal ini, Tirta sama sekali tidak memandang ke arah Imel.     

Sebagian besar tanggung jawab Keluarga Atmajaya telah diserahkan pada Aiden. Bima sudah pensiun dari pekerjaannya dan hanya mengurus di belakang layar saja.     

Sekarang, Ivan tiba-tiba saja pulang ke Indonesia untuk memulihkan diri. Sementara itu, Imel mendesak ingin menikah dan menjadi bagian dari Keluarga Atmajaya.     

Siapa yang tidak bisa menebak apa yang wanita itu inginkan?     

Tirta sudah menjadi dokter pribadi Keluarga Atmajaya bertahun-tahun lamanya. Ia tahu, selama Aiden tidak membiarkan Imel menjadi bagian dari Keluarga Atmajaya, wanita itu tidak akan punya celah untuk masuk!     

Dulu, Ardan juga berusaha menghentikan Imel untuk menjadi bagian dari keluarga. Sekarang, tentu saja Aiden tidak akan membiarkan Imel berbuat seenaknya.     

Aiden bahkan jauh lebih sulit untuk diajak bicara dibandingkan Ardan. Selain itu, sifatnya cukup aneh dan tidak tertebak.     

Karena Tara dan Anya merupakan sahabat dekat, Aiden bersikap sangat baik pada keluarga Tara. Tentu saja, kalau harus memilih, Tirta akan memilih untuk memihak pada Aiden.     

"Imel, tidak apa-apa kita menundanya?" Bima memegang tangan Imel. ��Saat ini, Nico sedang dalam masa penjodohan. Ivan juga sedang pemulihan. Setelah semuanya selesai, aku berjanji akan memberi kepastian padamu."     

"Bima, kita tidak terburu-buru. Selama aku bisa bersamamu, aku tidak peduli pada nama belakang," Imel ingin menggertakkan giginya, tetapi wajahnya tetap menunjukkan senyum manis.     

"Kamu selalu pengertian padaku. Aku sangat beruntung bisa bertemu denganmu. Ivan sangat mirip denganmu. Suatu hari nanti, ia akan kesulitan karena sifatnya yang begitu toleran," Bima menghela napas panjang.     

"Siapa yang berniat untuk menindas tunanganku? Kalian harus melangkahiku terlebih dahulu," Keara masuk ke dalam ruangan itu sambil tersenyum.     

"Keara sudah datang!" Bima menepuk pundak Ivan dengan senang.     

Ivan memahaminya. Ia langsung dan bangkit berdiri untuk menyambut Keara, "Keara, kamu sudah kembali."     

"Aku dengar kamu baru saja menjalani operasi dan pulang untuk masa pemulihan. Aku membawakanmu obat untuk melancarkan aliran darah," Keara memberikannya kepada salah satu pelayan.     

"Terima kasih," kata Ivan dengan sopan.     

Anya menarik lengan baju Aiden dan berbisik dengan pelan. "Apakah kita harus berdiri di sini terus?"     

Di mata Bima, hanya ada Imel dan Ivan. Walaupun Aiden menghina Ivan sekali pun, Ivan sama sekali tidak mendengarkannya.     

Rasanya seperti memukul sebuah bantal yang akan terus kembali ke bentuk semula.     

Sekarang, Keara datang. Keberadaan Aiden dan Anya semakin terlupakan.     

"Duduklah kalau kamu lelah," Aiden menggandeng tangan Anya dan membawanya ke salah satu sofa. Sebelum Ivan dan Keara bisa duduk, mereka duduk terlebih dahulu.     

Anya merasa bingung. Siapa yang bilang ia lelah?     

Ia hanya merasa sejak awal datang, mereka tidak memiliki kesempatan untuk berbicara apa pun. Ia hanya bisa berdiri di tempatnya sambil melihat semua orang berdebat.     

Sekarang Keara sudah datang. Bukankah seharusnya mereka memanfaatkan kesempatan saat semua orang menyambut Keara untuk menyelinap dari ruang keluarga secara diam-diam?     

Siapa yang tahu bahwa Aiden malah berpikir ia lelah dan langsung menariknya ke salah satu sofa untuk duduk.     

Sofa di ruang keluarga tersebut terdiri dari tiga tempat duduk. Bima sedang duduk di salah satu sofa panjang. Di sisi kirinya Imel dan kanannya Tirta.     

Sementara itu, Aiden langsung membawa Anya untuk duduk di sofa untuk berdua.     

Hanya ada satu kursi yang tersisa. Hanya salah satu dari Keara dan Ivan saja yang bisa duduk.     

Keara langsung bereaksi dengan cepat dan berkata dengan penuh perhatian, "Ivan, pinggangmu kan sedang terluka. Duduklah. Jangan berdiri terlalu lama."     

"Kamu saja yang duduk. Aku akan menemanimu," Ivan menarik tubuh Keara dengan lembut dan menyuruhnya untuk duduk di kursi tersebut. Ia berdiri di samping Keara, seperti seorang ksatria yang mendampingi ratunya.     

Wajah Keara sedikit merona. Sebenarnya, Ivan sama sekali tidak buruk. Penampilannya juga tidak kalah menarik dari Aiden. Sifatnya sangat lembut dan ia tahu betul bagaimana membuat hari seorang wanita senang.     

Kalau mau dicari kekurangannya, ia hanya memiliki satu kekurangan. Ibunya adalah simpanan dari Keluarga Atmajaya …     

Namun, sebenarnya ini bukan masalah besar. Bagaimana pun juga, suatu hari nanti, Imel akan menikah dengan Bima dan menjadi bagian dari Keluarga Atmajaya.     

Ivan sendiri hampir tidak memiliki kekurangan apa pun. Tetapi hati Keara tidak ada padanya. Baginya, Ivan terlalu mencintai dan memperhatikan semua orang di sekitarnya sehingga ia lupa untuk mencintai dirinya sendiri.     

Anya duduk di sofa, tidak berani bergerak sama sekali.     

Sementara itu, Aiden bersandar di sofa dengan malas, memegang pundak Anya dengan salah satu tangannya, menunjukkan kepemilikannya.     

"Ivan, duduklah di sini. Ibu akan ke dapur untuk melihat kapan kita bisa makan," Imel langsung memberikan tempat duduknya pada putra kesayangannya.     

Setelah Imel pergi, Ivan baru duduk di samping Bima.     

"Tirta, lihatlah anak-anakku," kata Bima sambil tersenyum.     

"Putra-putramu memang sungguh luar biasa. Keara dan Anya juga sangat cantik. Bagaimana kamu bisa seberuntung ini? Bahkan menantu yang kamu dapatkan pun luar biasa," kata Tirta dengan iri.     

"Aku tersanjung dengan pujian Dokter Tirta. Aku dengar Tara memiliki klinik sendiri dan sangat berhasil. Dokter Tirta juga sangat beruntung memiliki cucu seperti Tara," kata Ivan sambil tersenyum.     

"Tara memiliki kepribadian yang sangat ceria. Ia memiliki kemampuan medis yang hebat dan jiwa bisnis. Apakah ia tidak berniat untuk membuka rumah sakit stomatologis?" tanya Keara.     

Tirta menggelengkan kepalanya. "Anak itu sangat luar biasa. Tetapi cepat atau lambat ia akan menikah. Aku tidak mau ia bekerja terlalu keras. lebih baik ia memiliki klinik kecil seperti ini. Pemasukan yang didapatkan sudah cukup baik dan pekerjaan ini tidak melelahkan untuknya."     

"Apakah kamu mau menjodohkan Tara? Bagaimana kalau aku membantumu mencarikan calonnya?" tanya Bima.     

"Aku rasa cucuku tidak akan setuju." Tirta menghela napas panjang.     

Anya terdiam mendengar pembicaraan ini. Kalau saja Tara tahu bahwa kakeknya sedang membicarakan masalah perjodohan dan pernikahannya, mungkin ia akan langsung kabur dari tempat ini secepat mungkin.     

Aiden hanya menyaksikan semua ini tanpa mengatakan satu patah kata pun.     

Anya juga tidak bisa ikut dalam pembicaraan mereka. Melihat Ivan dan Keara yang bisa berbaur dengan mudahnya, ia merasa lemah.     

"Mengapa kita harus duduk di sini dan menderita?" tanya Anya dengan suara pelan.     

"Anggap saja aku sedang membawamu ke bioskop untuk melihat kemampuan akting semua orang," suara Aiden tidak terlalu keras, tetapi semua orang yang ada di ruangan itu bisa mendengarnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.