Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Pulang dan Membuat Anak



Pulang dan Membuat Anak

0"Aku meneleponmu untuk meminta maaf. Ayahku bilang saat itu Bibi Mona sampai berniat untuk bunuh diri karena keguguran. Ayahmu bersikeras untuk membawamu pulang. Kalau ayahku tidak mengembalikanmu, ia mengancam akan menghancurkan reputasi Keluarga Mahendra. Ayahku tidak punya pilihan lain. Anya, aku minta maaf. Aku benar-benar tidak tahu," kata Raka dengan menyesal.     
0

"Raka, semuanya sudah berlalu sepuluh tahun yang lalu. Aku juga sudah melupakannya. Tidak usah memikirkannya lagi," jawab Anya.     

Namun, meski Anya sudah melupakannya, rasa bersalah di hati Raka tetap tidak bisa berkurang.     

"Aku benar-benar terdesak saat ini dan ingin menyelamatkan Raisa secepat mungkin, tetapi aku tidak memikirkan perasaanmu. Aku tidak menyangka sepuluh tahun yang lalu aku bukan menyelamatkanmu, tetapi malah menjerumuskanmu ke dalam masalah. Aku benar-benar minta maaf," kata Raka.     

"Kamu tidak melakukan apa pun. Kamu tidak memukuliku dan menghajarku. Ketika aku ditindas, kamu datang untuk menjemputku dan menyelamatkanku. Aku akan selalu mengingat pertemanan kita. Pada saat itu, aku masih muda dan kamu juga sama. Masalah ini bukan salahmu. Ayahmu tidak mau terlibat dalam masalah keluargaku sehingga ia menyerahkan aku kembali pada ayahku. Aku juga tidak menyalahkannya. Kalau kamu ingin menyalahkan dirimu, anggap saja kamu mengalami nasib buruk …"     

"Biarkan semuanya berlalu dan tidak usah membahasnya lagi. Mengenai Raisa, aku tidak semurah hati itu untuk mengampuninya. Ia berniat jahat pada suamiku," kata Anya dengan tegas.     

Ia juga ingin Raka tahu bahwa selama Aiden terlibat, ia akan selalu berdiri di samping Aiden dan mendukungnya. Karena Aiden adalah suaminya …     

"Anya, aku tahu sulit bagimu. Tetapi kamu juga mengenal sifat Raisa. Meski ia nakal, ia tidak berniat jahat. Kesalahannya ini hanya karena ia tidak berpikir baik-baik," kata Raka.     

"Raka, kamu bisa melindungi Raisa, tetapi sampai kapan? Sampai seumur hidup? Sebelumnya, aku selalu mengalah padanya, tetapi sepertinya ia tidak mengenal batas. Ia bahkan berani memberi obat pada minuman Aiden. Aiden bukan aku. Kalau kamu berani melakukan apa pun padanya, kamu juga harus bertanggung jawab pada konsekuensinya. Selain itu, apakah kamu tidak pernah berpikir dari mana obat itu berasal?"     

Hanya itu yang Anya bisa lakukan. Kalau Raka tidak segera sadar, mungkin ia akan semakin terjerumus dalam tipu muslihat Natali.     

"Aku mengerti. Aku akan mencoba cara lain. Terima kasih," memikirkan bahwa Aiden sedang berada di samping Anya, Raka merasa tidak pantas jika mereka melanjutkan pembicaraan mereka. Akhirnya ia mengakhiri panggilan mereka.     

Anya menghela napas lega. Ia menyimpan kembali ponselnya dan menatap ke suaminya. "Semua masalahnya sudah selesai. Aku sudah melupakan semua yang terjadi dulu."     

"Raka terlalu angkuh. Keputusanmu untuk berpisah dengannya sangat tepat," Aiden membawa tubuh istrinya itu dalam pelukannya.     

Anya mengulurkan tangannya dan memeluk leher Aiden. "Tidak semua orang sebijaksana suamiku. Aku bersyukur bisa bertemu dan menikah denganmu."     

"Akhirnya kamu tahu," goda Aiden, setengah bercanda dan setengah bergaya.     

Anya tertawa melihatnya. "Aku akan selalu membuatmu bahagia."     

"Benarkah? Bagaimana caranya?" tanya Aiden.     

"Tubuhku tidak cukup. Kalau aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku dan menunda untuk memiliki anak, aku khawatir tubuhku tidak akan mampu. Ibuku begitu setia pada bisnis parfum hingga akhirnya ia tidak bisa memiliki anak selain aku. Jadi, aku berencana untuk memiliki anak terlebih dahulu setelah aku lulus. Bagaimana pendapatmu?" tanya Anya.     

Ketika pulang dari rumah Keluarga Atmajaya, wajah Aiden terlihat menyeramkan. Namun, setelah mendengar kata-kata Anya barusan, semua kekesalannya seolah menguap.     

"Dua anak?" kata Aiden.     

Anya mengangguk.     

Tangan Aiden yang memeluk pinggang Anya langsung bertambah erat. "Anya, ingat apa yang kamu katakan hari ini. Kalau kamu tidak memberiku dua anak, aku tidak akan pernah melepaskanmu."     

Anya tertawa kecil. "Aku berjanji. Sekarang, bisakah kamu memberiku senyuman?"     

Aiden menghela napas panjang. "Di rumah Keluarga Atmajaya, sebenarnya aku hanya berakting mengikuti rencana ayahku. Sekarang ia pasti sangat senang," gerutunya.     

"Apa?" tanya Anya dengan terkejut.     

"Saat aku ingin menikahimu, apa yang aku lakukan?" tanya Aiden.     

Anya terdiam sejenak dan kemudian menjawab, "Kita langsung mendaftarkan pernikahan tanpa memberitahu siapa pun.     

"Kalau ayahku memang ingin menikah dengan Imel, ia pasti sudah melakukannya. Ibuku sudah meninggal lebih dari sepuluh tahun lalu dan seharusnya ia tidak perlu memedulikan apa pun jika ia memang berniat untuk menikah dengan Imel," kata Aiden.     

"Lalu, mengapa ia masih memberitahu semua orang bahwa ia ingin menikah dengan Imel? Bukankah sekarang Keara dan Dokter Tirta jadi mengetahuinya?" Anya merasa bingung.     

"Ayahku sangat licik. Ia tahu aku dan Nico akan menentang pernikahannya sehingga ia sengaja mengatakannya di depan kami. Ia hanya ingin menunjukkan pada Imel bahwa kami lah yang menentang hubungan mereka, bukan dia yang tidak mau menikah. Ia membiarkan orang lain terlihat jahat dan membuat dirinya terlihat tetap baik," gerutu Aiden dengan kesal.     

"Jadi, selama ini kamu sudah tahu bahwa ayahmu hanya memperalatmu?" Anya akhirnya memahaminya.     

"Tidak masalah. Toh, Imel juga membenciku sejak awal. Aku tidak peduli meski ia semakin membenciku," jawab Aiden dengan acuh tak acuh.     

"Ayahmu sungguh licik," kata Anya dengan kesal.     

"Imel lah yang memaksa ingin menikah dengan ayahku. Ayahku tidak mau menikahinya, tetapi ia juga tidak mau kehilangan kekasihnya sehingga ia memutuskan untuk menggunakan cara ini. Kalau memang ia ingin menikah dengan Imel, ia bisa saja mengurus pernikahan terlebih dahulu dan mengadakan acaranya, baru memberitahu kami. Tetapi ayah memang sangat licik. Meski ia sudah tua, ia bukan orang bodoh. Ia tahu bahwa Imel hanya menginginkan nama Atmajaya dan semua harta yang kami miliki," Aiden terkekeh.     

"Aku tidak cukup cerdas untuk memahami semua ini dengan sekali lihat. Apakah Nico juga mengerti apa yang terjadi hari ini?" tanya Anya.     

"Nico juga mengerti. Kalau tidak, mana mungkin ia akan berakting hingga berlebihan seperti itu. Keluarga Atmajaya bukanlah keluarga biasa yang harmonis, melainkan keluarga yang dipenuhi dengan kelicikan dan kepura-puraan. Sungguh mengharukan sekali, ayahku ingin memberi nama belakangnya pada Imel," cibir Aiden.     

"Bagaimana dengan Kak Maria?" tanya Anya.     

"Aku tidak tahu. Meski Imel cerdik, ia masih tidak bisa menebak jalan pikiran ayahku. Ayahku hanya ingin Imel menemaninya dan ia mendapatkan bonus putranya yang berbakti. Sehingga selama ini ia hanya memberikan iming-iming belaka, tetapi tidak berniat untuk sungguh-sungguh menikah dengannya," kata Aiden.     

"Wanita itu pantas mendapatkannya!" kata Anya.     

Mendengar jawaban Anya, Aiden tertawa. "Setelah kita pergi, Kak Maria pasti akan memberitahunya bahwa kita sudah menikah. Ia pasti akan sangat marah karena selama bertahun-tahun ia berusaha keras untuk masuk ke dalam keluarga ini, namun selalu gagal."     

Anya juga tertawa. "Biarkan saja dia marah. Wanita itu jahat. Aku tidak suka padanya."     

"Hari ini, Imel sengaja menyebutkan penyakit Ivan di hadapanmu. Ia sengaja ingin agar kamu mengingat kebaikan Ivan agar kamu melindunginya di lain waktu," kata Aiden.     

"Aku tahu niat Imel. Aku memang berhutang pada Imel karena Ivan pernah menyelamatkanku, tetapi ibuku sudah membayarnya dengan Amore. Perusahaan itu sekarang sudah menjadi miliknya. Kalau Imel ingin aku membayar kebaikan itu dengan menyakitimu, aku tidak akan pernah melakukannya," kata Anya dengan tenang.     

Ia mengatakannya dengan sangat tenang dan jelas, membuat Aiden sedikit terkejut. Ia tidak menyangka istri kecilnya yang lugu bisa memahami apa yang Imel pikirkan.     

Anya sudah banyak berkembang. Ia takut Anya akan selamanya menjadi wanita baik yang lemah lembut dan ingin dicintai. Kalau selamanya Anya seperti itu, ia akan kesulitan …     

Aiden mengulurkan tangannya untuk mengelus kepala Anya. "Kamu menjadi semakin pengertian, seperti seorang ibu. Ayo kita pulang dan membuat anak."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.