Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Sesuatu yang Nakal



Sesuatu yang Nakal

0"Anya, ada apa?" tanya Hana saat melihat Anya berlari keluar dari kamar mandi dengan panik.     
0

Wajah Anya masih merah. Ia tidak tahu harus menjawab apa.     

Ia tidak bisa mengatakan pada Hana bahwa Aiden begitu bergairah hingga hampir saja 'memakannya' di dalam kamar mandi. Menyudutkannya ke meja kamar mandi dan …     

Aiden berjalan keluar dari kamar mandi dengan tenang dan memeluk pinggang Anya. "Cepat makan. Ada hal penting yang harus aku 'bicarakan' setelah kita makan."     

Aiden sengaja menekankan setiap katanya dengan tegas, membuat Anya sedikit gemetar.     

Beberapa orang mengatakan bahwa cinta dan bercinta tidak bisa dipisahkan. Karena ada cinta, maka gairah dan keinginan yang luar biasa untuk memiliki pun akan muncul.     

Aiden merasa bahwa dirinya sudah benar-benar terjerumus dan tidak bisa keluar lagi.     

Ia adalah pria dengan kendali diri yang luar biasa. Tetapi setelah bertemu dengan Anya, ia harus berulang kali menahan dirinya, dengan susah payah …     

Istrinya begitu manis sekaligus menawan, membuatnya ingin memilikinya lagi, lagi dan lagi …     

Setelah makan malam, Aiden pergi ke ruang kerjanya untuk mengurusi pekerjaannya terlebih dahulu. Sementara itu, Anya pergi ke ruang parfumnya untuk mempelajari dan mengembangkan parfum barunya yang akan segera diluncurkan.     

Waktu terus berjalan, Anya tenggelam dalam pekerjaannya hingga lupa waktu.     

Aiden beberapa kali datang untuk melihatnya, ingin segera kembali untuk 'berolahraga' bersama dengan istrinya. Tetapi sayangnya, Anya sama sekali tidak mengangkat kepalanya dan bahkan tidak memandangnya.     

Ia mengeluarkan ponselnya untuk memfoto Anya yang sedang fokus bekerja dan mengirimkannya ke grup chatnya bersama dengan Tara dan Nico.     

Setelah melihat foto itu, Tara langsung memuji Anya.     

Tara : Anya tampak sangat cantik sekali saat serius bekerja. Teknik fotografimu sangat luar biasa! Aku terkesan!     

Reaksi Nico saat melihat foto itu berbeda dari Tara.     

Nico : Seperitnya bibiku sedang sibuk bekerja dan pamanku merasa diabaikan. Ia sedang kesal.     

Tara : Aiden tidak sedangkal kamu. Ia bisa melihat sisi terbaik Anya dan membagikannya dengan kita.     

Nico : Jelas sekali ia tidak sangat puas.     

Aiden duduk di depan mejanya, melihat pasar saham dari layar laptopnya. Garis yang melengkung-melengkung terlihat, seperti layar monitor EKG.     

Hari ini, Diana tiba-tiba saja terbangun. Meski ia sudah menyuruh Aiden dan Anya untuk beristirahat, mereka memutuskan untuk menunda perjalanan mereka ke pemandian air panas.     

Anya bilang setelah makan malam, ia akan kembali ke kamar untuk melanjutkan 'olahraga' mereka yang tertunda. Tetapi, ia terlalu sibuk dengan pekerjaannya sehingga melupakan Aiden.     

Aiden setuju untuk melepaskan Galih sebelumnya, tetapi saat ini ia merasa sangat kesal.     

Oleh karena itu, ia mengubah strateginya. Ia tidak menjual saham yang dipegangnya saat ini dan terus menekan harga saham perusahaan Pratama.     

Galih tidak tidur malam ini. Matanya terus terpaku pada layar di hadapannya. Melihat harga saham perusahaannya terus turun, hatinya terasa tegang.     

Pada saat ini, sepertinya bukan rencana yang baik untuk menghubungi Aiden. bagaimana pun juga, Keara lah yang bersalah dan membuat Aiden marah …     

Kalau Aiden bisa menenangkan kemarahannya dengan cara ini, tidak apa-apa Galih kehilangan sedikit uang. Tetapi hanya sedikit saja …     

"Tuan, harga saham terus turun. Apakah Anda ingin membelinya?" tanya asisten tersebut.     

"Beli!" atas perintah Galih, beberapa pegawainya bekerja pada saat yang bersamaan, menginvestasikan banyak uang untuk meningkatkan harga sahamnya.     

Wajah Aiden terlihat sangat tenang saat melihatnya.     

Ia sudah menyuruh anggota perusahaannya di luar negeri untuk menjual saham setiap kali perusahaan Pratama berusaha untuk menaikkan harga saham. Pada akhirnya, harga saham perusahaan Pratama kembali turun meski sudah banyak uang yang Galih keluarkan untuk menstabilkan harga sahamnya.     

Hati Galih seperti berdarah-darah. Kerugian yang ia alami sangat lah besar.     

Keara tidak tahu hal ini. Begitu kembali dari makan malam di rumah Keluarga Atmajaya, ia melihat lampu di ruang kerja ayahnya masih menyala.     

Ia langsung masuk ke dalam ruangan ayahnya dan berkata dengan senang. "Ayah, aku punya berita baik untukmu. Ivan sedang sakit!"     

Galih mengangkat kepalanya dan menatap putrinya dengan dingin. "Tunanganmu sedang sakit. Apakah itu berita yang baik untukmu?"     

"Bukan begitu maksudku. Karena ia sakit dan baru saja menjalani operasi, ia perlu istirahat. Ia tidak bisa menikah denganku sementara waktu ini sehingga aku tidak perlu bingung bagaimana cara membatalkan pertunangan. Ini adalah berita bagus!" kata Keara sambil tersenyum.     

Galih menarik napas dalam-dalam. Ia tidak ingin berbicara dengan putrinya lagi dan langsung melirik ke arah asistennya.     

Asisten tersebut langsung berkata pada Keara. "Nona, Tuan sedang sibuk. Kalau tidak ada yang penting, Anda bisa kembali terlebih dahulu dan beristirahat."     

"Ayah, apa yang sedang ayah lakukan? Mengapa begitu misterius?��� Keara melihat apa yang dikerjakan ayahnya dengan penasaran. Di layar komputer Galih yang besar, saham perusahaan Pratama sedang terpampang. Keara terkejut saat melihatnya. "Apa yang terjadi? Mengapa saham perusahaan kita turun?"     

"Ini adalah akibat kamu membuat Aiden marah. Aku sudah menginvestasikan semua uang untuk membeli rempah-rempah pada kuarter keempat tahun ini, tetapi Aiden masih belum selesai," Galih melotot ke arah Keara. "Lain kali, gunakan otakmu sebelum bertindak."     

"Aku akan meneleponnya sekarang," Keara langsung mengeluarkan ponselnya. Begitu ia hendak menelepon Aiden, asisten Galih langsung mengambil ponsel tersebut atas suruhan Tuannya.     

Asisten itu menaruh ponsel Keara di meja Galih. "Nona, saat ini, lebih baik tidak membuat Tuan Aiden lebih marah lagi. Ketika kemarahannya mereda, ia akan berhenti."     

"Ia memanfaatkan kesempatan!" kata Keara dengan marah.     

"Kalau bukan karena kamu, apakah Aiden akan melakukan hal ini? Kamu lah yang menyerahkan kesempatan ini dengan kedua tanganmu, secara sukarela. Masalah Nadine juga masih belum selesai. Jangan mengganggu Aiden dan Anya lagi lain kali," kata Galih.     

"Ayah, berikan ponselmu kepadaku. Kalau Aiden marah padaku, aku bisa meminta maaf padanya," Keara berjalan menuju ke meja ayahnya, sudah siap untuk mengambil ponsel ayahnya yang berada di meja. Tetapi asisten Galih kembali menghentikannya.     

"Tolong antarkan Keara kembali ke kamarnya. Ia tidak diperbolehkan untuk keluar atau menghubungi siapa pun tanpa seijinku," atas perintah Galih, beberapa pelayan langsung masuk dan membawa Keara keluar dari ruang kerja tersebut.     

"Ayah! Ayah melanggar hak asasiku. Ayah tidak bisa melakukan hal ini!" Keara berteriak dengan panik.     

Namun, Galih mengabaikannya. Melihat kerugian yang dialaminya semakin besar, ia merasa seperti ada bara api di kursinya, membuatnya tidak bisa duduk dengan tenang.     

Aiden sedang menatap layar yang sama saat ini.     

Sebenarnya, ia tidak berniat untuk membeli perusahaan Pratama. Ia hanya berniat memberi pelajaran pada Galih. Setidaknya, lain kali, Galih tidak akan diam saja saat Keara berbuat seenaknya.     

Tindakannya malam ini membuat Galih mengalami kerugian besar.     

…     

Nico baru saja selesai mandi dan melihat grup chat mereka lagi. Namun, tidak ada pesan baru datang dari Anya atau pun Aiden.     

Nico : Paman dan bibi pasti melakukan sesuatu yang nakal sekarang.     

Tara memutar bola matanya dan menegurnya.     

Tara : Nico, manfaatkan kesempatan saat Aiden dan Anya tidak melihatmu. Cepat hapus chatnya. Kalau Aiden tahu, kamu akan mati!     

Nico mengirimkan sebuah stiker tertawa dan kemudian menghapus chat tersebut.     

Tara tersenyum dengan licik setelah melihatnya.     

Tara : Percuma kamu menghapusnya. Aku sudah menyimpannya! Dengarkan perintahku mulai saat ini atau aku akan mengirimkan foto ini pada pamanmu!"     

Begitu Tara mengatakannya, Aiden juga muncul, mengirimkan sebuah foto ke grup.     

Nico memencetnya untuk membuka foto yang dikirimkan Aiden. Senyumnya langsung membeku.     

Apa-apaan ini? Aiden juga mengambil foto chatnya itu!     

Chat itu bahkan tidak bertahan sampai lima menit sebelum ia menghapusnya. Namun, tidak hanya Tara yang mengancamnya, tetapi pamannya juga!     

Nico benar-benar ingin mati. Ia langsung mengirimkan stiker menangis ke grup dan berkata dengan sangat memelas.     

Nico : Paman, maafkan aku! Aku bersalah!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.