Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Kondisi Memburuk



Kondisi Memburuk

0"Sebegitu tidak sabarnya?" suara Aiden terdengar rendah dan sedikit serak saat ia mengulurkan tangan untuk menarik tubuh Anya ke dalam pelukannya.     
0

Matanya memandang tubuh istrinya yang berbalutkan kemeja putihnya, dari atas hingga ke bawah.     

Tenggorokannya terlihat sedang menelan ludah berulang kali sehingga jakunnya naik turun. Tangannya yang berada di pinggang Anya menjadi sedikit lebih kencang.     

Anya hanya bisa menguburkan kepalanya di lengan Aiden dengan malu, tidak berani melihat reaksi Aiden meskipun ia sendiri yang berinisiatif melakukannya.     

Hari ini Anya benar-benar bersalah karena telah mengabaikan Aiden semalaman hingga akhirnya Nico dan Tara pun ikut terlibat. Menenangkan Aiden adalah hal yang paling penting sekarang.     

Anya mengangkat kepalanya dan mengecup dagu Aiden dengan lembut, "Apakah kamu marah?"     

"Mengapa aku harus marah?" Aiden tidak menjawab Anya.     

"Aku terlalu sibuk hingga lupa waktu dan membuatmu menunggu hingga larut malam. Maafkan aku, Aiden. Aku tahu aku salah. Jangan marah padaku, ya?" kata Anya dengan manja di pelukan Aiden.     

"Hmm … Tergantung bagaimana kamu membujukku," kata Aiden dengan suara pelan.     

Ketika mendengarnya, Anya langsung berinisiatif untuk mengecup bibir Aiden, "Apakah ini cukup?"     

Aiden merasa gairah di hatinya semakin membara. Bibir Anya terasa sangat lembut di bibirnya. Ia benar-benar menyukai perasaan ini.     

Namun, ia menahan diri dan berkata dengan dingin, "Tidak cukup. Kamu tidak tulus melakukannya!"     

Anya terdiam sejenak. Ia sudah mengenakan kemeja Aiden dan berinisiatif untuk menciumnya. Apakah ini tidak cukup?     

"Tunggu sebentar. Aku akan mencari tahu apa yang harus aku lakukan di internet," tanpa menunggu reaksi Aiden, Anya langsung berlari keluar dari ruang kerja Aiden dan kembali ke kamarnya.     

Setelah Anya menghilang, bibir Aiden langsung menyunggingkan senyum penuh kepuasan. Ia menantikan apa yang istri kecilnya akan lakukan setelah ini.     

Ia tidak tahu apa yang akan Anya lakukan atau pun seberapa jauh Anya bisa melakukannya …     

Saat memikirkan bahwa Anya sedang menunggunya di kamar, Aiden sudah tidak tertarik lagi dengan grafik saham di hadapannya.     

Ia melirik ke arah harga saham perusahaan Pratama secara sekilas dan memberikan target harga pada timnya di luar negeri. Saat target tersebut tercapai, ia menyuruh timnya untuk menjual semuanya.     

Galih melihat penjualan dalam jumlah besar dan tahu bahwa Anya telah berhasil membujuk Aiden. Ia harus menanggung rasa sakit dan memasukkan semua modal kerjanya ke pasar saham untuk menaikkan harga saham agar Aiden bisa melepaskan semua saham yang ia miliki dan keluar dari permainan ini.     

Sekarang, satu-satunya hal yang bisa ia lakukan adalah dengan meningkatkan harga saham dan memastikan Aiden tidak ikut campur lagi.     

Setelah mengatur semuanya, Aiden pergi dari ruang kerjanya untuk mencari Anya.     

Ketika ia tiba di depan kamar, ia melihat Anya berbaring di tempat tidur. Tubuhnya diselimuti dengan selimut tipis, menunjukkan kaki jenjangnya yang indah.     

Tangannya masih memegang ponselnya dan layarnya masih menyala, menunjukkan sebuah laman web mengenai 'bagaimana cara menggoda suami yang sedang marah'.     

Aiden menghampirinya dan menyadari bahwa meski layarnya masih menyala, ternyata Anya sudah tertidur.     

Ia menepuk pipi Anya dengan lembut, "Anya, bangun!"     

Namun, bukannya bangun, Anya malah menggerutu, "Diamlah. Jangan berisik. Aku mengantuk!" Ia berbalik dan kemudian tertidur lagi.     

Aiden tidak tahu harus menangis atau tertawa. Ia pikir Anya akan mengejutkannya dengan sesuatu saat mengatakan bahwa ia akan mencari cara dari internet. Memang benar Anya mencari informasi tersebut, tetapi ia tidak berniat untuk mempraktekkannya dan malah tertidur!     

Ia hanya membuat Aiden mengharapkan sesuatu yang sia-sia!     

"Bagaimana dengan usahamu untuk menggodaku?" Aiden sengaja mengganggu tidur Anya.     

"Tidak! Tidurlah!" kata Anya tanpa sadar.     

Aiden tidak akan mengampuni Anya setelah semua godaan yang ia lakukan hari ini. Tangannya memegang wajah Anya dan langsung mengulum bibir istrinya yang sedang tertidur.     

Anya merasa kehabisan napas. Wajahnya memerah dan ia langsung terbangun dari mimpinya.     

Melihat wajah tampan Aiden, Anya hanya bisa meringis dengan malu, "Mengapa kamu tidak tidur?"     

"Aku ingin tidur denganmu," Aiden tersenyum sambil menatap bibir Anya. Ia tidak bisa menahan diri untuk tidak mencium bibir merah itu.     

Anya tidak bisa bereaksi sejenak. Ciuman Aiden sangat hangat dan penuh cinta, membuat Anya semakin gugup. Wajahnya merona dan situasi saat ini membuat gairahnya berbanding lurus dengan gairah Aiden.     

Setelah bibir mereka saling mencumbu satu sama lain untuk beberapa saat, akhirnya Aiden melepaskan Anya dari pelukannya.     

Ia memegang dagu Anya dengan tangan besarnya dan matanya terlihat sangat lembut saat menatap mata Anya.     

Anya bisa merasakan dirinya semakin tenggelam dalam mata Aiden yang indah. Wajah mungilnya dipenuhi dengan rona merah muda yang membuatnya tampak menggoda.     

Mata cokelat Aiden terlihat semakin gelap karena gairah. Perasaan yang sama juga membanjiri hati Anya.     

Aiden berkata dengan suara pelan di telinganya. "Kamu sudah berjanji untuk kembali ke kamar dan melanjutkan apa yang ingin kita lakukan di kamar mandi tadi. Sekarang, waktunya untuk menepati janjimu …"     

Suaranya itu serak-serak basah, membuat jantung Anya meleleh tidak karuan.     

Rasanya, ia bisa mendengar detak jantungnya yang gila-gilaan. Napas Aiden yang hangat terasa di telinganya.     

Anya menyukai ini. Berada di pelukan Aiden membuatnya merasa hangat dan aman …     

Wajahnya kembali memerah saat memikirkan apa yang akan mereka lakukan selanjutnya.     

Tubuh tinggi Aiden melingkupi seluruh tubuhnya. Melihat penampilan istrinya yang malu-malu, Aiden merasa jantungnya juga berdebar semakin kencang.     

Aiden terpana saat melihat kecantikan istrinya. Ia benar-benar ingin Anya selamanya berada di pelukannya seperti ini, agar ia bisa selalu merawat dan menjaganya. Memastikan bahwa tidak akan ada yang merenggut Anya dari hidupnya …     

Anya menatap mata Aiden dan terkejut menemukan senyum yang sangat indah dari sudut bibir Aiden. Melihat senyuman yang indah itu, bagaimana mungkin ia tidak ikut tersenyum?     

Ciuman Aiden terasa semakin mesra, seperti sedang meluapkan semua rasa cinta yang ada di dalam hatinya. Anya tidak bisa melawan ciuman semacam itu. Ciuman-ciuman itu membuat kepalanya semakin pusing dan tubuhnya semakin melemah.     

Aiden melepaskan bibir Anya, mengulurkan tangannya untuk merapikan rambut-rambut Anya yang berantakan di dahinya. Dan kemudian, ia mengecup kening Anya dengan lembut.     

"Tara bilang kemungkinan kamu bisa hamil saat ini kecil. Bagaimana kalau aku tidak menggunakan pengaman? Aku tidak ingin ada penghalang di antara kita …"     

Wajah Anya langsung memerah lagi. "Aku … Aku akan mengikuti apa maumu …"     

Pandangan Aiden langsung melembut, menatap Anya penuh dengan perasaan. "Aku akan mengendalikan diriku, agar kamu tidak terlalu kelelahan dan bisa cepat pulih kembali."     

Anya merasa tersentuh dengan perhatian suaminya itu.     

Jelas sekali Aiden adalah pria normal dengan gairah yang sangat tinggi. Tetapi untuk menjaga tubuh istrinya, ia bersedia untuk bersabar.     

Anya tahu betapa kuatnya Aiden dalam 'aspek' tersebut dan ia juga paham betapa sulitnya Aiden untuk menahan diri.     

"Aku akan rajin berolahraga dan makan yang banyak agar tubuhku semakin kuat. Setelah itu, kita bisa memiliki anak yang cantik dan tampan," kata Anya sambil tersenyum.     

Kalimat itu membuat hati Aiden meleleh. Seorang wanita bersedia untuk menahan rasa sakit yang luar biasa untuk memberikan keturunan bagi suaminya. Aiden menyadari betapa kuatnya Anya dan betapa besar rasa cinta istrinya itu kepadanya …     

Aiden menundukkan kepala dan mengulum bibir Anya. Ia melihat mata Anya terlihat berbinar lebih secerah, sebening air danau yang tenang, membuat Aiden ingin memperdalam ciumannya.     

Meski awalnya sedikit malu dan bingung harus berbuat apa, perlahan Anya mengikuti apa yang Aiden lakukan padanya, apa yang suaminya ajarkan kepadanya.     

Malam mereka menjadi semakin panas, diiringi dengan suara desahan dan erangan yang terdengar seperti musik di telinga mereka masing-masing.     

Setelah sesi bercinta mereka yang lembut dan mendayu-dayu, Anya tertidur di pelukan Aiden.     

Aiden yang menggendong Anya dan memandikannya, sementara Anya hanya bersandar di pelukan Aiden. Kelopak matanya seolah sangat malas untuk terbuka.     

Ia benar-benar mempercayai Aiden dan bergantung kepadanya. Saat itu, ia hanya bisa memikirkan satu hal. Ia ingin hidup dan tinggal bersama dengan Aiden untuk selama-lamanya.     

Aiden membawa Anya kembali ke tempat tidurnya. Saat menurunkan tubuh Anya ke tempat tidur mereka, ia bisa melihat rambut panjang Anya terurai dan terjatuh di atas bantal.     

Begitu indah dan menenangkan …     

…     

Anya tertidur hingga waktu menunjukkan pukul sepuluh pagi. Ketika ia terbangun, Aiden sudah tidak ada di sampingnya.     

Ia merentangkan kedua tangannya dan melakukan peregangan agar tubuhnya tidak kaku. Tidak ada yang terasa tidak nyaman di tubuhnya kali ini. hanya pinggangnya sedikit pegal dan kakinya sedikit lemas …     

Begitu ia siap untuk turun dan sarapan, ponselnya tiba-tiba saja berbunyi. Aiden yang meneleponnya.     

"Anya, kondisi ibumu memburuk. Pak Abdi sudah menunggumu di bawah. Cepat pergilah ke rumah sakit," kata Aiden dari telepon.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.