Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Firasat Buruk



Firasat Buruk

0"Asisten Heru? Asisten ayahku?" mata Aiden terlihat tajam mendengar nama itu. Ia tidak menyangka akan mendengar nama itu hari ini.     
0

"Benar. Sampai sekarang Asisten Heru masih melayani Tuan Bima dan sangat setia kepadanya," kata Hadi.     

Mata Aiden terlihat dalam saat menelaah hal-hal yang baru saja ia ketahui ini. Kalau sampai Asisten Heru benar-benar rekan Imel, Bima mungkin sudah tertipu. Atau Bima sebenarnya sudah mengetahui semuanya?     

Setelah itu, ia berkata pada Hadi. "Pak Hadi, aku membawakanmu vitamin. Jagalah kesehatanmu. Aku akan pergi dulu."     

"Tuan, jangan pergi dulu. Biar saya memberikan sesuatu untuk Anda." Tanpa menunggu jawaban Aiden, pria tua itu bergegas masuk ke dalam.     

Beberapa saat kemudian, ia keluar dengan membawa berbagai macam sayuran dan buah-buahan. "Tuan, saya ingat Anda menyukai sayur-sayuran dan buah-buahan ini. Saya yang menanamnya sendiri," kata pria tua itu dengan tersenyum.     

Meski hati Aiden sedingin es batu, pria tua itu bisa membuat hatinya sedikit tersentuh.     

"Pak Hadi, terima kasih banyak. Aku akan menikmati semua pemberianmu." Aiden terlalu canggung dan tidak bisa mengatakan hal yang mengharukan. Tetapi ia benar-benar tulus dan berniat untuk menghabiskan semua pemberian Hadi. Bagaimana pun juga, pria tua yang setia kepada ibunya itu menanam semua ini sendirian dan menghadiahkan kepadanya dengan tulus.     

"Tuan, sekarang saya sudah tua. Saya tidak tahu apakah saya masih bisa melihat Anda menikah dan memiliki anak. Kalau Anda memiliki berita baik, jangan lupa memberitahu pria tua ini," kata Hadi dengan mata berkaca-kaca.     

"Aku sudah menikah. Istriku adalah wanita yang sangat baik. Suatu hari nanti, aku akan membawanya ke sini dan memperkenalkannya pada bapak. Kita bisa makan bersama, memasak barbekyu dan sayur-sayuran hasil tanaman bapak," hibur Aiden pada pria tua tersebut.     

"Saya akan sangat menantikannya," Hadi merasa benar-benar tersentuh. Seperti Nyonya-nya yang sangat baik hati, Aiden juga sebaik ibunya …     

��Jaga kesehatan bapak. Saya akan pulang terlebih dahulu," Aiden berpamitan pada Hadi dan langsung menelepon Harris.     

"Tidak peduli apa pun yang kamu lakukan saat ini, berhentilah. Segera selidiki hubungan antara Asisten Heru dan Imel," perintah Aiden.     

"Tuan, hari ini adalah akhir pekan. Asisten Heru mengajak saya untuk bermain gold dan saya tidak akan bisa membatalkannya," kata Harris.     

"Heru memiliki hubungan dengan Imel. Ia telah berada di samping ayahku selama bertahun-tahun dan sekarang ia mengajakmu untuk bermain golf. Aku rasa ia memiliki tujuan terselubung. Berhati-hatilah," setelah mengatakannya, Aiden menutup teleponnya.     

Heru adalah anak miskin yang dibiayai oleh ayahnya. Setelah lulus, ia bergabung dengan Atmajaya Group dan bekerja sebagai asisten ayahnya. Setelah Ardan mengambil alih pekerjaan ayahnya, Heru bekerja sebagai asisten Ardan.     

Setelah kematian Ardan, Aiden lah yang mengambil alih perusahaan. Namun, Aiden hanya mempercayai Harris sehingga Heru kembali bekerja untuk ayahnya.     

Selama ini, Aiden selalu menganggap Heru sebagai bagian dari Keluarga Atmajaya. Ia memiliki kemampuan yang luar biasa dan selalu setia pada Keluarga Atmajaya.     

Tidak pernah sekali pun Aiden meragukan Heru.     

Namun begitu mendengar bahwa pelayan yang diperkenalkan Heru lah yang membunuh ibunya, Aiden langsung curiga.     

Kalau Heru memang benar memiliki hubungan dengan Imel, maka misteri yang selama ini belum terungkap mulai menunjukkan titik terang.     

Setelah menelepon Harris, Aiden menelepon Nico. "Sekarang kamu tinggal di rumah Keluarga Atmajaya, perhatikanlah gerak-gerik Heru. Kemungkinan besar ia memiliki hubungan dengan Imel."     

"Benarkah?" Ketika mendengar berita itu, Nico tidak bisa mempercayainya.     

"Aku masih tidak tahu pasti apakah benar mereka bekerja sama. Tetapi kalau sampai benar, meski kamu bertunangan dengan Lisa pun, tidak akan ada gunanya," kata Aiden.     

"Kalau begitu aku akan bertarung dengan kakek. Aku akan memaksanya untuk memberikan saham Atmajaya Group sebagai hadiah untukku, entah bagaimana caranya," kata Nico.     

"Suruh ibumu memasak ikan untukmu," kata Aiden, tiba-tiba mengalihkan pembicaraan.     

Nico terdiam sejenak. Ia tidak bisa memahami maksud pamannya. "Paman, bukankah kita sedang membicarakan mengenai pertunanganku? Paman begitu cepat mengubah topik pembicaraan. Apakah bibi sedang ingin makan ikan?"     

"Ikan baik untuk menambah kecerdasanmu. Kamu butuh banyak," jawab Aiden dengan dingin.     

Wajah Nico langsung terlihat pahit. "Paman, ternyata kamu menyindirku! Jangan menyerah padaku. Aku bisa membantumu! Aku akan banyak makan ikan dan juga wortel untuk otak dan mataku," kata Nico dengan serius.     

Bibir Aiden sedikit melengkung dan kemudian ia berkata, "Gunakan otakmu untuk melakukan sesuatu. Kamu bisa mengatakan apa pun padaku. Meski kamu salah, aku akan selalu mengajarimu. Tetapi di luar sana, berpikirlah terlebih dahulu sebelum kamu membuka mulutmu. Mengerti?"     

Nico menjawab sambil tersenyum. "Tentu saja, Paman. Aku seperti ini hanya di depanmu. Di luar aku akan selalu berhati-hati.     

"Baiklah. Berkencanlah dengan Lisa minggu ini," kata Aiden sebelum menutup telepon.     

Maria datang menghampiri Nico sambil membawa sepiring melon dan bertanya, "Siapa yang menelepon."     

"Paman. Ia menyuruhku untuk berkencan dengan Lisa," katanya.     

"Kalau begitu, pergilah," Maria menusuk sepotong melon dengan garpu dan menyuapkannya ke mulut putranya.     

Nico membuka mulutnya dan menggigitnya. Ia memikirkan informasi mengenai Heru yang baru saja diberikan oleh Aiden, "Bu, di mana kakek?"     

"Kakekmu pergi ke luar bersama temannya untuk minum teh," jawab Maria.     

"Ibu, bagaimana menurut ibu mengenai Asisten Heru?" tanya Nico.     

Wajah Maria sedikit berubah dan ia bertanya, "Memangnya ada apa dengannya?"     

Nico mengambil piring dari tangan Maria dan memakan melon tersebut sambil berkata, "Paman penasaran mengenai hubungan antara Heru dan Imel. Jadi aku bertanya padamu."     

"Hubungan antara Heru dan Imel tidak bagus. Awalnya, saat kakekmu ingin menikahi Imel, Heru dan ayahmu sama-sama menentangnya. Pada akhirnya, pernikahan itu tidak terjadi," kata Maria.     

"Baiklah. Kalau ibu ingat sesuatu, katakan kepadaku. Saat ayah masih ada, memang Asisten Heru adalah orang kepercayaannya dan selalu membantu ayah. Tetapi ayah sudah meninggal dan sekarang Paman Aiden lah yang memimpin perusahaan. Paman hanya percaya pada Harris dan ia mencurigai Asisten Heru mengkhianati keluarga kita," Nico mengatakannya sambil memakan beberapa potong melon lagi sebelum meletakkan garpunya.     

"Asisten Heru berbeda dari yang lainnya. Ia sangat setia pada kakekmu dan tidak akan mudah disuap oleh Imel. Tetapi aku akan memperhatikannya. Kalau memang ia benar-benar bekerja sama dengan Imel, kita bisa mempersiapkan diri lebih dulu," kata Maria dengan tenang.     

"Aku tahu ibu bisa mengaturnya. Aku akan pergi berkencan," Nico memanggil salah satu pelayan dan memintanya untuk memetik bunga dari taman. Ia ingin mengirimkan bunga itu untuk Lisa.     

"Mengapa kamu memetik bunga itu dari rumah? Belilah bunga yang segar di toko bunga. Kamu terlihat pelit dan tidak tulus," gerutu Maria.     

"Aku memetik bunga di taman rumah untuk Lisa. Aku akan bilang bahwa ibuku sendiri yang menanam bunga ini. Itu baru namanya tulus," kata Nico dengan acuh tak acuh.     

"Dasar anak ini… Meski kamu berpura-pura, setidaknya kamu harus terlihat tulus!" Maria tidak bisa membiarkannya begitu saja. Ia mengikuti pelayan tersebut dan memilihkan bunga terbaik yang ada di taman.     

Nico melihat ibunya dan pelayan sedang sibuk mempersiapkan buket. Ia mengambil ponselnya dan membuka grup chat untuk mengirim pesan.     

Nico : Tara, pamanku menyuruhku untuk pergi berkencan.     

Tara : Oh, selamat kalau begitu! Kamu akan segera memiliki kekasih baru.     

Anya : Selamat berkencan, semoga kencanmu lancar!     

Nico hanya menghela napas melihat jawaban dari para wanita ini. Apakah mereka tidak tahu kalau ia merasa terpaksa melakukan ini?     

Semua ini demi kebebasannya …     

Ia harus bisa bertahan demi mendapatkan kebebasannya dan bisa hidup wanita yang dicintainya …     

Nico : Bibi di mana?     

Anya : Aku sedang perjalanan ke rumah sakit.     

Saat melihat pesan tersebut, Aiden merasa firasatnya sedikit buruk. Ia merasa tidak nyaman kalau Anya harus pergi sendiri, apa lagi setelah kejadian kemarin.     

Aiden langsung mengirimkan pesan balasan.     

Aiden : Anya, aku akan menemanimu ke rumah sakit nanti. Sekarang pulanglah terlebih dahulu …     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.