Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Tidak Mau Membiarkan Kami Pergi



Tidak Mau Membiarkan Kami Pergi

0Sejak pulang dari menemui Hadi, entah mengapa Aiden merasa tidak tenang. Ia tidak tahu apa yang terjadi dan mengapa ia merasa seperti ini.     
0

Ditambah lagi, setelah pulang ke rumah dan tidak melihat Anya di rumah, ia merasa ada sesuatu yang salah. Anya juga tidak menjawab pesannya di grup sehingga Aiden langsung meneleponnya.     

"Anya, pulanglah dulu. Aku akan menemanimu kembali ke rumah sakit nanti. Kamu hanya bersama satu pengawal saja. Tidak aman bepergian sendirian," kata Aiden.     

"Aku sudah sampai di rumah sakit. Tidak apa-apa. Di rumah sakit banyak dokter dan perawat," kata Anya.     

"Aku merasa tidak nyaman hari ini. Turuti kata-kataku dan cepat pulanglah," kata Aiden.     

Anya tidak mengerti mengapa Aiden bersikap seperti ini. Ia sudah sering pergi ke rumah sakit, bahkan biasanya ia pergi sendirian. Jarak rumah sakit itu tidak terlalu jauh dari rumahnya dan tempat itu sangat ramai.     

Apa yang bisa terjadi di sana?     

"Memangnya ada apa?" tanya Anya dengan heran. Ia sudah dalam perjalanan menuju ke kamar ibunya.     

"Aku hanya merasakan firasat buruk. Aku merasa tidak nyaman kamu pergi sendirian. Kembalilah. Kita bisa ke rumah sakit lagi nanti," Aiden tidak pernah merasa sepanik ini. Firasat buruk di hatinya terasa semakin parah. Ia hanya bisa berharap Anya baik-baik saja.     

Mendengar kepanikan Aiden, akhirnya Anya memutuskan untuk menuruti perkataan suaminya.     

"Baiklah, aku akan pulang sekarang," kata Anya dari seberang telepon.     

"Aku akan menjemputmu," Aiden tetap merasa tidak nyaman meski Anya setuju untuk pulang sehingga ia memutuskan untuk pergi menjemput Anya.     

"Tidak usah. Jarak rumah sakit dan rumah dekat. Tunggu saja aku di rumah dan beristirahatlah," Anya tidak mau Aiden kelelahan hanya karena ingin menjemputnya.     

Aiden berpura-pura tidak mendengar apa yang Anya katakan dan langsung berangkat untuk menjemput istrinya. Saat di perjalanan, Aiden sedikit terjebak macet sehingga ia tidak bisa sampai di rumah sakit secepat biasanya.     

Setengah jam kemudian, Aiden melihat ke arah ponselnya lagi. Tidak ada pesan atau pun telepon dari Anya, sehingga ia memutuskan untuk menelepon istrinya lagi, "Apakah kamu sudah dalam perjalanan pulang?"     

"Aku sedang dalam perjalanan ke tempat parkir. Kebetulan ada seorang nenek yang membutuhkan bantuanku. Ingin membawa makanan untuk cucunya yang dirawat di rumah sakit, tetapi ia kesulitan untuk membawanya sendiri. Saat ini, anaknya sedang mengurus administrasi rumah sakit dan tidak ada yang bisa membantunya. Setelah membantu nenek ini, aku akan segera pulang."     

"Anya, siapa yang menyuruhmu untuk membantu nenek itu? Kalau memang ia sudah tua, ia bisa saja meminta bantuan dari petugas rumah sakit atau orang lainnya. Mengapa harus kamu yang membantunya?" teriak Aiden dengan marah.     

"Aiden? Ada apa denganmu hari ini? Aku hanya berniat membantu nenek ini. Setelah ini aku akan langsung pulang. Lagi pula, kami sekalian menuju ke tempat parkir." Anya merasa kebingungan melihat sikap Aiden seperti ini.     

"Aku ingin berbicara dengan pengawalku," mengetahui bahwa Anya bersikeras untuk membantu nenek tersebut, Aiden memutuskan untuk langsung berbicara dengan pengawalnya.     

"Tuan, kami sedang perjalanan menuju ke tempat parkir kami. Saya memarkirkan mobil di tempat parkir bawah tanah."     

Wajah Aiden langsung sedikit kehilangan ronanya, "Tempat parkir bawah tanah?"     

"Benar, Tuan. Tempat parkir kami berada di lantai yang sama dengan mobil nenek ini," jawab pengawal tersebut.     

"Apakah kamu tidak bisa menyadari bahaya? Tempat itu gelap dan jarang ada orang yang lalu lalang. Bagaimana kalau ada seseorang yang menyergap kalian di tempat tersebut?" Aiden langsung menegur pengawalnya dengan tegas.     

"Saya …" pengawal Aiden memandang nenek tua tersebut dengan sedikit bingung. Sebenarnya sejak awal ia sudah curiga karena biasanya orang akan menggunakan anak-anak atau orang tua sebagai perangkap untuk berbuat jahat. Memang benar nenek ini mengarahkan mereka ke tempat parkiran terujung yang cukup gelap dan tersembunyi.     

"Untuk keselamatan istriku, cepatlah kalian pulang. Aku tidak mau tahu, tinggalkan nenek itu atau bagaimana pun caranya," kata Aiden.     

"Baik, Tuan." Pengawal tersebut menutup telepon dan langsung meminta Anya untuk menuruti permintaan Aiden.     

"Anak muda, tempat parkir mobil anakku sudah sangat dekat. Mengapa kamu hanya menolongku setengah-setengah? Bukankah kamu sudah berjanji ingin membantuku tadi?" kata nenek tersebut.     

Anya memandang nenek itu dengan sedikit malu. Ia memang berniat untuk membantunya, tetapi ia juga tidak bisa menentang permintaan suaminya.     

Tiba-tiba saja Anya teringat kejadian saat seseorang mengejar mobil mereka di jalanan yang sempit dan gelap. Pada saat itu, Anya mengabaikan semua saran dari pengawal tersebut dan memintanya untuk melewati jalan pintas.     

Pada akhirnya, mereka harus menghadapi bahaya dan mobil mereka dihalangi di tengah jalan.     

Agar mereka bisa selamat, pengawal tersebut bahkan menabrakkan mobil mahal Aiden dan membuat badan mobil tersebut penyok.     

Semua karena kecerobohan Anya …     

Setelah itu, Anya berjanji bahwa ia akan selalu mengikuti perkataan pengawal tersebut karena ia sendiri tidak peka terhadap bahaya. Pengawal tersebut tahu lebih banyak darinya …     

Selain itu, Anya juga tidak mau membuat Aiden semakin marah.     

"Nenek, bagaimana kalau aku memanggilkan salah satu petugas rumah sakit untuk membantumu. Aku benar-benar harus pergi sekarang," kata Anya, berusaha membujuk nenek tersebut.     

"Dasar anak muda jaman sekarang. Kalian tadi kan sudah berjanji untuk membantuku, tetapi sekarang sudah sejauh ini kalian malah berniat meninggalkan aku. Apakah kalian sengaja mengerjaiku?" nenek itu bersikeras dan ingin Anya untuk tetap membantunya.     

"Nenek, kami hanya memintamu untuk menunggu sebentar di sini dan kami akan mencarikan orang lain yang bisa membantumu," kata pengawal tersebut, membantu Anya untuk keluar dari situasi ini. Melihat nenek itu terus bersikeras, ia jadi semakin khawatir.     

Anya tahu bahwa pilihan yang paling tepat saat ini adalah meminta bantuan petugas rumah sakit atau orang lain yang lewat di dekat sini. Setelah mendengar kepanikan Aiden, ia tidak mau mengambil resiko.     

Dulu, ia sudah pernah mengalami kejadian yang menyeramkan. Ketakutan yang ada di hatinya itu akan selalu membekas.     

Jika bukan karena telepon dari Aiden, mungkin Anya tidak akan terlalu banyak berpikir. Namun, setelah Aiden memperingatkan bahaya yang bisa terjadi di tempat gelap tersebut, Anya jadi ikut khawatir.     

"Bilang saja kalau kalian memang sengaja mempermainkan aku. Tidak usah banyak alasan seperti ini," gerutu nenek tersebut.     

"Nenek, bukannya kami tidak mau membantu. Tetapi tempat parkir mobilmu terlalu jauh dan gelap. Selain itu, kami sedang terburu-buru. Aku akan tetap bertanggung jawab dan membantumu untuk mencari bantuan dari orang lain," kata Anya.     

"Kalau saja kamu tidak bersedia membantuku sejak awal, pasti ada orang lain yang baik hati yang bersedia untuk membantuku sampai akhir. Tidak membantu setengah-setengah seperti kalian. Apakah kamu tidak takut karma saat mengerjai wanita tua sepertiku?" kata nenek tersebut dengan marah.     

Wajah Anya langsung memucat, terutama saat ia mendengar kata 'karma'. Rasanya ia terlalu sering mendengar kata-kata itu akhir-akhir ini.     

Ia langsung teringat pada ibunya yang terbaring di ranjang rumah sakit …     

Ia benar-benar marah saat mendengar kata-kata itu lagi. Sebenarnya apa kesalahan yang ia lakukan sehingga semua orang menyumpahinya akan mendapatkan karma buruk?     

Anya memandang nenek tua itu dengan dingin sekarang sama sekali tidak berminat untuk membantunya lagi. "Nenek, apa yang kamu lakukan saat ini sama dengan mengatasnamakan moralitas untuk memaksa orang lain membantumu. Bukan tanggung jawab kami untuk membantumu, tetapi kami memang berniat baik. Kami bukannya berniat untuk meninggalkan kamu dan menelantarkan kamu sendiri. Kami bersedia untuk bertanggung jawab dan mencarikan orang lain yang bisa membantumu. Tetapi mengapa kamu bersikeras dan tidak mau membiarkan kami pergi?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.