Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Wanita Ideal



Wanita Ideal

0"Aiden, Anya kedengarannya marah padaku. Mengapa ibunya tiba-tiba kembali koma?" tanya Galih.     
0

"Coba paman tanyakan pada istri dan putri paman. Mungkin mereka tahu apa yang terjadi," kata Aiden dengan dingin, lalu langsung menutup telepon tanpa mengatakan apa pun lagi.     

Anya menatap Aiden dan berkata, "Tiba-tiba aku merasa menyesal."     

Aiden menghampiri Anya dan duduk di sampingnya. Tangannya merangkul pundak Anya dengan lembut dan berkata, "Apa yang kamu sesali?"     

"Aku menyesal kamu mengampuni perusahaan Pratama begitu saja. Kamu mengampuni mereka, tetapi mereka tidak mau melepaskan ibuku," kata Anya dengan sedih.     

Aiden menghela napas saat mendengarnya, "Kejadian kemarin membuat perusahaan Pratama mengira bahwa aku akan mengakuisisi mereka sehingga mereka mengalami kerugian besar. Sementara itu, aku mendapatkan keuntungan lebih banyak 200 juta dibandingkan yang aku kira. Apakah kamu akan lebih sedikit tenang kalau aku memberimu 200 juta itu?"     

Anya menggelengkan kepalanya kuat-kuat.     

"Bagaimana kamu bisa mengatakan hal itu dengan santainya? Itu 200 juta bukan 200 ribu," kata Anya.     

"Semua milikku adalah milikmu," Aiden mengecup pipi Anya. "Apakah kamu ketakutan hari ini?"     

Anya mengangguk dan menyandarkan tubuhnya pada dada Aiden. "Aku takut, tetapi aku tahu kamu akan datang dan menyelamatkanku. Apakah kamu menyesal menikah denganku? Aku hanya bisa menyusahkanmu …"     

"Hmm …" gumam Aiden dengan tidak jelas.     

"Apakah kamu benar-benar menyesal?" wajah Anya terlihat gelisah.     

"Aku menyesal membiarkanmu sendirian hari ini. Kamu tidak tahu betapa khawatirnya aku. Kalau sampai ada sesuatu yang terjadi padamu. Aku tidak akan bisa memaafkan diriku sendiri," suara Aiden terdengar lebih rendah dan dalam, ia mengatakannya dengan sangat serius.     

Tangannya memeluk tubuh Anya dengan erat, takut kalau ia melepaskan pelukannya, istrinya itu akan menghilang.     

Anya merasa hatinya hangat. Ia mengangkat kepalanya dan menatap wajah Aiden. Tangannya terulur untuk membelai pipi Aiden. "Bagaimana bisa aku seberuntung ini? Mendapatkan suami terbaik …"     

"Tidak ada gunanya memujiku. Aku ketakutan setengah mati. Apa kompensasi yang akan kamu berikan kepadaku?" dengus Aiden dengan kesal.     

Anya tertawa kecil mendengar Aiden merajuk. Ia mengulurkan tangan dan memegang bahu Aiden, kemudian memberikan ciuman yang sangat besar pada bibir Aiden.     

Aiden melihat wajah istrinya merona, membuat hatinya terasa sesak.     

Tatapan dari matanya menjadi semakin dalam saat memandang Anya, seolah cintanya pada istrinya itu tidak ada ujungnya,     

Tangan Aiden memeluk tubuh Anya dengan lembut, dari pundak semakin turun menuju pinggangnya. Ia menantikan reaksi Anya dan kemudian menekan tubuh istrinya di atas sofa.     

Tangannya yang lain memegang pipi Anya, mengabaikan segala sesuatu yang ada di sana dan mengulum bibir Anya dengan lembut.     

"Aiden …" Anya menatap wajah Aiden dengan terkejut. Namun, suaminya itu malah memperdalam ciumannya dan menyerang Anya dengan gairahnya yang membara.     

Ia tidak bisa melawan!     

Tangan kecilnya berusaha mendorong pundak Aiden.     

Ia bisa mendengar suara langkah kaki mendekat ke arah sofa. Jantung Anya rasanya ingin copot!     

Bagaimana kalau ada orang yang melihat mereka? Kalau sampai Hana melihat mereka seperti ini, ia akan mati karena malu!     

Anya memukul pundak Aiden sedikit lebih keras, memberitahu bahwa ada orang yang datang.     

Aiden terkekeh dan melepaskannya. Tangannya membelai pipi Anya dengan lembut. "Orang-orang di rumah ini cukup cerdas untuk tidak mengganggu kita."     

"Tidak!" Anya merasa suhu di ruangan tersebut semakin meningkat. Jantungnya berdebar dengan keras dan wajahnya merona tidak karuan.     

"Malu? Ayo kembali ke kamar," Aiden langsung menggendong Anya dan membawanya menuju ke kamarnya.     

Ketika mereka menaiki tangga, Anya bisa melihat Hana melihat mereka sambil senyum-senyum sendiri.     

Anya begitu malu melihat Hana. Ia menguburkan wajahnya di dada Aiden dan menggigit suaminya itu dengan keras.     

"Sakit! Mengapa kamu menggigitku? Biasanya kamu mencakar seperti kucing, mengapa sekarang kamu menggigit seperti anjing?" Sayangnya , Aiden sedang menggendong Anya sehingga ia tidak bisa melakukan apa pun pada istri kecilnya itu. Kalau saja Anya menggigitnya pada saat kedua tangannya terbebas, mungkin akan gantian ia yang 'menggigit' istrinya itu …     

"Aiden! Aku memang bukan anjing!" gerutu Anya dengan kesal.     

"Hmm … Tidak apa-apa kalau kamu anjing sekali pun. Aku akan menjadi serigalanya," Aiden membawa Anya kembali ke kamar mereka, membuka pintu secepat kilat dan menutupnya kembali dengan menggunakan kakinya.     

Kemudian, ia langsung menuju tempat tidur besar mereka.     

Anya menatap wajah tampan Aiden dan tertawa kecil. "Tuan Serigala, bisakah kita tidak bercinta di hadapan para pelayan lain kali? Bagaimana aku bisa berhadapan dengan mereka kalau begini?"     

"Bu Hana akan ikut senang mengetahui hubungan kita sangat baik," Aiden langsung mengulum bibir Anya. "Begitu kuliahmu dimulai, kita akan pindah ke apartemen yang lebih dekat dengan kantor. Kita bisa melakukan apa pun yang kita mau di mana saja."     

"Aku tidak mau pindah," tolak Anya.     

"Kamu tidak mau berdua saja denganku?" mata Aiden memicing saat menatap istrinya.     

"Aku … Aku tidak bisa masak. Kalau kamu tinggal bersama denganku sendiri, kamu akan menderita," kata Anya dengan malu.     

Ia hanya bisa beberapa masakan dasar karena pernah membantu ibunya. Tetapi kalau disuruh memasak sendirian …     

Aiden tertawa mendengarnya, "Pagi kita bisa sarapan di luar. Siangnya kamu bisa makan di restoran pegawai Atmajaya Group. Malamnya, Bu Hana akan mengirimkan makanan atau memasak di tempatkita dan kemudian pulang. Kamu tidak perlu memasak."     

"Aku tidak menyangka tuntutan Tuan Atmajaya pada istrinya serendah itu," canda Anya.     

"Aku tidak akan meminta apa pun darimu. Hanya kamu saja, sudah cukup," kata Aiden sambil menatap mata Anya lurus-lurus.     

Anya terdiam mendengar pernyataan cinta Aiden yang tiba-tiba. Aiden tidak meminta apa pun darinya. Ia saja sudah cukup …     

"Seperti apa wanita idealmu sebelum kamu bertemu denganku?" tanya Anya dengan penasaran.     

"Apakah kamu yakin ingin membicarakan hal itu di saat-saat seperti ini?" tangan Aiden sudah memeluk pinggang Anya, siap untuk menerkamnya.     

"Aku ingin tahu," kata Anya dengan malu, tetapi ia bersikeras untuk menanyakan hal itu.     

Aiden langsung melepaskan tubuh Anya dan berbaring di sampingnya. Ia memikirkan pertanyaan Anya sejenak.     

Sebelum bertemu dengan Anya, ia sama sekali tidak pernah memikirkan pendamping hidupnya.     

"Wanita dan hidup. Itu saja," jawab Aiden.     

"Ha?" Anya tidak bisa mempercayai telinganya. Tipe wanita ideal Aiden adalah wanita dan hidup?     

Itu artinya, Aiden sama sekali tidak peduli siapa yang akan dinikahinya. Menikahi wanita mana pun sama saja sehingga ia tidak banyak berharap.     

Memikirkan hal ini, Anya merasa sedikit kasihan pada Aiden. Kalau mereka tidak bertemu, akankah Aiden menikah tanpa cinta?     

Menikah dan hidup bersama selamanya dengan orang yang tidak kamu cintai adalah hal yang menyedihkan …     

"Nico pikir aku menyukai wanita anggun dan bermartabat yang bisa mengurus masalah rumah tangga dan menjauhkanku dari urusan sepele. Wanita yang bisa menenangkanku saat aku sedang marah dan membantuku untuk kembali pada jalanku saat aku sedang bingung. Saat aku lelah, ia bisa mendukungku. Saat aku depresi, ia bisa menyemangatiku. Nico selalu berpikir aku mencari wanita seperti itu," kata Aiden sambil tersenyum.     

"Padahal, sebenarnya kamu hanya mencari wanita yang bisa membuatmu nyaman dan tidak terbebani. Tetapi aku sering membuat masalah dan menyulitkanmu. Suamiku, aku akan berusaha untuk menjadi istri yang baik," Anya menoleh dan membaringkan sisi tubuhnya di pelukan Aiden.     

Aiden merengkuh pundak Anya, mendekatkan tubuh istrinya ke dadanya. "Aku hanya ingin kamu tetap menjadi dirimu sendiri. Asalkan itu kamu, aku menyukainya."     

"Sudah berapa kali kamu bilang menyukaiku hari ini?" Anya menatap Aiden dengan tersenyum bangga.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.