Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Hasil Tes DNA



Hasil Tes DNA

0Aiden tersenyum dan menatap Anya yang bersandar padanya. Anya tidak tahu betapa paniknya Aiden saat mengetahui bahwa istrinya itu diculik.     
0

Pada saat itu lah, Aiden baru menyadari bahwa Anya sudah benar-benar terukir di hatinya. Mereka benar-benar telah bersatu dan Aiden tidak akan bisa hidup tanpa Anya.     

"Sudah berapa kali kamu bilang menyukaiku hari ini?" Anya menatap Aiden dengan tersenyum bangga.     

"Apakah kamu menyukainya?" tanya Aiden dengan lembut.     

"Aku menyukainya. Berapa kali pun kamu mengatakan bahwa kamu menyukaiku, aku tidak akan pernah bosan mendengarnya. Katakan sekali lagi," Anya menyandarkan kepalanya di dada Aiden, mencari tempat yang lebih nyaman dalam pelukan suaminya. Dan kemudian ia memejamkan matanya.     

Aiden mengecup kening Anya dengan lembut dan berbisik dengan bibir yang masih menempel di dahi Anya. "Anya, aku benar-benar menyukaimu. Tetaplah bersamaku dan jangan pernah pergi meninggalkan aku. Apakah kamu mengerti?"     

"Hmm …" Anya memejamkan matanya, tetapi bibirnya sedikit melengkung, menunjukkan sebuah senyum manis.     

"Tidurlah. Aku akan selalu bersamamu," Aiden mengecup puncak kepala Anya sekali lagi, sementara Anya perlahan tenggelam ke dalam mimpinya.     

Hari ini, ia begitu ketakutan …     

Tetapi sekarang, ia bersyukur bisa kembali ke pelukan Aiden, pelukan yang membuatnya selalu merasa nyaman dan aman. Merasakan ketenangan itu, Anya langsung tertidur.     

Setelah Anya tidur, ponsel Aiden di nakas tiba-tiba saja bergetar. Tirta yang meneleponnya.     

"Aiden, kami sudah menemukan siapa yang meminta sampel darah itu. Ibu Mona Tedjasukmana yang meminta bantuan dokter untuk menjalani tes tersebut, terutama tes pencocokan transplantasi ginjal. Setelah beberapa jam, hasil golongan darahnya akan keluar dan dalam tiga hari hasil kecocokannya akan keluar," kata Tirta dari telepon.     

"Apakah rumah sakit juga memiliki sampel darah Deny? Aku ingin tahu apakah Anya memiliki hubungan darah dengan Deny," tanya Aiden sambil memandang ke arah istrinya yang masih tertidur lelap.     

"Aku akan mengaturnya sekarang. Tidak peduli bagaimana pun hasilnya, aku akan bilang pada Bu Mona bahwa tesnya gagal agar ia tidak memiliki rencana jahat lain untuk mendapatkan ginjal istrimu," kata Tirta dengan tenang.     

"Baiklah. Aku ingin segera mengetahui hasil tes DNA nya secepat mungkin. Tolong rahasiakan hal ini, dari ayahku juga," sebenarnya dalam hati, Aiden sudah menebak-nebak. Tetapi ia tidak berani memikirkannya tanpa ada bukti nyata.     

"Jangan khawatir. Aku tahu apa yang harus aku lakukan," jawab Tirta.     

"Simpan sampel darah Anya untuk tes DNA lainnya," kata Aiden secara tiba-tiba.     

Tirta tidak banyak bertanya, apa rencana dan maksud Aiden sebenarnya. Ia langsung melakukan apa perintah Aiden.     

Sebenarnya, Aiden khawatir jika hasil tes DNA itu menunjukkan bahwa Anya tidak berhubungan darah dengan Deny. Kalau sampai itu terjadi, artinya Anya membutuhkan tes DNa lainnya untuk memastikan hubungan darah antara Anya dan ibunya.     

Diana bersikeras mengatakan bahwa ia tidak pernah mengkhianati Deny dan Anya adalah putri Deny. Sementara itu, menurut penyelidikan Harris, Diana dan Galih tidak pernah berselingkuh dan tidak mungkin memiliki anak.     

Kalau Anya bukan putri Deny, kemungkinan besar ia juga bukan putri Diana.     

Anya tertidur hingga jam delapan malam. Ketika ia bangun, ia melihat Aiden sedang duduk di tempat tidur sambil memandang wajahnya lekat-lekat.     

"Mengapa kamu menatapku seperti itu? Menyeramkan …" Anya merentangkan seluruh tubuhnya.     

"Aku memandangmu karena aku ingin memakanmu," Aiden memegang dagu Anya, membuat mereka saling bertatapan.     

Anya tertawa melihatnya. "Aku tahu aku cantik, tetapi aku sangat lapar. Bisakah kita mengisi perutku dulu?"     

"Tidak, aku duluan," Aiden tidak menunggu jawaban Anya dan langsung mencium bibir Anya.     

Tubuhnya langsung menekan tubuh Anya, membuat Anya merasakan kulitnya yang sangat panas seperti terbakar.     

Ciuman mereka menjadi semakin panas dan semakin panas. Tetapi Anya merasa ciuman itu benar-benar manis, rasanya seperti gulali.     

Aiden melihat reaksi Anya di dalam pelukannya. Ia tahu istrinya itu merasakan gairah yang sama dengannya. Tetapi mengingat kembali kejadian yang terjadi hari ini, Aiden merasa bahwa Anya butuh istirahat.     

Kalau tidak, ia benar-benar akan melahapnya sekarang juga …     

Pada akhirnya, ia melepaskan Anya dengan tatapan enggan.     

Anya melihat kening Aiden berkeringat. Wajahnya yang tampan terlihat tegang karena menahan diri. Hatinya langsung meleleh melihat suaminya yang berusaha keras menahan diri demi dirinya.     

"Apakah sesulit itu untuk menahannya?" tanya Anya sambil tertawa kecil.     

"Coba tertawalah lagi," dengus Aiden. Kalimat itu seperti ancaman. Kalau Anya sampai tertawa lagi, ia benar-benar tidak akan menahan diri.     

Anya langsung berhenti tertawa dan berlari ke kamar mandi, menghindari suaminya yang sudah siap menerkamnya.     

…     

Setelah makan malam, jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Anya ingin pergi ke rumah sakit karena ia tidak sempat mengunjungi ibunya tadi.     

Aiden merasa tidak tenang sehingga ia memutuskan untuk menemani Anya kali ini.     

Anya duduk di pinggir tempat tidur Diana, memegang tangan ibunya dan menceritakan banyak hal. Tetapi ibunya sama sekali tidak bereaksi.     

Ponsel Diana yang berada di lemari tiba-tiba saja bergetar, menandakan bahwa baterainya akan habis dan perlu diisi lagi.     

Anya membuka lemari itu dan membuka layar ponsel itu setelah memasangkan charger. Tanpa sengaja, tangannya menyentuh layar dan menunjukkan catatan panggilan sebelumnya.     

"Aiden, kemarilah …" panggil Anya.     

Aiden menghampiri Anya dan melihat istrinya itu sedang memegang ponsel Diana di tangannya, "Ada apa?"     

"Catatan panggilan di ponsel ibuku. Ibuku menelepon seseorang. Kalau dilihat waktunya tidak lama setelah kunjungan Bibi Indah dan Keara," kata Anya.     

Aiden mengeluarkan ponselnya, menelepon nomor yang ada di catatan panggilan terakhir Diana dan menemukan bahwa panggilan itu terhubung dengan Rumah Sakit Ibu dan Anak Kasih.     

"Apakah kamu lahir di Rumah Sakit Ibu dan Anak Kasih?" tanya Aiden secara tiba-tiba.     

"Iya. Apakah telepon itu dari Rumah Sakit Ibu dan Anak Kasih?" Anya menatap ponsel ibunya dengan bingung. "Mengapa ibuku menelepon Rumah Sakit Ibu dan Anak Kasih? Apa yang sebenarnya Bibi Indah dan Keara katakan padanya?"     

Aiden tidak menjawab, tetapi ia menunjukkan sesuatu pada Anya. Hasil tes DNA. "Lihat ini."     

"Ini … Hasil tes DNA siapa?" tanya Anya.     

"Kamu bukan putri dari Deny. Tadi pagi, orang yang mengambil sampel darahmu mencocokkannya dengan Deny untuk transplantasi ginjal, tetapi hasilnya gagal. Itu sebabnya aku menyuruh rumah sakit untuk melakukan tes DNA. Tadi sore kamu masih tidur, sehingga aku tidak sempat mengatakannya padamu," kata Aiden.     

Kepala Anya terasa berdengung. Tubuhnya sedikit oleng sehingga ia memegang meja yang ada di sampingnya. Dengan sigap, Aiden langsung menopang tubuh Anya.     

Ia bukan anak ayahnya. Ia tidak memiliki hubungan darah dengan keluarga Tedjasukmana. Bagaimana mungkin?     

"Mungkin hasilnya salah …" kata Anya dengan suara gemetaran.     

"Hasilnya tidak mungkin salah, Anya. Aku sarankan kamu dan ibumu juga melakukan tas DNA," kata Aiden.     

Anya langsung menggelengkan kepalanya. "Tidak! Aku adalah putri ibuku. Aku terlahir dengan indera penciuman seperti ibuku karena ibuku adalah parfumeur terkenal. Tidak mungkin salah. Aku yakin ibuku tidak akan mengkhianati ayahku. Pasti ada sesuatu yang salah."     

"Kalau kamu ingin tahu apakah ada sesuatu yang salah, lakukan tes DNA itu. Kalau kamu memang yakin kamu adalah putri ibumu, mengapa kamu harus takut?" kata Aiden.     

Anya mengangkat wajahnya dan menatap Aiden dengan mata yang mulai basah. "Bagaimana kalau aku bukan putri ibuku?"     

"Mengapa kamu berpikir seperti itu?" tanya Aiden dengan lembut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.