Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Tidak Ada Hubungan Darah



Tidak Ada Hubungan Darah

0"Mengapa kamu berpikir seperti itu?" tanya Aiden dengan lembut.     
0

"Ibuku tidak pernah mengkhianati ayahku. Kalau aku bukan putri ayahku, maka aku juga bukan putri ibuku. Lalu siapa sebenarnya aku?" air mata mengalir di wajah Anya.     

Aiden tidak tahu bagaimana harus menghibur Anya. Diana bersikeras mengatakan bahwa Anya adalah putri Deny. Kalau memang yang ia katakan itu benar, berarti Anya mungkin tidak memiliki hubungan darah dengan Deny maupun Diana.     

Ia memeluk tubuh Anya dengan lembut dan berkata dengan sabar. "Kita bisa mengetahui semuanya setelah memastikannya. Setelah hasilnya keluar, mungkin kamu akan tahu mengapa ibumu jatuh koma lagi."     

"Aku sudah tidak punya siapa pun. Kalau ibuku ternyata bukan ibuku, aku akan …"'     

"Kamu masih punya aku," Aiden menundukkan kepalanya untuk mengecup puncak kepala Anya, kemudian kelopak matanya dan air matanya. "Jangan menangis. Aku akan selalu ada di sampingmu."     

Anya menatap ibunya yang masih terbaring di tempat tidur. Air matanya masih menetes saat ia bertanya, "Kapan hasilnya akan keluar kalau aku menjalani tes itu sekarang?"     

"Mungkin besok pagi …" jawab Aiden.     

Anya terdiam sejenak, menimbang-nimbang apakah ia harus melakukannya. Baginya ini adalah keputusan yang besar.     

Akhirnya ia berkata, "Baiklah. Aku setuju untuk menjalani tesnya."     

Aiden menganggap masalah ini adalah masalah yang serius sehingga setelah menyuruh seorang perawat mengambil darah Anya dan Diana, ia sendiri yang mengantarkannya ke Rumah Sakit Dartha.     

Sekitar jam sebelas malam, Anya dan Aiden tiba di parkiran bawah tanah rumah sakit. Sebelum berangkat ke Rumah Sakit Dartha, mereka mengganti pakaian mereka dengan pakaian yang lebih sederhana, supaya tidak ada orang lain atau media yang tahu mengenai masalah ini.     

Karena bagaimana pun juga, masalah ini melibatkan keluarga yang berpengaruh di kota ini …     

Mereka juga menggunakan mobil dengan plat nomor yang palsu untuk menghindari deteksi dari orang lain.     

Bulan ini, bulan september. Cuaca masih sedikit panas, belum memasuki musim hujan. Tetapi entah mengapa, Anya merasa kedinginan.     

Tirta mengatakan bahwa sampel darah mereka telah dikirimkan ke laboratorium dan butuh waktu delapan jam untuk mendapatkan hasilnya. Sehingga ia menyuruh Anya dan Aiden pulang untuk beristirahat.     

Aiden merasa seluruh tubuh Anya menegang karena memikirkan hasil tes tersebut. Ia menggenggam tangan Anya dengan lembut dan berkata, "Ayo kita pulang dulu. Besok pagi kita bisa kembali lagi ke sini."     

"Aku ingin menunggu di sini. Aku tidak ingin pulang," Anya menggelengkan kepalanya dan menolak untuk pulang.     

Melihat hal ini, Tirta berkata, "Ada kamar VIP yang sudah dipesan untuk Keluarga di lantai teratas. Kalian bisa menginap di kamar tersebut semalam. Begitu hasilnya keluar, aku akan langsung memberitahu kalian."     

Aiden menuruti Anya yang bersikeras ingin menunggu hasilnya dan memutuskan untuk menginap semalam di rumah sakit tersebut.     

Aiden dan Anya beristirahat di kamar rumah sakit lantai teratas, namun Anya sama sekali tidak bisa memejamkan matanya. Aiden hanya bisa memeluknya dan menyandarkan kepalanya di kepala ranjang, menantikan hasil tes tersebut.     

"Apa yang akan kamu lakukan jika hasilnya tidak sesuai dengan keinginanmu?" tanya Aiden.     

"Aku benar-benar berharap hasilnya sesuai dengan keinginanku. Aku berharap aku memang benar putri ibuku. Meski hasilnya tidak sesuai keinginanku sekali pun, aku tetap putri ibuku," kata Anya dengan suara pelan.     

"Kalau itu yang terjadi, apakah kamu ingin mencari mereka?" Aiden tidak mengatakannya secara langsung, tetapi Anya bisa mengerti siapa 'mereka' yang Aiden maksud.     

Orang tua Anya yang sebenarnya …     

Anya menggigit bibirnya dan berpikir cukup lama. Akhirnya, ia menjawab, "Ibuku tidak memiliki siapa pun di dunia ini selain aku dan ia tidak bisa kehilangan aku lagi. Meski aku bukan putri ibuku, aku tidak akan meninggalkan ibuku hanya untuk mencari orang tua kandungku. Aku tidak mau mengkhianati ibuku."     

"Kamu tidak ingin mengenal orang tua kandungmu?"     

Ekspresi Anya terlihat kosong. "Aku tidak ingin mencari mereka."     

Aiden tidak banyak berbicara lagi, karena ia takut Anya menjadi bingung.     

Anya benar-benar berharap bahwa ia adalah putri ibunya.     

Kalau hasilnya keluar dan ternyata ia bukan putri ibunya, lalu siapa dia sebenarnya? Indah pernah kehilangan putrinya dan Anya sangat mirip dengan Keara …     

Bukankah itu sangat mudah untuk disimpulkan? Meski demikian, Anya tidak mau memikirkannya.     

Hari semakin subuh, akhirnya Anya terlelap di pelukan Aiden karena terlalu kelelahan.     

…     

Tepat pukul lima pagi, seseorang mengetuk pintu kamar mereka. Anya masih tertidur dengan lelap. Karena kelelahan dan kepikiran mengenai masalah hasil tes ini, ia tidak bisa tidur hingga subuh.     

Sementara itu, Aiden sudah terbiasa terjaga sehingga mendengar suara ketukan pintu yang pelan saja, ia langsung membuka matanya dengan waspada.     

Anya masih berada di pelukannya. Ia perlahan mengangkat tangannya dan meletakkan kepala Anya di bantal, kemudian menyelimuti tubuhnya.     

Aiden berjalan keluar dari kamar tersebut dan melihat Tirta sedang berdiri di koridor. Ia menatap wajah Aiden dengan sedikit canggung. "Hasilnya sudah keluar."     

"Tidak ada hubungan darah?" Aiden mengetahuinya hanya dengan melihat ekspresi di wajah Trita.     

"Benar. Anya tidak memiliki hubungan darah dengan Deny maupun Diana," kata Tirta dengan serius. Kemudian, ia memberikan laporan hasil tes tersebut pada Aiden.     

Aiden membacanya secara sekilas dan kemudian berkata dengan suara serius, "Aku ingin membuat hasil tes yang baru. Katakan saja bahwa Anya memiliki hubungan dengan Diana, tetapi tidak berhubungan darah dengan Deny."     

"Aiden, apakah kamu tidak mau memberitahu yang sebenarnya pada Anya agar ia bisa mencari tahu keberadaan orang tuanya?" tanya Tirta dengan terkejut.     

"Aku sudah berbicara dengannya kemarin malam. Ia tidak akan pergi meninggalkan ibunya, bagaimana pun hasilnya. Meski hasilnya tidak sesuai harapannya, ia tidak mau mencari orang tuanya karena ia merasa itu adalah pengkhianatan terhadap ibunya yang telah merawatnya sejak kecil," kata Aiden.     

Tirta berdeham pelan dan berkata, "Indah juga kehilangan putrinya. Anya tampak sangat mirip dengan Keara. Apakah mungkin …"     

"Aku saja sudah cukup bagi Anya," sela Aiden.     

"Baiklah," Tirta tidak banyak bertanya dan langsung melakukan apa yang Aiden inginkan.     

Pagi itu sangat tenang. Setelah Tirta pergi, Aiden kembali ke kamarnya, kembali ke tempat tidur seolah tidak ada sesuatu yang terjadi. Ia kembali memeluk Anya ke dalam pelukannya.     

Lebih dari pukul tujuh pagi, Anya bangun dari tidurnya dan menemukan Aiden masih tertidur di sambil memeluknya. Ia menggoyang tubuh Aiden dengan pelan, "Aiden, bangun …"     

Aiden membuka matanya dengan malas dan bertanya dengan suara rendah, "Apakah ada yang datang?"'     

"Belum, apakah hasilnya belum keluar?" Anya mengambil ponselnya yang berada di meja dan melihat jam "Kemarin tesnya dilakukan jam 11 malam. Kalau butuh waktu delapan jam, seharusnya hasilnya akan segera keluar."     

Begitu mengatakannya, Anya mendengar suara ketukan pintu, "Tuan, hasilnya sudah keluar."     

"Hasilnya keluar!" Anya langsung menyampirkan selimutnya dan turun dari tempat tidur dengan tergesa-gesa.     

"Cuci wajahmu dulu di kamar mandi," kata Aiden.     

Anya langsung berhenti bergerak. Kalau Aiden tidak mengingatkannya, ia mungkin akan langsung berlari keluar dengan terburu-buru, tanpa memedulikan rambutnya yang acak-acakan.     

Anya memandang suaminya dan menyadari bahwa kemeja Aiden juga terlihat kusut. Rambutnya yang acak-acakan hanya disisir dengan menggunakan jari.     

Begitu selesai mempersiapkan diri, mereka segera keluar dari kamar tersebut. Sementara itu, seseorang langsung membersihkan kamar tersebut karena kamar tersebut akan digunakan oleh Ivan.     

Ditemani oleh Aiden, Anya pergi untuk melihat hasil tes DNA nya. Saat hendak memasuki ruangan, tiba-tiba saja ia berhenti melangkah.     

"Aiden, aku … Aku tidak berani," Anya merasa semakin panik. Ia takut melihat hasilnya.     

Dan ia lebih takut lagi kalau sampai ia bukan putri ibunya …     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.