Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Nyonya



Nyonya

0"Ketika Tuan Ivan pulang ke Indonesia, Nyonya Imel tiba-tiba saja ingin menikah dengan Tuan Bima. Jadi, Aiden pergi ke rumah ibunya untuk mencari tahu mengenai kematian ibunya. Ia ingin memastikan apakah kematian ibunya ada hubungannya dengan Nyonya Imel atau tidak," kata Hana.     
0

Anya terdiam sejenak mendengarnya.     

Sudah lebih dari sepuluh tahun berlalu. Tidak mudah untuk menyelidiki sesuatu yang berlalu begitu lama. Waktu sudah mengubur semuanya …     

"Apakah ada informasi yang ia dapatkan?" tanya Anya.     

"Pelayan yang berjaga saat malam kematian ibu Aiden diperkenalkan oleh Asisten Heru, asisten Tuan Bima. Pelayan itu juga meninggal setelah Nyonya Besar meninggal. Akhir-akhir ini, Harris sedang menyelidiki Asisten Heru, terutama karena takut pria itu memiliki hubungan dengan Nyonya Imel," Hana menceritakan semua yang ia tahu pada Anya.     

"Asisten Heru adalah pria dengan kacamata berbingkai emas yang berdiri di samping ayah. Ia adalah pria yang pendiam," Anya tidak memiliki kesan yang jelas mengenai Heru karena pria itu tidak banyak berbicara. Ia hanya mengikuti Bima ke mana pun Bima pergi dan keberadaannya tidak terasa sama sekali.     

"Benar. Asisten Heru memang tidak suka berbicara. Tetapi ia sangat setia pada Tuan Bima," kata Hana.     

Anya mengangguk. Ia tidak seberapa memahami Keluarga Atmajaya. Selain itu, ia juga baru bertemu Asisten Heru satu kali, saat datang ke pesta ulang tahun Bima.     

Tetapi Anya bisa memahami kekhawatiran Aiden. Kalau sampai pria yang selalu berada di sisi Bima ternyata merupakan rekan Imel, itu akan menjadi masalah yang sangat besar.     

Sebagai istri Aiden, ia merasa kecewa karena tidak bisa membantu Aiden, bahkan untuk sekedar berbagi cerita. Ia malah selalu menyusahkan suaminya …     

…     

Setelah sarapan, Anya duduk di sofa ruang keluarga dan menelepon Harris.     

"Harris, apakah kamu sedang sibuk?" tanya Anya dengan hati-hati.     

"Apa yang bisa saya lakukan untuk Anda, Nyonya?" jawab Harris.     

"Aku ingin menjual taman ibuku. Bisakah kamu membantuku untuk mengurus prosedurnya sesegera mungkin? Dan ada satu hal lagi. Apakah Aiden sudah bilang padamu bahwa aku berniat untuk menjual rumah Keluarga Tedjasukmana?" tanya Anya.     

"Pengacara Eddy sudah mengurus masalah taman dan akan segera menghubungi Anda dalam minggu ini. Saat ini, rumah Keluarga Tedjasukmana sedang direnovasi. Rumah itu rusak cukup parah dan tidak bisa dijual dalam waktu dekat," jawab Harris dengan jujur.     

Anya terdiam sejenak. Setelah Mona terluka saat itu, Aiden langsung membawanya pulang. Ia tidak tahu apa yang terjadi. Mengapa rumah itu tiba-tiba rusak?     

"Apakah Raka dan Natali bersekongkol untuk menghancurkan rumah itu?" tanya Anya dengan dingin.     

"Setelah mereka berdua mengemasi barang dan pergi dari rumah, ada kebocoran gas dari dapur. Sebuah ledakan terjadi sehingga menghancurkan rumah itu," kata Harris.     

"Natali …" Anya menggeram sambil menggertakkan giginya.     

Setelah Natali dan Raka pergi, ada kebocoran gas yang menyebabkan ledakan. Natali pasti sengaja melakukannya.     

"Malam itu, Tuan sudah mengatur orang untuk mengirimkan perabot yang Anda beli. Orang-orang yang memindahkan barang itu akhirnya terluka dan masih berada di rumah sakit hingga sekarang," kata Harris. "Nyonya, kalau Anda ingin menjual rumah itu dan memberikan setengahnya untuk Tuan Deny. Saya sarankan untuk menghitung harga perbaikan dan juga biaya perawatan agar mereka juga ikut menanggungnya."     

"Baiklah kalau begitu. Aku akan mengajak Pengacara Eddy untuk menyelesaikan ini dengan ayah," Anya berhenti sejenak ketika ia mengatakan kata ayah.     

Denu bukan ayahnya. Ia merasa sedikit aneh saat mengatakan kata ayah karena ia tidak tahu siapa sebenarnya ayahnya ..     

"Nyonya, Tuan sudah selesai rapat. Apakah Anda ingin berbicara dengannya?" tanya Harris.     

"Tidak usah. Aiden sedang sibuk. Biarkan ia bekerja saja," Anya menutup teleponnya. Saat ia hendak naik ke kamarnya, ia mendengar bunyi bel dari depan.     

Hana sedang sibuk di dapur dan para pelayan lain sedang sibuk membersihkan rumah. Hanya Anya yang berada di dekat pintu. Ia bangkit berdiri dan berjalan ke arah pintu depan.     

Dari interkom, Anya bisa melihat bahwa Deny lah yang sedang berdiri di depan pintu rumahnya.     

Anya merasa heran dengan kedatangan ayahnya. Ia tidak tahu mengapa ia datang.     

"Siapa yang datang, Anya?" tanya Hana. Ia bergegas keluar dari dapur begitu mendengar suara pintu berbunyi.     

"Ayahku," jawab Anya dengan suara pelan.     

"Aku akan membuatkan teh untuk kalian," kata Hana. Ia bisa merasakan ketidaknyamanan Anya.     

Anya membukakan pintu untuk ayahnya dan berjalan keluar untuk menemuinya.     

Deny datang dari gerbang depan. Sekarang rambutnya telah penuh dengan uban. Ia tampak tua dan layu termakan penyakitnya.     

"Anya, ayah dengar kamu diculik. Apakah kamu baik-baik saja?" tanya Deny dengan khawatir. Begitu masuk ke rumah Anya, itu adalah hal pertama yang ia tanyakan.     

Baru pertama kali ini Anya mendengar Deny mengkhawatirkannya …     

Anya menatap Deny dengan ekspresi yang rumit. Saat ini, Deny tidak tahu bahwa ia bukanlah putrinya.     

Namun, Anya sudah tahu bahwa pria yang ada di hadapannya itu bukan ayahnya. Ia tidak tahu harus menghadapinya seperti apa.     

"Apa yang bisa aku lakukan untukmu? Mengapa kamu datang hari ini?" tanya Anya dengan ekspresi datar.     

"Karena kasus penculikanmu, kamar rumah sakit ibu tirimu sedang diawasi oleh polisi. Ia masih terluka dan polisi malah mengejarnya sehingga tidak bisa beristirahat dengan tenang. Bisakah kamu menyuruh polisi itu untuk pergi sementara?" tanya Deny.     

Awalnya Anya merasa sedikit tersentuh karena Deny mendengar berita bahwa ia diculik dan peduli padanya sehingga langsung datang untuk mencarinya.     

Tetapi sekarang ia menyadari bahwa ia hanya terlalu berkhayal. Deny tidak memedulikannya. Ia hanya peduli pada istrinya saat ini …     

"Bu Mona menyuruh seseorang untuk menculikku. Kalau Aiden tidak datang tepat waktu, mungkin aku sudah mati. Ia mengambil darahku untuk melakukan tes kecocokan ginjal. Kamu tahu betul apa yang istrimu lakukan," kata Anya dengan dingin.     

Deny duduk di sofa sambil bertanya. "Anya, ayah sudah bilang kalau kamu tidak mau mendonorkan ginjalmu, ayah tidak akan memaksa. Sepertinya ada kesalahpahaman."     

"Tuan Deny, silahkan tehnya," Hana datang menghampiri dan tidak meninggalkan ruangan tersebut. Ia berdiri di sudut untuk menemani Anya.     

Sementara itu, Anya masih berdiri di depan sofa. Bahkan ia tidak mau untuk duduk dan berbicara dengan Deny.     

"Hasil tes Natali sudah sesuai denganmu. Kalau kamu memang terburu-buru untuk dioperasi, kamu sebenarnya bisa memintanya untuk mendonorkan ginjalnya. Tetapi kamu tidak rela melihat putri kesayanganmu menderita. Kamu tidak perlu mencariku lagi. Tes kecocokan yang dilakukan padaku gagal," Anya mengatakannya dengan sangat dingin. Ia benar-benar sudah tidak peduli lagi dengan pria di hadapannya.     

Sebelumnya, meski Deny memperlakukannya dengan buruk sekalipun, Anya masih mencintainya karena ia adalah ayahnya.     

Namun setelah menyadari bahwa mereka tidak berhubungan darah, kemarahan yang Anya rasakan selama ini seolah meluap.     

Wajah Deny terlihat murung. Ia sudah mendengar mengenai hasil tes kecocokan mereka yang gagal. Ia juga tahu bahwa istrinya menyuruh seseorang untuk menculik Anya agar putrinya tidak perlu menjalani operasi.     

Tetapi apa hasilnya?     

Tes itu gagal. Dan mereka juga membuat masalah dengan Aiden.     

"Anya, bisakah kamu memaafkan ibu tirimu?" tanya Deny.     

"Memaafkannya? Apakah ia berniat untuk melepaskanku? Kalau Aiden tidak menyelamatkanku, Bagaimana dengan nasibku? Kalau tesnya berhasil, mungkin kalian akan mengambil ginjalku dan membunuhku. Kalau tesnya gagal, aku juga tetap akan mati," teriak Anya.     

Wajah Deny memucat. Ia tidak berpikir sampai kesitu karena ia hanya memikirkan dirinya sendiri.     

Ia juga membenci kekejaman istrinya. Tetapi ia juga mencintai istrinya itu …     

"Anya, orang yang menculikmu bukan ibu tirimu. Kami memang sedang mencari donor ginjal. Ia mengetahui bahwa ada sampel darah yang memiliki tingkat kecocokan tinggi sehingga ia meminta bantuan temannya untuk mengujinya. Tetapi bukan dia yang menculikmu," Deny berusaha untuk menjelaskan.     

"Lebih baik kamu menjelaskannya ke polisi. Jangan kepadaku." Dengan wajah tanpa ekspresi, Anya berkata pada Hana. "Bu Hana, tolong antarkan tamunya pulang."     

Hana yang melihat dari kejauhan langsung menghampiri begitu mendengar kata-kata Anya. "Tuan Deny, nyonya sangat ketakutan kemarin dan sekarang ia butuh banyak istirahat. Tolong jangan ganggu istirahat nyonya."     

"Nyonya?" Deny terperangah mendengarnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.