Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Anak Haram



Anak Haram

0"Nyonya?" tanya Deny dengan bingung.     
0

"Tuan dan nyonya sudah menikah cukup lama. Seharusnya Anda mengetahuinya sejak ia datang ke pesta ulang tahun Tuan Bima. Keluarga Atmajaya tidak akan membiarkan begitu saja kalau nyonya sampai terluka. Kali ini, Anda bersikeras untuk melindungi istri Anda. Itu sama saja dengan melawan seluruh Keluarga Atmajaya. Wanita yang istri Anda celakai bukan Anya, tetapi menantu ketiga dari Keluarga Atmajaya, istri presiden direktur Atmajaya Group saat ini," Hana melangkah maju dan membela Anya.     

"Bu Hana …" Anya memanggil Hana dengan suara pelan, memintanya untuk berhenti.     

Namun, sepertinya Hana belum selesai. Ia bahkan tidak memanggil nama Anya seperti biasanya, tetapi sengaja memanggilnya dengan sebutan 'Nyonya' dan terus menegaskannya.     

"Nyonya, saya tidak bisa menahan diri meski mereka adalah keluarga Anda. Mereka berniat melukai Anda. Anda tidak boleh terlalu pemaaf. Biarkan mereka tahu siapa yang sedang mereka lawan saat ini. Karena Anda adalah bagian dari Keluarga Atmajaya, sebaiknya Anda memberitahu mereka semua dan membuat mereka sadar diri."     

Hana mengatakannya dengan sangat lancar dan tegas. Ia menasehati Deny untuk tidak menantang Aiden lagi .     

"Kamu sudah menikah?" tanya Deny dengan tidak percaya.     

Selama ini, ia selalu menyayangi Natali, apalagi Natali sekarang bertunangan dengan Raka. Namun, setelah mengetahui hal ini, Deny baru menyadari bahwa ia memilih putri yang salah!     

Jelas sekali Anya jauh lebih 'berharga' dibandingkan Natali.     

"Ibuku meninggalkan pesan padaku sebelum jatuh koma lagi. Ia berniat menjual rumah Keluarga Tedjasukmana dan memberikan setengah uangnya untukmu. Mulai saat ini, ia sudah tidak ada hubungan lagi denganmu," kata Anya dengan dingin.     

Deny langsung panik dan berkata, "Anya, kamu harus percaya pada ayah. Ayah tidak pernah berniat untuk melukaimu. Aku akan mencari tahu siapa yang menculikmu. Kalau benar-benar wanita itu yang melakukannya, aku tidak akan membantunya lagi."     

Dalam hati Anya mencibir. Sebelumnya, ia memanggil Mona dengan sebutan ibu tirimu, istriku, dan sebutan kesayangan lainnya. Tetapi begitu Deny tahu bahwa Anya sudah menikah dengan Aiden, ia langsung mengubah sebutannya menjadi 'wanita itu'.     

Ini lah ayahnya. Seperti angin yang berbalik dengan cepat, mengikuti arus.     

Awalnya, ia merasa sedikit tertekan karena Deny ternyata bukan ayahnya. Tetapi sekarang ia merasa jauh lebih beruntung.     

"Kamu adalah ayah Natali. Aku tidak punya ayah. Putrimu, Anya, sudah mati di tanganmu sepuluh tahu yang lalu," Anya berbalik dan berjalan kembali ke kamarnya.     

Ia tidak mau berbicara lagi dengan Deny. Anya benar-benar mengenal ayahnya. Setelah tahu bahwa Anya adalah menantu Keluarga Atmajaya, Anya sudah bisa menebak apa yang akan Deny lakukan selanjutnya.     

Deny akan mengambil inisiatif untuk pergi ke tempat Aiden dan berlagak sebagai ayah mertuanya, meminta Aiden untuk melepaskan Mona.     

Atau mungkin ia akan pergi ke rumah Keluarga Atmajaya, membahas mengenai pernikahan Anya dengan Aiden.     

Dan mungkin ia akan melakukan banyak hal aneh lainnya …     

Memikirkan hal ini, Anya menjadi cemas.     

Anya kembali ke kamarnya dan melihat amplop cokelat yang tergeletak di tempat tidur. Amplop itu berisi hasil tes DNAnya dan ibunya.     

Ia benar-benar bingung saat ini. Tidak peduli bagaimana pun hasilnya, keduanya tidak menguntungkan untuknya …     

Kalau memang benar ia adalah putri ibunya, lalu siapa ayahnya yang sebenarnya?     

Kalau ia bukan putri ibunya, di mana orang tua kandungnya ebrada?     

Mengapa ibunya menelepon Rumah Sakit Ibu dan Anak Kasih sebelum koma? Apa yang sebenarnya ibunya itu ingin ketahui?     

Saat memikirkannya Anya menebak-nebak.     

Apakah Indah dan Keara tahu bahwa ia bukan putri Deny dan memberitahu ibunya mengenai hal ini? Itu sebabnya ibunya jatuh koma lagi?     

Memikirkan hal ini, Anya tidak lagi ragu dan segera membuka amplop cokelat itu. Ketika ia melihat hasil tes DNA tersebut dan mengetahui bahwa ia memang benar putri dari ibunya, air mata lega mengalir dari matanya.     

"Ibu …" Anya menutup mulutnya dan menangis dalam diam.     

"Anya, apakah kamu baik-baik saja?" setelah mengantar Deny pergi, Hana merasa cemas dan khawatir pada Anya sehingga ia memutuskan untuk melihat kondisi Anya. Dari luar pintu, samar-samar ia bisa mendengar suara tangis Anya.     

"Aku baik-baik saja, Bu." Anya segera menghapus air matanya dan menarik napas dalam-dalam. Ia meletakkan hasil tes itu kembali ke amplopnya.     

Begitu Anya membuka pintu, Hana menatap Anya dengan cemas. "Aku sudah mengatar ayahmu ke depan pintu."     

"Aku tidak mau menemui siapa pun dari Keluarga Tedjasukmana," kata Anya dengan tenang.     

"Baiklah," Hana mengangguk.     

Anya membawa amplop cokelat itu ke ruang kerja Aiden dan menyimpannya di dalam brankas. Setelah itu, ia kembali ke kamar untuk menelepon Aiden.     

"Kamu tidak tidur?" suara Aiden yang lembut terdengar dari seberang telepon. Anya merasa hatinya hangat mendengar suara suaminya.     

"Aku baru mau tidur setelah ini dan tiba-tiba ingin mendengar suaramu. Apakah kamu sibuk? Apakah aku mengganggumu?" tanya Anya dengan malu. Ia merasa seperti anak remaja yang jatuh cinta, menelepon kekasihnya padahal baru berpisah sebentar …     

"Tidak peduli seberapa sibuknya aku, kamu tetap yang paling penting untukku. Deny datang untuk menemuimu barusan. Apa yang ia katakan?" tanya Aiden dengan cemas.     

Anya tahu bahwa CCTV di rumah terhubung dengan ponsel Aiden. Meski Aiden tidak melihatnya sekalipun, Harris pasti mengetahuinya dan tidak bisa menyembunyikan kedatangan Deny dari Aiden.     

"Ia ingin aku mengampuni Bu Mona. Bu Hana memberitahunya bahwa kita sudah menikah dan menasehatinya agar tidak menyinggung keluarga Atmajaya hanya untuk melindungi Bu Mona," Anya berhenti sejenak dan kemudian melanjutkan. "Aiden, bagaimana kalau ia pergi ke rumah Keluarga Atmajaya untuk menemui ayahmu?"     

"Ayahku adalah pria tua yang licik. Ia memiliki cara sendiri untuk mengurus Deny," Aiden sama sekali tidak khawatir.     

Anya terdiam sejenak. Apakah seperti itu kesan Bima di mata Aiden?     

Namun, setelah mendengar cerita Aiden selama ini, Anya juga merasa bahwa Bima tidak sesederhana itu. Ia bahkan bisa memiliki putra dari Imel, tetapi tetap tidak memberi wanita itu nama resmi.     

Dan Imel sama sekali tidak bisa menyalahkannya …     

Meski Bima tahu cara menghadapi Deny, Anya masih merasa ia harus menelepon Keluarga Atmajaya untuk memberinya kabar terlebih dahulu.     

"Haruskah aku menelepon ayahmu dan menjelaskan situasinya?" tanya Anya.     

"Telepon saja Kak Maria. Ia tahu bagaimana cara menghadapi ayah," kata Aiden.     

"Baiklah. Aku akan menelepon Kak Maria." Anya berpikir sejenak dan akhirnya memutuskan untuk memberitahu Aiden mengenai hasil tes DNAnya. Aiden adalah suaminya dan Anya percaya kepadanya. "Aiden, aku sudah melihat hasilnya. Aku memang benar putri ibuku."     

"Hmm … Kalau begitu, aku akan segera mengurus semuanya agar kamu bisa memutuskan hubungan dengan Keluarga Tedjasukmana. Jangan marah pada ibumu. Begitu ia bangun nanti, ia pasti akan menceritakan semuanya kepadamu," kata Aiden dengan lembut.     

"Aiden, apakah pendapatmu terhadapku berubah? Apakah kamu tidak menyukaiku lagi?" tanya Anya dengan hati-hati.     

Kalau ia bukan putri Diana dan Deny, ia mungkin adalah anak yang hilang.     

Namun kenyataannya, ia adalah putri Diana, tetapi bukan anak Deny. Itu artinya, ia adalah anak haram yang dikandung Diana saat pernikahannya dengan Deny.     

Anya berharap ia benar-benar putri ibunya. Tetapi setelah hasilnya keluar, ia baru sadar bahwa ia telah menjadi anak haram.     

"Anya, kamu adalah kamu. Kamu tidak melakukan kesalahan apa pun. Biarkan orang tuamu mengurus masalahnya sendiri dan kita bisa menjalani kehidupan kita sendiri. Kamu juga harus sadar bahwa kamu tidak memiliki hubungan dengan Deny dan Keluarga Tedjasukmana. Lain kali, kamu tidak perlu memedulikan mereka," kata Aiden.     

"Aiden, apakah menurutmu ibuku dan Paman Galih …" Anya ingin bertanya, tetapi ia tidak berani melanjutkan …     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.