Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Komentar



Komentar

0Setelah membaca pesan dari Anya, Nico langsung terjatuh dari kursinya. Ia bergegas bangkit berdiri dan mengambil ponselnya dan menghapus chat tersebut.     
0

Namun, Aiden langsung mengirimkan sebuah pesan.     

Aiden : Sudah terlambat. Aku sudah menyimpan screenshotnya!     

Nico langsung mengirimkan berbagai macam stiker yang ia miliki, dari menangis, merengek, meronta-ronta hingga berlutut ke tanah.     

Nico : Paman, maafkan aku! Kamu sungguh cerdas dan puitis. Nama yang kamu pilih sangat luar biasa dan tidak akan ada orang yang bisa menandingi kamu. Parfum bibi pasti akan laku terjual!"     

Nico : Paman, aku benar-benar tidak tahu kalau nama itu berasal darimu. Aku hanya bercanda.     

Tara mengirimkan stiker orang tertawa hingga berguling-guling di tanah.     

Tara : Semuanya salahmu sendiri. Kamu memang tidak memiliki filter yang bisa menyaring omonganmu.     

Anya : Ini bukan pertama kalinya kamu berbicara sembarangan seperti itu.     

Nico : Aku bersalah! Tetapi mengapa paman tiba-tiba muncul di grup pada saat jam kerja seperti ini?     

Aiden : Memangnya mengapa? Kamu ingin mengusirku?     

Nico : Mana berani aku melakukannya! Paman, ampuni aku. Aku bersalah.     

Aiden duduk di kursinya sambil memandang layar ponselnya, melihat Nico berulang kali meminta maaf. Ia memutuskan untuk memberinya kesempatan.     

Aiden : Kalau parfum bibimu tidak terjual, apakah kamu mau membelinya?     

Wajah Nico langsung terlihat muram. Pamannya sekarang menjebaknya! Ia meminta Nico untuk bertanggung jawab kalau parfum bibinya itu tidak terjual …     

Tetapi apa yang bisa ia lakukan?     

Nico benar-benar tidak beruntung. Setiap kali ia melakukan kesalahan, pamannya itu akan selalu mengetahuinya dan menangkap basah dirinya.     

Sepertinya, pamannya itu memang lahir untuk menemukan setiap kesalahannya …     

Walaupun merasa enggan, akhirnya Nico masih meneyrahkan dirinya untuk masuk ke dalam jebakan pamannya.     

Nico : Parfum buatan bibi pasti akan laku! Kalau masih ada sisa, aku akan membeli semuanya dan mengirimkannya ke klinik Tara.     

Mata Tara langsung berbinar dengan cerah saat mendengarnya. Ia berteman dengan orang-orang kaya yang luar biasa!     

Ia bahkan bisa mendapatkan parfum secara gratis tanpa membayar. Ia bisa menggunakan parfum itu untuk memberi hadiah pada klien-kliennya …     

Tara : Terima kasih!     

Anya melihat layar ponselnya sambil tersenyum-senyum sendiri. Memang Nico sangat ceria. Di mana ada Nico, selalu ada tawa.     

Anya segera bangun dan mencuci wajahnya serta mengganti pakaiannya untuk pergi menjemput Aiden. Saat ia akan turun ke bawah, tiba-tiba ia mendapatkan panggilan dari Maria.     

"Anya, ayahmu datang ke rumah. Ayah memintamu untuk datang. Aku juga sudah memberitahu Aiden," kata Maria.     

Wajah Anya langsung berubah menjadi muram. Apa yang ia khawatirkan benar-benar terjadi!     

Sifat licik Deny memang tidak pernah berubah. Begitu ia tahu bahwa Anya dan Aiden sudah menikah ia langsung pergi ke rumah Keluarga Atmajaya.     

"Aku akan segera ke sana, Kak," Anya menutup telepon dan langsung menelepon Esther untuk mengabarkan kalau ia tidak bisa pergi ke Iris.     

"Bu Esther, aku ada urusan mendadak dan tidak bisa pergi ke sana siang ini. Kamu bisa mengatur untuk parfum baru yang akan diluncurkan. Sementara untuk prosedur pendaftarannya, aku akan meminta bantuan Nico," kata Anya.     

"Aku sudah mengatur semuanya, tidak usah khawatir," kata Esther, kemudian ia melanjutkan dengan gembira. "Aku punya firasat parfum ini akan laku keras!"     

"Benarkah?" Anya jadi ikut bersemangat mendengar nada suara Esther.     

"Parfum yang tidak memiliki banyak kandungan alkohol biasanya memiliki aroma yang tidak tahan lama. Tetapi kamu bisa membuatnya lebih lama satu jam," kata Esther dengan takjub.     

"Aku benar-benar berharap parfum ini berhasil," Anya juga sangat berharap dengan parfum buatannya ini.     

"Aku yakin hasilnya akan bagus. Kalau begitu, aku akan pergi ke pabrik sekarang. Kita bicara lagi nanti, ya," kata Esther.     

Anya menutup teleponnya dan turun ke bawah sambil membawa tasnya.     

Melihat Anya turun dari kamarnya, Hana langsung menghampiri, "Anya, kamu sudah bangun! Aku sudah menyiapkan makan siang."     

"Terima kasih, Bu Hana. Tetapi ayahku pergi ke rumah Keluarga Atmajaya dan Kak Maria menyuruhku untuk segera ke sana. Aku tidak sempat makan," kata Anya dengan merasa bersalah.     

"Perjalanan ke rumah Keluarga Atmajaya butuh waktu lebihd ari setengah jam. Aku akan memasukkan makanannya di kotak. Kamu bisa makan dengan santai dalam perjalanan."     

Setelah itu, Hana langsung bergegas menyiapkan kotak makan Anya.     

"Anya kamu terlalu kurus. Kalau kamu lapar, kamu tidak akan kuat melawan ayahmu," kata Hana.     

Anya melihat saat Hana membungkus makanan tersebut dengan sigap. Hatinya terasa hangat saat melihat ada orang yang bersedia untuk mengurusnya. Sejak ibunya sakit, ia selalu berusaha sendirian.     

Sekarang ia sudah tidak sendiri lagi …     

Setelah memasukkan makanan itu ke dalam kotak, Hana belum selesai. Ia mengambi sekotak susu dan beberapa buah-buahan, "Jangan lupa makan ini juga."     

Anya mengangguk. Ia menikmati perhatian yang diberikan oleh semua orang di rumah ini.     

Aiden, Bu Hana, Harris …     

Ia sungguh bahagia …     

Seperti ini rasanya memiliki orang-orang yang berada di sisinya, mau membelanya dalam situasi apa pun.     

Di Keluarga Atmajaya, Maria juga mau membelanya. Aiden dan Nico selalu berada di sisinya.     

Anya merasa, dengan orang-orang yang memedulikan dan mencintainya ini, apa kesulitan yang tidak bisa ia hadapi?     

Pengawal Aiden membantu membawakan semua makanan yang disiapkan oleh Hana dan juga meletakkan makanan itu di atas meja lipat kecil di belakang kursi pengemudi.     

Sebelum pergi, Hana juga sempat berpesan pada pengawal Aiden yang akan mengantarkan Anya. "Menyetirlah dengan hati-hati. Jangan terlalu kencang."     

Pengawal tersebut mengangguk dan bertanya pada Anya dengan sopan. "Apakah Anda sudah siap berangkat, Nyonya?"     

"Ayo kita berangkat," Anya mengangguk dan berpamitan pada Hana dengan senyum lebar. "Bu Hana, aku pergi dulu. Aku akan memakan semua masakanmu. Terima kasih banyak!"     

Hana mengangguk sambil tersenyum, melambaikan tangan hingga mobil mereka menghilang dari pandangan.     

Sejak pagi Anya menghabiskan waktunya untuk istirahat sehingga ia sangat lapar sekarang. Ia segera menghabiskan semua makanan di kotak makannya dalam waktu sekejap.     

Makanan itu masih hangat, membuat seluruh tubuhnya ikut hangat, terutama karena perhatian Hana padanya …     

Ketika Aiden menelepon, Anya sudah setengah perjalanan.     

"Apakah kamu sudah berangkat?" tanya Aiden dari telepon. Suaranya terdengar lembut.     

"Aku akan tiba dalam sepuluh menit," kata Anya. Ia memasukkan sedotan ke dalam kotak susu dan meminumnya.     

"Tunggu aku di persimpangan dekat rumah. Kita akan berangkat bersama-sama. Aku akan tiba dalam beberapa menit," kata Aiden.     

"Aku akan menunggumu," jawab Anya dengan patuh.     

Lebih dari sepuluh menit kemudian, mobil Anya tiba di persimpangan dekat rumah Keluarga Atmajaya. Pengawal yang menyetir langsung membuka pintu mobil dan menyimpan semua kotak makanan Anya di dalam bagasi.     

Anya juga segera membuang kotak susu yang sudah kosong ke tempat sampah di pinggir jalan dan kemudian ia membiarkan pintu mobilnya terbuka saat menunggu Aiden. Kemudian ia berdiri di bawah sebuah pohon sambil berteduh.     

Ia tidak mau mobil Aiden dipenuhi dengan aroma makanan karena ia tahu Aiden adalah pria yang sangat menjaga kebersihan.     

Ketika Aiden tiba di persimpangan, ia melihat istrinya sedang berdiri di bawah pohon dengan mengenakan gaun berwarna biru dan putih. Ia terlihat sangat cantik.     

Matanya terpaku pada sosok istrinya, seolah tersihir dan tidak bisa mengalihkan pandangannya lagi.     

Nico yang ikut bersama dengan Aiden langsung berkomentar, "Bibi memang sangat cantik. Tidak heran Raka tidak bisa melupakannya."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.