Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Rahasia



Rahasia

"Tuan, Nyonya Diana sudah bangun dan ingin bertemu dengan Anda," sebuah berita yang mengejutkan datang dari seberang telepon.     

Aiden melirik ke arah Anya dengan tatapan yang tidak tertebak. Setelah keluar dari rumah sakit, Anya terlihat sedikit linglung dan sedih.     

Anya bisa merasakan tatapan Aiden padanya dan ia balas memandang suaminya. "Kalau kamu masih harus bekerja, aku bisa pulang naik taksi."     

"Aku akan mengantarmu pulang dulu," Aiden menggandeng tangan Anya dengan lembut. "Ibumu akan baik-baik saja. Jangan sedih."     

"Aku benar-benar ingin ibu melihat hasil pekerjaanku. Aku ingin memberikan parfum baru buatanku padanya," kata Anya dengan mata memerah.     

Aiden merangkul tubuh Anya. "Aku akan mencarikan dokter terbaik untuk merawat ibuku. Aku akan membuatnya bangun sebelum parfummu diluncurkan."     

"Baiklah," Anya mengangguk sambil mengedipkan matanya, berusaha untuk menghilangkan tangisnya.     

Mobil mereka berhenti di depan rumah. Anya segera turun dan beristirahat, sementara Aiden kembali ke rumah sakit lagi.     

Di kamarnya, wajah Diana tampak sangat tenang. Dokter sudah memeriksa kondisinya dan keadaannya stabil.     

"Nyonya, tolong kendalikan emosi Anda. Jika ada sesuatu yang terjadi lagi, tidak ada yang tahu kapan Anda bisa bangun. Setiap kali Anda jatuh koma, tubuh Anda akan terus terluka," dokter tersebut memperingatkan.     

"Aku kan berhati-hati. Maaf sudah merepotkanmu," kata Diana sambil tersenyum tipis.     

"Ini sudah menjadi tugas kami. Beristirahatlah. Tuan Aiden akan segera datang," kata dokter tersebut.     

Diana mengangguk dan perlahan menutup matanya.     

Aiden berjalan memasuki kamar Diana. Melihat Diana sedang menutup matanya dan beristirahat, Aiden mengambil sebuah kursi dan duduk di samping tempat tidur Diana dalam diam, menantinya untuk bangun.     

Diana bisa mendengar suara kursi yang dipindahkan. Ia membuka matanya perlahan dan melihat Aiden. "Kamu sudah datang!" kata Diana sambil tersenyum.     

"Anya tidak tahu kalau ibu sudah bangun," kata Aiden dengan tenang.     

Diana mengulurkan tangannya untuk menyentuh wajahnya, merasakan bekas lukanya sudah semakin memudar. Wajahnya terasa jauh lebih halus …     

"Terima kasih sudah membelikan obat untuk wajahku. Anya sangat beruntung bisa menikah dengan pria sebaik kamu. Kamu pasti bertanya-tanya mengapa aku tiba-tiba kembali koma."     

"Aku sudah bertemu dengan Dokter Widi," kata Aiden dengan suara pelan.     

"Semua ini salahku. Aku yang telah menyakiti anakku," air mata mengalir di wajah Diana. "Bisakah kamu merahasiakan ini dari Anya?"     

Aiden mengangguk, "Aku datang menemui ibu untuk mengatakan hal ini. Anya tidak tahu kalau kamu bukan ibu kandungnya. Saat kamu sedang koma, Mona menyuruh seseorang untuk menculiknya dan mengambil darahnya secara paksa untuk tes transplantasi ginjal Deny. Tetapi hasil tes tersebut gagal. Secara tidak sengaja, aku menemukan bahwa Anya tidak berhubungan darah dengan Deny."     

"Aku baru tahu bahwa putriku dan Deny yang telah aku lahirkan ternyata meninggal sejak lahir. Ibuku takut aku akan sedih sehingga ia membawa seorang bayi yatim piatu yang dibuang oleh orang tuanya. Dokter Widi dan ayahku adalah teman baik sehingga Dokter Widi membantunya untuk menyembunyikan hal ini."     

Wajah Diana terlihat banjir dengan air mata. "Selama bertahun-tahun, aku merawat Anya seperti putriku sendiri. Aku mengajarinya mengenai dunia parfum. Bahkan setelah aku kehilangan kemampuanku, aku mengajarinya untuk menjadi penerusku. Aku tidak mau kehilangan putriku."     

"Anya juga tidak bisa hidup tanpa ibu. Hal yang paling menggembirakan untuknya di dunia ini adalah menjadi putrimu dan impian terbesarnya adalah menjadi penerusmu. Aku tidak tega untuk mengatakan kebenarannya pada Anya. Jadi aku membuat hasil tes DNA baru yang menyebutkan bahwa ia masih putrimu, meski ia bukan putri Deny," kata Aiden, menceritakan semuanya pada Diana.     

Diana terkejut melihat apa yang telah Aiden lakukan untuk putrinya. Aiden benar-benar memikirkan kebaikan Anya.     

"Aku hanya ingin merahasiakan ini sementara dan memberitahunnya di saat yang tepat. Kalau kamu membuat hasil tes palsu dan membuatnya berpikir bahwa aku ibunya, ia tidak akan bisa mencari orang tua kandungnya. Bukankah itu tidak adil untuk Anya? Kalau orang tuanya masih hidup dan sedang mencarinya, bukankah kita hanya akan melukai Anya?" kata Diana.     

"Aku sudah bicara dengan Anya. Ia tidak mau meninggalkanmu dan mencari orang tua kandungnya meski kamu bukan ibu kandungnya. Tetapi, ibu harus memberikan penjelasan yang meyakinkan mengenai ayah kandungnya," kata Aiden.     

Diana terdiam sejenak, tertegun mendengar kata-kata Aiden. Jika Anya menanyakan mengenai ayah kandungnya, apa yang harus ia lakukan?     

Sebelumnya, saat Deny datang ke kamar rumah sakitnya dan membuat masalah, ia mengatakan pada Anya bahwa Anya adalah putri Deny. Tetapi sekarang, ia juga baru tahu kalau Anya bukan putrinya dan juga bukan putri Deny.     

Diana mengerutkan keningnya dan berkata dengan sedikit malu, "Sebelum aku menikah, aku bertemu berdua dengan Galih. Pada saat itu, kami mabuk dan Galih dijemput oleh Indah. Aku menikah di bulan Februari dan Anya lahir di bulan November. Dari tanggal kelahirannya, bisa dihitung bahwa aku hamil saat aku baru saja menikah. Jadi, Indah akan menganggap Anya putri dariku dan Galih. Itu lebih baik …"     

"Ya. Biar Anya berpikir bahwa ia adalah putri Galih. Kebetulan, ia juga tidak ingin berhubungan dengan Keluarga Pratama," Aiden menyetujuinya. Anya memang berpikir bahwa ia adalah putri Galih karena kemiripannya dengan Keara. Tetapi ia tidak mau berhubungan dengan Galih karena ia tidak menyukai Keara. Dan Anya juga merasa sedikit marah karena Indah dan Keara mengunjungi ibunya dan membuat ibunya koma lagi.     

"Galih adalah pria baik-baik. Malam itu, kami hanya minum dan tidak melakukan apa pun. Tetapi Indah telah salah paham dan tidak akan mau mempercayai penjelasan kami."     

Aiden teringat sebelum Diana koma kembali, Indah dan Keara datang untuk menemuinya. "Hari itu, Bibi Indah datang menemuimu. Apa yang ia katakan?"     

"Ia mengatakan bahwa ia telah menyelidiki Anya dan mencurigai bahwa Anya adalah putriku dari Galih. Itu karena Anya sangat mirip dengan Keara …" Diana berhenti sejenak dan kemudian bertanya dengan curiga. "Anya bukan putriku, tetapi ia sangat mirip dengan Galih. Apakah ia memiliki hubungan dengan Keluarga Pratama?"     

"Tidak. Kemiripan mereka hanyalah kebetulan," Aiden langsung mengelak.     

Diana menghela napas panjang. "Aku sudah merawat Anya sejak kecil. Tidak ada bedanya apakah ia lahir dari rahimku atau tidak. Di mataku, Anya adalah putriku. Aku hanya bisa memintamu untuk menyembunyikan masalah ini sementara."     

Aiden mengangguk.     

Diana tidak ingin kehilangan Anya dan Anya juga sangat mencintai ibunya.     

Meski Anya adalah putri Indah yang hilang, ia tidak pernah bertemu dengan ibunya selama ini. Selain itu, Indah sudah memiliki Keara. Tidak ada bedanya jika Anya kembali menjadi bagian dari Keluarga Pratama sekalipun.     

Diana mengerutkan bibirnya dan melipat tangannya. Ia tampak baru saja membuat keputusan besar. "Aiden, aku tahu kamu bisa melakukannya. Bisakah kamu membantuku untuk mencari tahu orang tua Anya secara diam-diam?"     

"Apakah ibu takut kalau Anya akan mencari orang tuanya dan meninggalkanmu?" Aiden menatap ke arah Diana.     

"Benar. Aku takut Anya akan meninggalkanku. Tetapi aku lebih takut kalau ternyata orang tua Anya bukan orang baik-baik dan tidak memperlakukannya dengan baik. Oleh karena itu, aku meminta bantuanmu untuk mencari tahu terlebih dahulu. Kalau memang Anya dibuang, lebih baik ia tidak mengenal orang tuanya untuk selamanya. Tetapi kalau ternyata ia diculik atau tidak sengaja hilang, kalau ternyata orang tuanya adalah orang baik-baik dan sedang mencari keberadaannya, aku akan mencari waktu untuk memberitahunya dan mempertemukannya dengan keluarga kandungnya" mata Diana terlihat sangat enggan, tetapi cintanya untuk Anya lebih besar sehingga ia rela melakukan semua ini demi kebahagiaan putrinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.