Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Bertengkar!



Bertengkar!

0"Anya! Beraninya kamu menghinaku! Kamu yang menjijikkan," Yura langsung melangkah maju, tidak memedulikan semua orang di sekitarnya dan langsung menjambak rambut Anya.     
0

"Ah!" Anya tidak menyangka Yura berani menyerangnya di depan umum seperti ini.     

Saat ini Yura merasa sangat marah karena dihina oleh seseorang yang ia anggap tidak setara dengannya. Sehingga ia menggunakan seluruh kekuatannya untuk menjambak Anya.     

"Minta maaf!" Yura tidak mau melepaskan rambut Anya dan berusaha untuk menarik tubuh Anya ke tanah.     

Anya memejamkan matanya karena rasa sakit di kepalanya. Rasanya rambutnya akan rontok karena tarikan Yura.     

Namun, ketika mendengar Yura memintanya untuk meminta maaf, tubuh Anya serasa bergetar karena marah. Rasanya, semua kemarahan yang ia pendam langsung membludak.     

Anya melemparkan tas yang ia pegang ke lantai. Tidak peduli Yura sedang menjambak rambutnya, ia mengangkat tangannya dan memukul wajah Yura dengan tangannya bergantian.     

Tidak pernah seumur hidupnya Yura ditampar seperti ini.     

"Aku tidak berniat bertengkar denganmu. Tetapi kalau kamu memaksa, mari kita selesaikan hari ini juga. Kamu telah menghancurkan reputasiku di sekolah dengan pencemaran nama baik. Aku akan menuntutmu!" kata Anya dengan suara dingin.     

Yura sama sekali tidak takut. "Jangan kira kamu bisa melakukan itu hanya karena ada yang mendukungmu. Tuntut saja aku! Aku tidak mengatakan hal yang salah."     

Mata Anya memerah karena amarahnya. "Dulu, saat foto ibuku beredar di internet, kamu menghinanya. Apakah kamu pernah berpikir bahwa ibuku dulunya adalah parfumeur terkenal dan penemu Amore. Kamu membuat rasa sakit hati orang lain menjadi bahan bercandaanmu. Tetapi sekarang kamu bilang kamu tidak bersalah. Kamu minta aku meminta maaf padamu?"     

"Ibumu adalah pencuri formula parfum. Ia pantas untuk dihina. Ibumu mencuri formula parfum dan kamu merebut tunangan ... Ah!"     

Kata-kata Yura terasa seperti pisau yang menancap hati Anya dengan sekali tusukan. Anya seolah gelap mata dan tangannya melesat seperti pisau. Ia menampar wajah Yura dengan keras dan menggelengkan kepalanya sekuat-kuatnya. "Kamu tidak tahu apa pun, tetapi kamu berani menghina ibuku. Kalau memang kamu berniat bertengkar denganku, aku bersedia untuk meladenimu."     

Yura berteriak kesakitan. ia tidak menyangka Anya ternyata segila ini. Dan kemudian ia berteriak. "Tolong. Anya sudah gila!"     

Melihat situasinya semakin memburuk, beberapa teman Yura langsung melangkah maju, berusaha untuk membantu. Tetapi Anya mengayunkan tangannya kepada setiap orang yang berniat membela Yura, membuat mereka ketakutan.     

Akhirnya mereka meminta bantuan dari beberapa murid pria untuk melerai mereka.     

Yura melihat dekan fakultas mereka melangkah mendekati mereka. Ia langsung menjatuhkan dirinya ke tanah dan mulai menangis, "Anya, apakah kamu berniat membunuhku hanya karena kamu memiliki Aiden yang mendukungmu? Ini adalah tempat umum! Kamu tidak bisa berbuat seenaknya!"     

Beberapa orang menarik tubuh Anya. Rambutnya terlihat berantakan dan matanya penuh dengan amarah. Ia tidak bisa mendekati Yura dan padahal ia benar-benar gatal ingin menghajarnya.     

Dekan fakultas mereka berteriak melihat keributan itu, "Ada apa ini?"     

Anya menoleh ke belakang dan melihat dekan mereka datang. Ia langsung menyentakkan lengannya, melepaskan dirinya dari pegangan orang-orang di sekitarnya, kemudian mengikat rambutnya. Ia mengambil tasnya yang tergeletak di tanah dan berjalan ke arah dekan fakultasnya.     

Ia baru saja menyerahkan surat lamaran magang di pagi hari, tetapi siangnya ia malah bertengkar di kampus.     

Ketika ia marah, ia merasa kehilangan kendali atas dirinya. Tetapi setelah melihat dekan fakultasnya, Anya menyadari kesalahannya.     

"Siapa yang bisa memberitahuku apa yang terjadi di sini?" kata dekan tersebut dengan dingin.     

"Pak, Anya tiba-tiba saja memukulku dan menghinaku di depan umum," teriak Yura.     

Dekan tersebut memandang Yura dengan dingin. Karena keluarga Yura menyumbang banyak uang untuk kampus mereka, kampus mereka terpaksa mengijinkan Yura untuk berkuliah di sana, meski nilainya tidak bagus. Keluarganya telah membantu kampus sehingga kampus memutuskan untuk menutup mata atas kebodohan gadis ini.     

Tetapi kali ini, Yura berhadapan dengan orang yang salah.     

Sebelum kuliah dimulai, Aiden sudah menelepon rektor kampus dan dekan fakultas Anya, meminta agar tidak ada rumor yang beredar mengenai Anya.     

Di hari pertama kuliah dimulai, kampus bahkan mengeluarkan sebuah pengumuman di forum, website dan juga papan pengumuman. Pengumuman itu berisi bahwa semua murid harus menghormati dosen mereka, bersikap baik kepada teman mereka dan tidak menyebarkan berita buruk. Jika ada satu murid di kampus yang menyebarkan skandal untuk menghina orang lain, murid tersebut akan dikeluarkan dari sekolah.     

Tentu saja semua murid yang melihat pengumuman ini tidak terlalu menganggapnya serius, termasuk Yura.     

"Anya, apakah kamu ingin mengatakan sesuatu?" tanya dekan tersebut pada Anya.     

"Yura menghina saya di depan umum. Saya ada urusan dan ingin pergi. Saya tidak punya waktu untuk berurusan dengannya, tetapi ia malah mengejarku dan menjambak rambut saya. Semua orang yang ada di tempat ini menyaksikannya. Saya tidak menyerangnya duluan," kata Anya dengan tenang.     

Dekan itu melihat semua orang yang ada di sekelilingnya dan bertanya, "Siapa yang berkata jujur? Anya atau Yura?"     

Beberapa orang memutuskan untuk pergi satu per satu sebelum dekan tersebut menyadari keberadaan mereka. Mereka memutuskan lebih baik tidak terlibat dan melindungi diri mereka sendiri. Mereka juga tidak mau menentang keluarga Yura.     

Anya menoleh dan menatap semua orang. "Semua orang yang hadir di tempat ini, seperti saya, bukan berasal dari keluarga kaya seperti Yura. Mereka semua belajar dengan giat untuk bisa masuk ke kampus ini. Saat Yura menghina dan memukul saya, kalian semua hanya menyaksikan dari pinggir, tidak berani melakukan apa pun pada Yura. Sekarang, saat dekan ingin tahu kebenarannya, kalian semua memutuskan untuk diam?"     

Sebagian besar orang tidak mau menimbulkan masalah sehingga mereka berbalik dan pergi ke tempat lain.     

Orang-orang yang berkumpul semakin sedikit, hanya tersisa Yura dan teman-temannya. Dan tentu saja teman-teman Yura akan membela Yura.     

Anya menertawai dirinya sendiri, "Pak, saya tahu Yura berasal dari keluarga yang berbeda dari anak miskin seperti saya. Kalau masalah ini tidak diselesaikan dengan adil, saya akan keluar dari kampus."     

Ketika mendengar bahwa Anya berniat keluar dari kampus, Yura langsung berteriak. "Kampus ini tidak membutuhkan murid tidak bermoral sepertimu. Kampus ini tidak butuh wanita yang tidak tahu malu sepertimu, yang mencelakai orang tua dan mengusir ayahnya sendiri dari rumah. Pak, murid seperti ini harus segera disingkirkan."     

Mata Anya menyapu sekelilingnya dengan dingin. Tidak ada satu orang pun yang berniat membelanya. Ia hanya bisa mengandalkan dirinya sendiri.     

Setelah tiga tahun kuliah di kampus ini, ia telah bekerja keras dan belajar dengan giat di setiap mata pelajaran. Ia begitu sibuk kuliah dan bekerja sehingga tidak punya waktu untuk dirinya sendiri. Namun, di mata semua teman-temannya, ia hanyalah murid rendahan yang hanya mengincar uang, perebut kekasih orang, anak kurang ajar yang mengusir ayahnya dan penggoda pria kaya.     

"Aku tidak menuntut orang lain untuk memahamiku dan saya tidak ingin menjelaskan kepada orang-orang bebal yang tidak ingin mendengarkan orang lain. Kalau memang tidak ada yang berniat untuk mengatakan yang sejujurnya, kita laporkan saja pada polisi," Anya menunjuk ke arah CCTV di koridor.     

Dekan tersebut merasa sedikit malu karena CCTV itu rusak sebelum liburan semester dan hingga saat ini masih belum diperbaiki.     

Yura melihat CCTV di atas kepalanya dan wajahnya langsung panik. Ia berbisik pada orang-orang di sekitarnya dan berkata, "Bukankah CCTV itu rusak?"     

"Yura, apakah kamu pikir CCTV itu rusak dan tidak bisa merekam apa yang kamu lakukan sehingga kamu menyerangku di tempat ini? Kebetulan sekali, tadi pagi aku melihat seseorang membetulkan CCTV itu dan sekarang CCTV berjalan dengan lancar," Anya menatap Yura, seperti sedang menatap badut yang konyol. "Apakah kamu mau mengaku, atau kita bisa melihat CCTV-nya bersama-sama?"     

"Aku ..." Yura menoleh dan meminta bantuan pada teman-temannya.     

"Dan kalian juga. Aku ingin tahu apakah kalian sudah melihat pengumuman kampus mengenai penghinaan terhadap orang lain bisa menyebabkan kalian dikeluarkan dari sekolah," Anya mendengus dengan dingin sambil menatap ke sekelilingnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.