Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Kelemahan



Kelemahan

0Anya mencoba menelepon Aiden untuk yang terakhir kalinya. Teleponnya tersambung cukup lama, tetapi Aiden tidak kunjung mengangkatnya. Ketika ia hendak menutup telepon tersebut, Anya menyadari bahwa panggilannya itu sudah tersambung. Aiden sudah mengangkat teleponnya.     
0

"Halo, apakah kamu masih sibuk? Apakah aku mengganggumu?" tanya Anya dengan suara pelan.     

"Hmm … Tidak. Ada apa?" jawab Aiden singkat. Suasana hatinya sedang tidak enak sehingga ia tidak ingin berbicara panjang lebar.     

Anya bisa merasakan hal itu dari jauh sehingga ia merasa sedikit ragu. "Aku telah diterima kerja. Besok aku akan mulai bekerja untuk mengenal toko dan produk-produk Rose. Setelah itu aku akan membantu parfumeur untuk membuat parfum," cerita Anya. Caranya bercerita tidak seperti seseorang yang sangat gembira karena telah diterima bekerja. Ia masih merasa terkejut dan kalut karena pertemuannya dengan Raka. Ditambah lagi, ia merasa sedikit takut karena harus meminta ijin pada Aiden.     

"Jadi? Apakah kamu mau meninggalkan suamimu yang buta ini di rumah, sementara kamu akan mengejar mimpimu?" jawab Aiden dengan kecut. Apa yang ia katakan memang kedengaran tidak masuk akal, tetapi ia tidak bisa menahan rasa kesalnya mengetahui Anya bertemu dengan Raka. Kalau saja bisa, ia benar-benar ingin mengurung Anya di rumah agar ia tidak perlu bertemu dengan pria mana pun.     

Anya merasa tubuhnya bergidik meskipun ia tidak bertatap muka dengan Aiden secara langsung. Ia tahu bahwa Aiden merasa kesal. Mungkin karena ia tidak ijin terlebih dahulu dan langsung berjanji bahwa akan masuk kerja besok …     

"Aku berangkat kerja pukul 8 dan pulang pukul 5. Setelah itu aku tidak akan pergi ke mana pun. Aku akan pulang untuk menemanimu," kata Anya dengan lembut. Ia berusaha untuk membujuk Aiden. Ia tidak bisa kehilangan pekerjaan ini!     

Tidak ada jawaban dari sisi seberang, tetapi Anya tahu bahwa Aiden tidak memberinya ijin.     

"Aiden …" bisiknya pelan. "Aku sangat menginginkan pekerjaan ini."     

Anya tidak sadar bahwa Aiden merasa hatinya luluh saat ia memohon padanya. Jika wanita itu memohon padanya dengan cara seperti ini, bagaimana mungkin Aiden bisa menolak. Ia hanya menghela napas panjang. "Ya sudah," katanya dengan singkat.     

Anya terkejut saat mendengar hal itu. Ia tidak menyangka bisa membujuk Aiden semudah ini. "Sungguh?"     

"Hmm ... Besok aku akan pergi ke luar negeri lagi dan aku akan kembali minggu depan," kata Aiden.     

Ke luar negeri lagi? Bukankah Aiden baru saja pulang? Sepertinya Anya telah menikahi pria yang paling sibuk di kota ini ...     

"Jam berapa kamu pergi besok? Aku akan mengantarmu ke bandara," kata Anya.     

"Tidak usah, bandaranya terlalu jauh dari rumah. Setelah pulang kerja lebih baik kamu beristirahat saja," kata-kata itu seharusnya terdengar perhatian, tetapi entah mengapa Anya merasa Aiden mengatakannya dengan dingin.     

"Aku adalah istrimu. Tentu saja aku harus mengantarmu," kata Anya.     

Aiden mendengus saat mendengar kata-kata Anya. Sebelumnya, Anya tidak mau mengungkapkan statusnya sebagai istri Aiden, namun sekarang ia terang-terangan menyatakan bahwa ia adalah istri Aiden.     

"Apakah kamu marah padaku? Karena aku tidak meminta ijin terlebih dahulu dan langsung memutuskan bahwa besok aku akan bekerja?" tanya Anya dengan hati-hati. Ia tidak mau membuat Aiden semakin marah.     

"Tidak," jawab Aiden dengan singkat. Ia memang bukan marah karena hal itu. Ia merasa kesal karena Raka tiba-tiba saja menemui Anya.     

Walaupun bibir Aiden mengatakan tidak, Anya tahu pria itu marah padanya. "Maafkan aku," katanya dengan suara pelan. Ia benar-benar tidak bisa melepaskan pekerjaan ini. Jadi, satu-satunya yang bisa ia lakukan hanya meminta maaf pada Aiden.     

Aiden tidak menjawabnya karena ia tahu Anya sendiri tidak paham mengapa ia marah. Anya tidak tahu bahwa Aiden merasa kesal karena pertemuannya dengan Raka.     

"Cepatlah pulang," lanjut Anya setelah tidak mendapatkan jawaban dari Aiden.     

"Hmm ... Aku akan segera pulang," kata Aiden sambil menutup teleponnya. Memang hanya wanita ini satu-satunya orang yang bisa meluluhkan hatinya yang dingin. Ia tidak bisa marah pada wanita ini terlalu lama, apalagi setelah mendengar nadanya yang sedih saat memintanya untuk segera pulang ...     

Harris menyaksikan semua ini dengan takjub. Tidak pernah sekali pun ia melihat Aiden bersikap seperti ini seumur hidupnya.     

"Tuan, apakah Anda benar-benar akan pergi ke luar negeri untuk pengobatan secepat ini?" tanya Harris.     

Harris merasa ini bukan waktu yang tepat bagi Aiden untuk pergi. Bagaimana jika Raka mengambil kesempatan saat mereka sedang berpisah untuk mendekati Anya? Atau bahkan menculik Anya? Harris tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi Aiden jika itu benar-benar terjadi!     

"Raka tiba-tiba saja pulang ke Indonesia dan Ivan juga akan segera kembali. Aku tidak bisa menunggu terlalu lama. Masalahnya akan semakin menumpuk," wajah Aiden terlihat tenang saat mengatakannya. Namun, bibirnya menipis dan juga menegang, menunjukkan bahwa sebenarnya ia juga tidak mau melakukannya. Tetapi ia tidak punya pilihan lain ...     

Harris tidak menentangnya, tetapi ada satu pertanyaan yang muncul di benaknya, "Tuan, dengan kemampuan Anda, Anda bisa saja melarikan diri dengan mudah walaupun Anda tertangkap. Tetapi Anda malah menjadi buta dan lumpuh karena kecelakaan itu. Pada saat itu ... Pada saat kecelakaan itu, apakah Nyonya Anya bersama dengan Anda?"     

Harris tahu betul kemampuan Aiden. Aiden sangat mahir dalam bela diri. Instingnya kuat dan refleksnya juga sangat cepat. Tidak mungkin Aiden bisa tertangkap dengan mudah oleh musuhnya dan menjadi buta serta lumpuh seperti saat ini jika ia seorang diri. Melihat sikap Aiden pada Anya, serta dari mengait-ngaitkan berbagai informasi yang ia dapatkan, Harris menduga-duga bahwa saat itu Aiden tidak sendirian. Anya juga berada di sana ...     

"Hmm ..." Aiden tidak mengelak kali ini. Ia hanya bergumam tidak jelas.     

Harris langsung menatap Aiden dengan terkejut. Meski ia sudah menduga-duga, ia tidak menyangka bahwa dugaannya itu benar. "Apa yang sebenarnya terjadi pada Anda pada saat itu? Apakah ada hubungannya dengan Nyonya Anya?"     

Mulut Aiden terkatup, tertutup rapat-rapat. Ia tidak mau menjawab pertanyaan itu.     

"Tuan, mungkin jika Nyonya Anya bisa mendapatkan kembali ingatannya, ia bisa membantu kita untuk menyelesaikan masalah ini," kata Harris.     

"Tidak perlu," jawab Aiden tanpa memandang Harris. Ia menatap ke arah jendela yang tertutup dengan tirai, jendela yang tidak pernah terbuka lagi sejak matanya buta ...     

Ingatannya melayang ke kecelakaan yang terjadi tahun lalu. Kecelakaan yang membuat Anya kehilangan ingatannya. Kecelakaan yang membuat Aiden kehilangan kemampuannya untuk berjalan dan penglihatannya.     

Pada saat itu, para dokter yang menanganinya mengatakan bahwa mungkin Aiden akan menghabiskan seluruh waktunya di atas kursi roda untuk seumur hidup, kecuali jika keajaiban terjadi.     

Kata-kata itu tidak mematahkan semangat Aiden dan mengecilkan hatinya. Ia tidak menunggu keajaiban untuk datang, ia memutuskan untuk menciptakan keajaiban itu sendiri. Rehabilitasi demi rehabilitasi ia lalui. Beribu-ribu fisioterapi, tidak ada satu pun yang membuatnya mengeluh hingga akhirnya ia berhasil bangkit berdiri. Dunianya yang gelap dan tanpa cahaya perlahan mulai terlihat terang. Bayangan yang kabur perlahan mulai semakin jelas. Pengalaman itu membuat hati Aiden bisa lebih menghargai hidup. Namun, hatinya tetap saja dingin.     

Hingga pada akhirnya, takdir mempertemukan ia kembali dengan Anya. Satu-satunya wanita yang bisa meluluhkan hatinya ...     

Ia tidak akan melepaskan tangan wanita itu lagi.     

Ia bisa menciptakan keajaiban dengan bangkit berdiri lagi dan ia juga akan mencari tahu kebenaran dari kecelakaan yang terjadi satu tahun yang lalu.     

Bagi Anya, kecelakaan itu adalah sebuah ingatan yang menyakitkan. Jadi, ia merasa lebih baik wanita itu tidak mengingatnya. Asalkan Anya bahagia ...     

"Tuan, Anda sangat mencintai istri Anda," kata Harris. Ia buka menanyakan hal tersebut, tetapi memastikannya. Ia bisa melihat bagaimana wajah Aiden yang selalu dingin dan kaku langsung berubah menjadi lembut ketika mendengar nama Anya, seakan sedang memikirkannya dan membayangkannya.     

"Harris, kali ini aku akan pergi sendiri. Kamu tetap tinggal di rumah dan laporkan padaku jika ada informasi baru mengenai Raka," kata Aiden.     

Harris langsung memahami apa yang Aiden maksud. Aiden memintanya untuk menjaga Anya agar Raka tidak kembali mendekatinya, "Baik, Tuan. Saya akan memastikan Raka Mahendra tidak akan mendekati Nyonya."     

"Suruh beberapa pengawal untuk menjaga Anya 24 jam. Imel mulai memperhatikan Anya akhir-akhir ini," Aiden mengingatkan Harris sekali lagi.     

Harris mengerutkan keningnya saat mendengar perintah-perintah itu. Ia merasa Aiden harus bekerja ekstra keras demi melindungi Anya, padahal ia sendiri sudah bersusah payah untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. "Tuan, saya tidak ingin Anda memiliki kelemahan."     

Sebagai seorang sahabat, tentu saja Harris tidak mau sampai ada yang terjadi pada Aiden. Terutama sekarang Aiden memiliki seseorang yang juga harus ia lindungi selain dirinya. Harris tidak paham apa sebenarnya istimewanya Anya. Menurutnya, Anya adalah beban bagi Aiden ...     

"Harris, Anya mungkin memang kelemahanku. Tetapi ia juga merupakan tamengku. Duniaku menjadi terang karena adanya Anya," ekspresi Aiden terlihat lembut saat mengatakan hal ini seolah ia sedang membayangkan wajah istrinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.