Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Sibuk!



Sibuk!

0"Kak Aiden, aku akan pulang ke Indonesia bulan depan!" suara wanita manja lainnya terdengar dari ujung telepon.     
0

Anya merasa kepalanya seperti dipanggang hingga gosong. Kak Aiden?     

"Selamat sore, ini adalah kantor sekretaris presiden direktur. Dengan siapa saya berbicara dan apa tujuan Anda menelepon?" jawab Anya dengan tenang.     

"Oh. Ini Jenny, sepupu Kak Aiden. Tolong sambungkan panggilan ini padanya," suara wanita dari seberang telepon masih tetap terdengar manja meski bukan Aiden yang ia ajak bicara.     

Walaupun Anya merasa sangat enggan, tetap saja ini adalah sepupu Aiden. Ia tidak seharusnya cemburu.     

Saat ia hendak menyambungkan panggilan tersebut ke telepon di meja Aiden, ia melihat Aiden keluar dari kantor presiden direktur.     

"Tuan, ada seorang wanita bernama Jenny yang mengatakan bahwa ia adalah sepupu Anda," Anya menghentikannya dan memberikan gagang telepon tersebut pada Aiden.     

Kening Aiden sedikit berkerut. Ia ingat bahwa pamannya, Andre, yang tidak memiliki anak kandung memang pernah mengangkat seorang gadis menjadi anaknya. Sepertinya namanya adalah Jenny.     

Aiden menjawab panggilan tersebut tanpa ekspresi. "Ini Aiden."     

"Kak Aiden, ini Jenny. Aku dengar kakak memberikan pekerjaan pada ayahku. Aku akan segera kembali ke Indonesia bulan depan dan aku akan menjadi sekretarismu di perusahaan," kata Jenny dengan penuh semangat.     

"Aku tidak membutuhkan sekretaris," jawab Aiden dengan dingin.     

Tanggapan Aiden yang dingin sepertinya sama sekali tidak mempan pada Jenny. Ia tetap berkata dengan manja. "Tapi, aku ingin banyak belajar darimu!"     

"Aku tidak membutuhkan sekretaris dan aku tidak ingin mengajari siapa pun. Kalau tidak ada urusan lain, aku akan menutup teleponnya," Aiden tidak menunggu jawaban Jenny dan langsung menutup panggilan tersebut.     

Anya berdiri sangat dekat dengan Aiden sehingga ia bisa mendengar semua kata-kata yang Jenny ucapkan.     

Ia telah menjadi sekretaris yang tidak berguna selama seharian ini. Dan sekarang tiba-tiba saja ada seorang wanita yang sukarela ingin menjadi sekretaris Aiden dan merebut pekerjaannya.     

"Kak Aiden?" setelah Aiden menutup telepon, tatapannya tertuju pada istrinya.     

"Ia adalah sepupuku. Tetapi aku tidak terlalu mengenalnya," Aiden tidak suka menjelaskan sesuatu, tetapi melihat ekspresi Anya, ia berinisiatif untuk menjelaskan hubungannya dengan Jenny.     

"Sepupu? Ia memanggilmu Kak Aiden dengan sangat manja!" gerutu Anya dengan suara pelan, tetapi cukup keras untuk terdengar di telinga Aiden.     

"Nyonya Atmajaya, apakah aku mencium aroma kecemburuan?" Aiden menggodanya sambil tertawa kecil.     

"Ya! Aku cemburu. Siapa yang tahu kalau ia bukan sepupumu. Siapa yang tahu kalau ternyata kalian ada hubungan. Ia memanggilmu dengan sangat mesra!" omel Anya.     

Aiden mendekati Anya dan memegang dagu Anya agar istrinya itu menatap langsung ke arahnya. "Kamu juga bisa memanggilku seperti itu."     

"Aku tidak mau," Anya cemberut.     

Aiden tertawa melihat kecemburuan istrinya. "Pamanku tidak bisa memiliki anak sehingga ia sangat memanjakan Jenny. Kalau ia sudah pulang nanti, aku tidak akan membiarkannya bersikap seperti ini lagi."     

"Hmm …" Anya merasa jauh lebih nyaman setelah mendengar kata-kata Aiden.     

Ia tidak ingin ada siapa pun yang memanggil suaminya dengan panggilan mesra seperti itu, meski sepupunya sekali pun.     

Aiden adalah miliknya, suaminya! Wanita lain tidak berhak memanggilnya dengan mesra seperti itu.     

….     

Satu minggu kemudian, Anya sudah terbiasa dengan pekerjaannya sebagai sekretaris presiden direktur. Sebenarnya, pekerjaannya tidak terlalu sulit. Ia juga mengenal seluk beluk perusahaan sehingga ia bisa mengetahui di mana Aiden berada.     

Sebagai sekretaris istimewa Aiden, mejanya yang tepat berada di depan kantor presiden direktur dipenuhi dengan dokumen dan kertas-kertas.     

Ia tahu Aiden adalah seorang pekerja keras. Tetapi ia tidak menyangka bahwa ada begitu banyak dokumen yang harus ia pelajari setiap harinya!     

Anya menarik napas dalam-dalam melihat mejanya yang sangat penuh. Sepertinya, Aiden harus lembur lagi malam ini.     

Ia berjalan ke kantor suaminya dan mengintip ke dalam. Keadaan meja Aiden tidak jauh berbeda darinya. Aiden seperti sedang tenggelam dalam tumpukan kertas.     

Sementara itu, saat ia membuka media sosialnya, ia melihat bahwa Nico sedang bersenang-senang bersama dengan teman-temannya. Sebentar lagi ada tanggal merah, tepat di long weekend sehingga Nico sudah merencanakan untuk pergi berlibur dengan teman-temannya.     

Aiden sangat sibuk, tetapi Nico malah pergi bersenang-senang dan merencanakan liburan!     

Anya merasa sangat kesal. Mengapa Nico begitu senang sementara Aiden harus bekerja begitu keras?     

Anya mengangkat telepon di mejanya dan menelepon Harris. "Harris, Aiden sangat sibuk, tetapi mengapa Nico bisa bersenang-senang. Bantu aku pikirkan bagaimana cara membantu Aiden."     

Begitu menerima panggilan dari Anya, Harris langsung menghampirinya.     

Ketika melihat meja Anya yang penuh, kening Harris sedikit berkerut. "Siapa yang mengirimkan semua ini?"     

"Sebentar lagi tanggal merah dan hari libur, tetapi dokumen yang menumpuk semakin banyak. Semua ini berasal dari kantor sekretaris dan departemen lainnya," wajah Anya terlihat kesal. "Apakah kalian ingin membunuh seseorang dengan menggunakan tumpukan kertas?"     

"Saya akan memeriksanya," Harris melihat bahwa semua dokumen di meja sudah diurutkan dan ditata. Saat ia memeriksanya, wajahnya menjadi semakin dan semakin muram.     

"Ada masalah apa?" begitu melihat ekspresi Harris, Anya tahu ada sesuatu yang salah.     

"Dokumen-dokumen ini tidak semuanya mendesak. Para karyawan di kantor sekretaris sepertinya semakin tidak sopan," kata Harris dengan tenang.     

Anya berpikir bahwa keinginannya untuk bisa menikmati liburan long weekend kali ini bersama Aiden pupus ketika melihat semakin banyak dokumen yang bertumpuk. Tetapi ternyata semua ini adalah pekerjaan para sekretaris yang sengaja ingin mempermalukannya.     

Karena ia adalah satu-satunya sekretaris yang berada di bawah Aiden secara langsung, para sekretaris lainnya mengirimkan semua dokumen Aiden kepadanya tanpa menyaringnya terlebih dahulu. Mereka tidak peduli apakah dokumen itu mendesak atau tidak dan membiarkan Anya yang menerima semuanya.     

Anya salah mengira bahwa semua dokumen ini mendesak dan harus di selesaikan sekarang juga. Ia merasa kesal pada Nico karena terlalu bebas, sementara Aiden harus sibuk di kantor. Namun ternyata, semua ini salahnya karena ia tidak tahu mana dokumen yang harus dikerjakan terlebih dahulu.     

Seharusnya, karena tanggal merah sudah dekat, mereka bisa menyelesaikan dokumen yang penting dulu. Dokumen lainnya bisa diselesaikan setelah liburan oleh Nico.     

Aiden begitu sibuk hingga makan pun ia tidak sempat. Dan semua ini karena para sekretaris itu!     

"Apakah semua orang sengaja menindasku hanya karena aku anak baru dan tidak tahu apa-apa?" Anya sudah menebak maksud para sekretaris itu.     

"Saya akan memberi mereka pelajaran," Harris pergi dengan wajah yang dingin.     

Tidak lama kemudian, tiga sekretaris tersebut datang untuk membawa dokumen-dokumen dari meja Anya dan mengatakan bahwa mereka harus mengaturnya ulang.     

Anya tidak menjawab dan hanya memandang mereka dengan dingin.     

Begitu mereka pergi, Harris kembali menghampirinya. "Saya sudah menegur mereka semua. Nyonya bisa mengurus dokumen penting yang mereka kirimkan nanti. Tidak perlu mengirimkannya pada Tuan. Kalau ada yang tidak Anda mengerti, Anda bisa tanyakan pada saya."     

"Suruh kantor sekretaris itu untuk mengirimkan dokumennya pada Nico. Nico terlalu santai," gerutu Anya dengan kesal.     

"Saya akan mengaturnya," Harris mengangguk.     

"Apa yang sedang kamu kerjakan akhir-akhir ini?" Anya merasa jarang melihat Harris akhir-akhir ini. Itu sebabnya semua orang di kantor sekretaris merasa malas untuk mengerjakan pekerjaan mereka dan memutuskan untuk menindas Anya.     

"Saya sedang menyelidiki mengenai Heru sehingga tidak bisa datang ke kantor," kata Harris.     

Anya mengangguk mendengar penjelasan Harris.     

"Kalau ada yang tidak Anda mengerti, tanyakan pada saya. Kalau ada sesuatu yang terjadi seperti ini lagi, Anda harus memberitahu saya sesegera mungkin. Tempat kerja juga bisa menjadi medan perang," kata Harris, mengingatkan Anya.     

"Jangan khawatir. Hal seperti ini tidak akan membuatku menderita. Walaupun aku tidak terlalu mengenal masalah perusahaan, aku merasa terlalu banyak dokumen selama dua hari terakhir ini sehingga aku menanyakannya padamu. Aku hanya ingin tahu apakah dokumen ini seharusnya dibagikan pada Nico juga. Tetapi aku tidak menyangka bahwa akan mendapatkan masalah seperti ini," Anya tertawa. "Semua orang di kantor sekretaris pasti akan semakin membenciku."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.