Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Murka



Murka

0"Tuan, ponsel Nyonya Diana hilang. Tolong sampaikan pada Anya agar tidak perlu khawatir. Nyonya Diana sedang bersama saya di rumah," kata Hana.     
0

Ponsel Diana hilang? Tetapi Anya tadi bilang bahwa ibunya yang meneleponnya!     

"Jangan pergi ke mana pun. Jaga ibu di rumah," Aiden sudah menebak apa yang terjadi. Setelah menutup telepon, ia langsung mengirimkan pesan pada Anya. "Ibumu di rumah. Cepat kembali!"     

Sayangnya, setelah mengirimkan pesan singkatnya pada Tara, Anya sudah tidak bisa membuka ponselnya lagi.     

Ia tidak punya kesempatan untuk bergerak sedikit pun. Di lift mau pun di lorong terdapat CCTV. Apakah Yura memantaunya dari CCTV? Atau ia sedang bersembunyi di suatu tempat dan melihat pergerakannya dari jauh.     

Saat ia masuk ke dalam lift dan berbalik, ia sempat mengirimkan pesan singkat dengan satu tangan sementara tangannya yang lain memencet tombol lift.     

Tetapi sekarang sudah tidak ada kesempatan lagi. Apa jadinya kalau tingkahnya yang mencurigakan membuat Yura melukai ibunya?     

Meski ia tidak tahu apakah ibunya benar-benar bersama dengan Yura atau tidak, Anya tidak berani mengambil resiko.     

Setelah ia keluar dari lift, Anya sengaja berputar-putar ke arah yang salah dan mengulur waktu. Yura berulang kali mengancamnya agar ia tidak mempermainkannya.     

Pada akhirnya, Anya hanya bisa berjalan menuju ke arah yang Yura inginkan.     

Ia berjalan dengan sangat pelan, mengulur waktu selama mungkin. Berharap Tara mendapatkan pesannya dan Aiden mengetahui bahwa ia menghilang.     

Ketika ia tiba di depan kamar 520, Anya mengangkat tangannya dan mengetuk pintunya pelan. tidak ada jawaban atau pun pergerakkan dari arah dalam.     

Pada saat itu, ia bisa mendengar suara notifikasi pesan masuk. Ekspresi di wajah Anya tampak rumit saat ia mengintip layar ponselnya dan melihat isi pesan tersebut.     

Tetapi suara Yura terdengar dari seberang telepon. "Pintunya tidak dikunci. Cepat masuk."     

Anya tidak menjawab. Ia segera berbalik dan berlari menuju lift. Yura melihat Anya yang melarikan diri dari monitor dan mengancamnya. "Anya, apakah kamu tidak peduli pada ibumu?"     

Walaupun Anya khawatir pada ibunya, ia percaya pada Aiden. Kalau Aiden bilang bahwa ibunya baik-baik saja, itu artinya ibunya baik-baik saja!     

Anya sudah mencurigai bahwa Yura menipunya. Ia tidak bisa membayangkan apa yang ada di dalam kamar tersebut.     

Anya segera mematikan teleponnya dengan Yura dan langsung menelepon Aiden. Telepon itu langsung tersambung.     

"Aiden, aku di lantai lima. Tolong aku," kata Anya dengan panik.     

Pada saat itu, dua orang pria dengan baju hitam dan penutup muka keluar dari kamar 520. Salah satu dari mereka membawa sebuah jarum suntik.     

"Jangan panik. Aku akan segera kesana!" kata Aiden.     

"Sebelum liftnya datang, dua orang pria mengejarku. Aku … Aku berlari melewati tangga darurat," Anya langsung melepas sepatu hak tingginya dan berlari di tangga.     

"Pergilah ke lantai enam. Aku akan menjemputmu di sana. Cepat lari!" Aiden sudah menyuruh para pengawalnya untuk berpencar. Beberapa dari mereka naik ke lantai atas melewati tangga, beberapa yang lainnya turun ke lantai bawah.     

"Tolong, tolong!" teriak Anya sambil berlari.     

Aiden yang menaiki lift berhenti di setiap lantai untuk mencari keberadaan Anya. Begitu mengetahui keberadaan istrinya, ia langsung menuju ke lantai enam. Tangannya memencet tombol lift berulang kali dengan cemas, khawatir sesuatu akan terjadi.     

Begitu liftnya terbuka, Aiden langsung berlari. Pada saat yang bersamaan, Anya baru saja keluar dari tangga darurat.     

Dua pria yang mengikutinya menarik gaun panjang Anya, membuat Anya tersandung dan terjatuh. Aiden langsung berlari dan menendang pria yang membuat istrinya tersungkur.     

Para pengawal Aiden juga tiba dari lantai atas dan bawah. Mereka langsung menangkap kedua orang tersebut.     

"Aiden …" Anya langsung memeluk Aiden. Jantungnya berdegup dengan kencang dan napasnya tersengal-sengal karena ia berlari sekuat tenaga dengan menggunakan gaun panjang.     

"Tidak apa-apa. Jangan takut. Ada aku di sini," melihat istrinya tidak telanjang kaki, Aiden langsung menggendongnya dari lantai.     

"Tuan, kami sudah menangkap mereka!" kata para pengawalnya.     

"Mereka … Mereka keluar dari kamar nomor 520 di lantai 5," kata Anya dari sela-sela napasnya. "Mereka menyuntikkan sesuatu padaku …"     

"Apa?" mata Aiden melotot saat mendengarnya. Berani-beraninya dua orang ini menyuntikkan sesuatu pada istrinya!     

Para pengawal Aiden langsung turun dan memasuki kamar nomor 520. Mereka menemukan perlengkapan kamera yang lengkap seperti untuk syuting pembuatan film. Selain itu, ada berbagai macam barang-barang yang digunakan untuk seks seperti tali, borgol, lilin, cambuk dan sebagainya.     

Tidak ada orang lain selain kedua pria itu dan ruangan itu seharusnya merupakan kamar ganti Natali.     

Setelah mengetahui bahwa Anya berada dalam bahaya, Aiden langsung memeriksa seluruh CCTV gedung tersebut dan menemukan bahwa Anya sedang berada di dalam lift. Namun, di saat yang bersamaan, Anya meneleponnya dan mengatakan bahwa ia sedang berada di lantai lima.     

Orang yang merencanakan hal ini telah mengatur semuanya dengan sangat baik. Bahkan mereka telah memanipulasi rekaman CCTV.     

Dua pria bertopeng itu dibawa menuju ke kamar nomor 520. Para pengawal Aiden adalah orang-orang yang terlatih dan mereka sudah terbiasa untuk menginterogasi orang.     

"Apa yang kamu berikan padanya?" Aiden menginjak tangan salah satu pria berbaju hitam itu dengan sekuat tenaga seolah berusaha untuk menemukannya.     

Anya sedang berada di pelukan Aiden, tidak berani melihat semua ini.     

"Itu … Itu obat untuk penambah gairah," teriak pria itu kesakitan.     

"Aku tahu bahwa Yura yang ingin mencelakaiku. Siapa yang memberitahumu mengenai kamar ini?" begitu tahu bahwa kamar ini adalah kamar Natali, Anya langsung tahu bahwa Yura dan Natali bersekongkol. Ini adalah perbuatan mereka berdua.     

Sebelumnya, Natali juga menggunakan Raisa untuk mencelakai Anya. Natali tahu bahwa Anya memiliki penciuman yang tajam sehingga ia memberitahu Yura untuk menggunakan jarum suntik.     

Kalau obat tersebut dalam bentuk makanan atau minuman, Anya pasti bisa langsung tahu. Sehingga mereka memutuskan untuk menggunakan jarum suntik dan langsung menangkap Anya dan menyuntikkannya dengan paksa.     

"Yura yang mengatakan bahwa kamar ini adalah kamar ganti untuk Natali. Sekarang, pesta pertunangannya sedang berlangsung sehingga tidak akan ada orang yang menggunakan ruangan ini. Selain itu, tidak mungkin ada yang berani masuk ke dalam kamar milik calon menantu Keluarga Mahendra tanpa ijin. Tempat ini aman," kata pria lainnya.     

Tubuh Anya gemetaran di pelukan Aiden. Ia tahu apa yang kedua pria ini bicarakan.     

Ditambah lagi, setelah melihat semua benda-benda yang berserakan di tempat itu, getaran di tubuh Anya menjadi semakin hebat.     

Kalau saja …     

Kalau saja ia menuruti perkataan Yura dan masuk ke dalam kamar ini, ia tidak bisa membayangkan apa yang terjadi.     

Mata Aiden terlihat semakin menyeramkan. Suaranya terdengar dingin saat ia memerintahkan. "Tutup semua bandara, halte bus, kereta api dan pintu tol. Sebelum pesta pertunangan ini selesai, aku mau melihat Yura."     

"Baik, Tuan," kata pemimpin pengawal Aiden.     

Aiden menuntun Anya keluar dari kamar tersebut. sementara itu, dua pria berpakaian hitam yang berlutut di lantai hanya bisa memohon ampun. "Tuan, kami bersalah. Kami tidak tahu bahwa wanita ini adalah kekasih Anda. Tolong ampuni kami!"     

"Sudah terlambat," Aiden memandang ke arah pengawalnya. Mereka semua langsung mengerti apa yang tuannya inginkan dan menutup pintunya rapat-rapat.     

Anya yang berada di dalam pelukan Aiden merasa tubuhnya panas. Wajahnya memerah dan kesadarannya terasa melayang.     

Ia bergumam pelan, "Apa yang akan kamu lakukan pada mereka?"'     

"Kamu tidak perlu tahu," wajah Aiden sangat muram. Bisa dilihat bahwa Aiden benar-benar murka.     

Anya merasa seluruh tubuhnya sangat amat tidak nyaman. Otaknya seolah tidak bisa berpikir. "Aiden, tolong bawa aku ke rumah sakit."     

Aiden tidak menjawabnya. Ia berjalan menuju ke lift dan langsung menuju ke lantai teratas, ke kamar presidential suite.     

Dengan ekspresi dingin, Aiden membaringkan tubuh Anya di sofa. Meski wajahnya dingin dan tegas, tetap saja ia memperlakukan Anya dengan sangat lembut.     

Ia benar-benar marah, tetapi ia juga sangat cemas pada Anya.     

Kakinya melangkah menuju ke kulkas dan mengambil sebuah air mineral dingin. Ia membuka tutup botolnya dan memberikannya pada Anya.     

Anya langsung menerimanya dan meminumnya sekaligus.     

Air dingin itu bisa mengurangi rasa tidak nyamannya, tetapi panas di dalam tubuhnya seolah tidak bisa dipadamkan.     

Ia meringkuk dan memeluk tubuhnya. Seluruh tubuhnya terasa panas, bahunya gemetaran.     

Melihat suaminya diam saja, Anya bertanya dengan lemah, "Apakah kamu marah?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.